Pak Dubes : “Saya harap bisa kembali lagi ke Maroko. Berkumpul bersama kalian lagi.”
Rabat – (16/02) Acara perpisahan bapak Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh untuk kerajaan Maroko merangkap Republik Islam Mauritania bapak Drs. H. Hazrul Azwar, M.M. dimulai pada jam 20.00 GMT+1 di KBRI Rabat. Acara dibuka dengan sambutan pertama yang disampaikan oleh pak Mulfi Zaumar Rahman, selaku manager Indomie Maroc mewakili jajaran Indomie Maroc. ‘‘Saya ingat bagaimana peran pak Dubes dalam keberlangsungan Indomie di masa awal-awal. Sat-set terjun ke lapangan mengurus perizinan yang sulit.” Cerita pak Mulfi di depan para hadirin. Beliau juga menyampaikan terima kasih kepada pak Dubes dan keluarga KBRI Rabat yang membantu dalam pemasaran Indomie di Maroko.
Sambutan kedua, disampaikan oleh saudara M. Hanif Al-Fatih, Lc., selaku ketua PPI Maroko mewakili para mahasiswa. Ia juga bercerita bagaimana legasi pak Dubes sangatlah berarti bagi para mahasiswa. “Bagaimana kuota terus bertambah dari 15 ke 30, dan per tahun ini kuota bertambah menjadi 50, adalah bantuan berarti bagi kami semua, pak” Ucapnya, berterima kasih. Tak lupa, Ia menyampaikan permintaan maaf mewakili mahasiswa Indonesia di Maroko kepada pak Dubes secara khusus. ‘‘Semoga semua legasi pak Dubes bisa menjadi amal jariyah dan semoga silaturahmi kami tidak putus dengan kepulangan pak Dubes ke Indonesia.’’ Ujar saudara Hanif menutup sambutan.
Sambutan dilanjutkan oleh bapak Sutarwindargo, selaku Kepala Kanselerai dan Fungsi Pensosbud KBRI mewakili jajaran home and local staffs KBRI Rabat. “Pak Dubes adalah sosok yang straight to the point, dan juga tegas.” Pak Sutar membuka sambutannya. Beliau juga menyampaikan kekagumannya kepada pak Dubes yang masih senantiasa menjaga pola olahraganya. ‘‘Pak Dubes tidak hanya penonton sepak bola, melainkan juga sebagai pemain di lapangan.’’ Beliau menutup ceritanya.
Sambutan terakhir ditutup oleh bapak Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh, bapak Drs. H. Hazrul Azwar, M.M. Beliau membuka sambutannya dengan ucapan terima kasih kepada keluarga KBRI Rabat atas diadakannya acara perpisahan ini di tengah jadwal-jadwal kunjungan yang ada. Beliau juga memperkenalkan tamu Indonesia yang ikut menghadiri acara ; bapak Drs. Zulkifli Sitorus, selaku Kepala Bidang Kanwil urusan Haji Provinsi Sumatra Utara, yang datang bersama istrinya, ibu Sugiati. Yang saat ini menjabat sebagai anggota DPR provinsi Sumatra Utara. Ada juga ibu Sri Wahyuni, yang merupakan adik dari almarhumah ibu Dubes, Almh. Hj. Nani Mulyani.
‘‘Kedatangan saya ke Maroko pada bulan April 2019, dan masa-masa pertama di sini cukup berat. Karena saya harus merubah cara politisi menjadi seorang diplomat. Mengemban Amanah dengan penuh kehati-hatian. Menjadi perwakilan presiden.” Beliau memulai cerita, bernostalgia. Pembaharuan yang beliau lakukan untuk memperbaiki pola belajar para mahasiswa dilakukan masif. ‘‘Waktu itu, setidaknya ada sekitar 40% mahasiswa yang kesulitan dalam belajar. Maka saya mengambil Langkah untuk mendatangi direktur AMCI dan bernegosiasi dengannya. Dan Alhamdulillah berhasil.” Sampai pak Dubes. Beliau juga menyampaikan permintaan maaf, ucapan terima kasih kepada seluruh elemen – keluarga KBRI, WNI, maupun mahasiswa. Beliau juga berharap bisa kembali ke Maroko suatu saat. Dan memberikan pesan untuk mendukung Dubes baru setelahnya. Sambutan beliau ditutup dengan pembacaan Al-Fatihah dan doa untuk ibu Dubes Almh. Hj. Nani Mulyani yang dilakukan bersama-sama.
Selanjutnya, penyerahan kado dan kenang-kenangan berlangsung haru. Keluarga KBRI Rabat, Indomie Maroc, serta mahasiswa ; masing-masing memberikan kado dan kenang-kenangan untuk pak Dubes, beserta asisten-asistennya.
Dalam acara perpisahan ini juga menjadi momen pemberian beasiswa dari bapak Faisal Abud Bawazer yang sekaligus menutup acara perpisahan malam ini. Beasiswa ini diberikan kepada 49 mahasiswa Indonesia di Maroko. Penyerahan simbolis yang diwakilkan oleh pak Mulfi dan pak Siswoto dan diterima oleh saudara M. Hanif Al-Fatih, Lc.
Mingguan Menulis: Mengenal Tujuh Pintu Madīnah Qadīmah Tetouan
Ikuti konten Zawiyah Nusantara PPI Maroko: Di Mana Kitab Dalail Khairat Disusun?