Dengan tema Moderasi Beragama, pada hari Kamis 19 Oktober 2023 Departemen Pendidikan PPI Maroko mengadakan Webinar Internasional via Zoom Meeting. Webinar kali ini menghadirkan Dr. H. Fahruddin Faiz, M.Ag, Dosen Prodi Akidah dan Filsafat UIN Yogyakarta sekaligus pengasuh kajian rutin Ngaji Filsafat Masjid Jenderal Sudirman Yogyakarta. Selain itu, webinar juga akan diisi oleh Syekh Maulud as-Sariri, Mudir Madrasah Tinkrit al-Atiqah. Ala kulli hal, webinar diadakan dalam dua sesi dikarenakan Syekh Maulud berhalangan hadir karena ada urusan mendadak. Adapun waktu pelaksanaan sesi kedua dari webinar akan dikabarkan lebih lanjut lewat grup WhatsApp webinar.
Dalam webinar ini, Dr. Faiz menyampaikan materi dengan judul “Pluralisme Agama sebagai Alat Perekat Bangsa di Indonesia”. Sebelum masuk ke materi inti, Dr. Faiz terlebih dahulu berusaha menyatukan pemahaman peserta tentang apa makna dari Pluralisme itu sendiri. Pluralisme merupakan pandangan yang menyatakan bahwa realitas itu serba banyak. Pluralisme sebagai paham dalam menghadapi keragaman memiliki makna bersemangat untuk hidup bersama tanpa berprasangka buruk, saling memahami keragaman, saling bekerja sama, saling berbagi komitmen, tidak merasa saling menang-menangan, dan saling berdialog.
Lebih lanjut lagi, Dr. Faiz menyebutkan kenyamanan hidup dalam Pluralisme memiliki pra-syarat yang harus dipenuhi. Pra-syarat itu di antaranya adalah; semua kelompok harus memiliki kesepakatan bersama, seperti Pancasila di Indonesia dan Piagam Madinah pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam; toleransi dan mutual respect sebagai dasar hubungan; ruang publik yang sehat dan komunikasi yang terbuka; dan tiadanya legalisasi kekerasan, pemaksaan, dan hegemoni.
Dalam konteks keagamaan, Pluralisme bukanlah suatu pandangan yang menyamakan semua agama. Dr. Faiz menjelaskan bahwa Pluralisme Agama direalisasikan dalam bentuk penerimaan atas orang lain dengan keyakinan agama yang berbeda, menekankan kesamaan dalam berbagai aspek, bekerja sama dan saling memahami, serta hidup berdampingan. Keragaman yang ada hendaknya jangan dipandang sebagai sebuah penghalang, sebaliknya, ia dianggap sebagai aset dan modal bagi bersama. Sebagaimana ungkapan اختلاف أمتي رحمة.
Pada akhir materi, Dr. Faiz memaparkan bahwa Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa, Pancasila sebagai dasar negara, dan gotong royong sebagai nilai yang disepakati bersama merupakan dasar-dasar yang hendaknya digunakan dalam menyikapi keragamaan yang ada. Keragaman adalah sebuah realitas, modal, bahkan kekuatan bagi bangsa Indonesia.
Dalam closing statement-nya, Dr. Faiz memesankan kepada para mahasiswa untuk terus belajar, mengasah kemampuan, dan senantiasa terbuka seperti semangat plural yang menyadarkan kita bahwa hidup ini luas dan beragam. Kebenaran yang kita yakini hendaknya senantiasa diperluas dengan mempelajari perspektif yang beragam. Keberagaman sebagai amanat dari Allah hendaknya direspon dengan tepat dan sifat terbuka.
29 Oktober 2023
Departemen Pendidikan PPI Maroko
Nantikan promo-promo menarik di PPI Shop
Dapatkan Info-info terkini dari PPI Maroko