Untuk calon mahasiswa yang ingin mendaftar khususnya jenjang S2 dan S3 yang bukan alumni Maroko sebaiknya memperhatikan dan mengikuti hal-hal berikut ini:
- Harus melalui kuota yang ditawarkan AMCI (Lembaga yang menangani mahasiswa-mahasiswa Asing) , karena melalui lembaga inilah seorang mahasiswa akan diseleksi untuk diterima atau tidak, karena lembaga inilah mengeluarkan rukhsoh (surat izin untuk mendaftar secara resmi ke universitas yang dituju).
- Untuk masuk ke dalam kuota AMCI harus melalui KEMENAG RI karena KEMENAG yang menseleksi mahasiswa ke Timur Tengah khususnya ke Maroko. Mulai tahun 2010 atau awal 2011 tepatnya, AMCI membatasi masuknya mahasiswa asing yang ingin terjun bebas alias masuk di luar kuota. Bagi calon mahasiswa yang nekat terjun bebas harus siap menerima penolakan AMCI dan berkas-berkasnya akan dikembalikan kepada yang bersangkutan. Pembatasan kuota masuknya mahasiswa asing ini kemungkinan karena ingin “menertibkan administrasi agar lebih teratur” dan terkait beasiswa yang disediakan untuk mahasiswa asing itu juga terbatas. Untuk Indonesia, Malaysia dan Thailand Maroko menetapkan kuota 15 Mahasiswa utntuk masuk dan belajar ke Maroko setiap tahunnya. Bagi AMCI tidak masalah apakah diantara 15 orang kandidat mahasiswa yang diusulkan tersebut terdiri dari S1, S2 atau pun S3 sekalipun karena yang terpenting menurut mereka jumlah yang ditawarkan tidak lebih dari 15 orang.
- Terkait LoA (Letter of Acceptance) atau dalam istilah di Maroko disebut Muwafaqah Mabdaiyyah, untuk Mahasiswa S1 tidak masalah dalam hal mendapatkan karena seluruh jurusan yang akan dimasuki oleh mahasiswa S1 itu adalah sama di seluruh universitas Maroko. Calon mahasiswa diminta mengisi formulir pendaftaran dari AMCI yang dikirim ke KEMENAG bagian seleksi Timur Tengah, maka di formulir ini calon mahasiswa dapat memilih Universitas di MAroko yang dia inginkan. Pihak AMCI akan memproses berkas-berkas tersebut ke universitas yang tertera di formulir calon mahasiswa (CAMA). Berbeda dengan S2 dan S3 yang memiliki perbedaan dalam takhasus yang akan diambil oleh calon mahasiswa, maka untuk memperoleh Muwafaqah Mabdaiyyah ini seorang calon mahasiswa harus bertemu langsung dengan ketua jurusan (Rois Syu’bah) dari jurusan yang diminati untuk melakukan wawancara langsung dan melihat kesungguhan dari si calon mahasiswa ini, artinya untuk mendapatkan Muwafaqah ini tidak dapat diwakilkan. Calon mahasiswa harus dapat meyakinkan bahwa dirinya layak diterima di kampus tersebut.
- Setelah Muwafaqah diperoleh selanjutnya menghadap dekan untuk memperoleh tanda tangan penguatan atau pengesahan bahwa memang si calon sudah dapat diterima di kampus. Namun sebagian kampus ada yang tidak memberikan Muwafaqah dengan alasan tertentu, tapi jangan bersedih, calon mahasiswa dapat mencari kampus lain yang bersedia memberikan Muwafaqah.
- (Khusus untuk CAMA S3 dianjurkan ketika menghadap Rois Syu’bahmembawa proposal yang akan menjadi bahan penelitian desertasinya.Rois Syu’bah akan melakukan wawancara terkait isi penelitian yang akan dilakukan)
- Sebagai tambahan untuk CAMA S2 dan S3 bahwa di tidak semua perguruan tinggi di Maroko menyediakan jurusan yang kita inginkan, bisa jadi jurusan yang kita inginkan pada tahun kita mendaftar tidak dibuka, jadi demi mendapatkan LoA kita harus memilih jurusan yang tidak sesuai dengan keinginan kalau memang targetnya adalah LoA. Tapi kalau menginginkan linieritas maka terkadang mengalami kesulitan, dengan mencari kampus yang membuka jurusan yang kita ingikan atau menunggu kampus mana yang membuka jurusan tersebut namun kalau tidak ada kita harus mencari jurusan yang sedikit ada menyerempet-nyerempet dengan takhasus yang kita inginkan.Untuk memudahkan pencarian informasi terkait masa dimulainya pendaftaran dan jurusan yang dibuka di Maroko, berikut ini link yang menyediakan informasi tersebut:
– http://www.studies.ma/
– (Akun FB) http://www.facebook.com/doctorat** Jadi sistem pendaftaran kuliah di Maroko sangat manual dan berbeda sekali dengan sistem pendidikan di Eropa yang serba on line. - Setelah mendapat muwafaqah dari Ketua jurusan dan dekan, maka calon mahasiswa untuk sementara telah mendapatkan LoA, tapi belum resmi diterima karena harus masuk kuota AMCI, untuk itu LoA ini diserahkan ke KEMENAG untuk dimasukkan dalam kuota 15 untuk mahasiswa Indonesia. Setelah nama calon mahasiswa masuk dalam kuota maka selanjutnya nama-nama itu akan diproses AMCI untuk dikeluarkan rukhsoh. Apabila rukhsoh sudah diperoleh maka si calon mahasiswa dapat mendaftar secara resmi ke kampus tempat dia meminta muwafaqah mabdaiyyahtersebut.
Penjelasan di atas merupakan prosedur umum yang harus dilakukan untuk mendaftar kuliah ke Maroko untuk calon mahasiswa yang bukan alumni Maroko S1 dan S2 nya.
Namun kendala yang dihadapi calon Mahasiswa yang akan mendaftar adalah jarak antara waktu mulai dibukanya pendaftaran untuk S2 dan S3 dengan waktu pengiriman mahasiswa baru dari KEMENAG tidak sama. untuk S2 sebagian Universitas membuka pendaftaran mahasiswa baru itu di bulan September bahkan ada juga di bulan Oktober , dan untuk mahasiswa S3 pendaftaran di buka di bulan November -Desember, sementara pengiriman mahassiwa baru ke Maroko itu di bulan September sehingga tidak sinkron dan bagi mahasiswa S2 dan S3 yang sudah mendapatkan LoA dengan berat hati harus menunggu kuota berikutnya tahun depan.
** KECUALI, jika diantara kuota mahasiswa yang 15 tersebut ada yang batal berangkat, maka calon mahasiswa S2 atau S3 tersebut kemungkinan dapat mengisi kekosongan kursi tersebut di tahun berjalan tetapi itu tergantung rezeki yang bersangkutan.
** KECUALI, jika diantara kuota mahasiswa yang 15 tersebut ada yang batal berangkat, maka calon mahasiswa S2 atau S3 tersebut kemungkinan dapat mengisi kekosongan kursi tersebut di tahun berjalan tetapi itu tergantung rezeki yang bersangkutan.
Jika calon mahasiswa tersebut tetap ingin melanjutkan kuliah di Maroko dengan LoA yang diperoleh tahun sebelumnya karena menunggu kuota tahun berikutnya, maka pihak AMCI akan meminta LoA tersebut di update karena sudah expired berarti si calon mahasiswa harus menemui kembali ketua jurusan tempat dia meminta muwafaqah sebelumnya yang berarti si calon mahasiswa harus kembali lagi ke Maroko. Rumit sebenarnya sistem penerimaan mahasiswa untuk S2 dan S3 yang bukan alumni dari Maroko.