Mingguan Menulis – Demi Waktu

Oleh: Alfi Ni’matin Ulya

Demi Waktu
              Waktu adalah suatu hal yang sangat berharga, nikmat dan karunia Tuhan yang diberikan kepada setiap manusia. Waktu adalah sebuah misteri kehidupan yang mana apabila sudah terjadi maka tidak akan terulang kembali.
              Allah telah menempatkan waktu pada posisi yang sangat tinggi. Sebagaimana firmanNya dalam surat al jatsiyah ayat 24 :
وقالوا ما هي إلا حياتنا الدنيا نموت ونحيا وما يهلكنا إلا الدهر وما لهم بذلك من علم إن هم إلا يظنون
Yang artinya : “Dan mereka berkata, “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa”. Tetapi mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu, mereka hanyalah menduga-duga saja.
              Waktu sangat dimuliakan dalam al qur’an, sampai-sampai banyak sekali sumpah dalam al qur’an yang mengatas namakan waktu. Misalnya والعصر  “Demi masa”, والضحى   “Demi waktu dhuha”, واليل إذا يغشى “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), والنهار إذا تجلى  “Demi siang apabila terang benderang”, dan masih banyak lagi sumpah dalam al qur’an yang menggunakan waktu. 
              Sebenarnya sumpah itu tidak diperbolehkan dengan sesuatu kecuali jika sesuatu tersebut lebih tinggi kedudukannya daripada yang lain. Maka dari itu biasanya sumpah itu dengan menyebut nama Allah karena Allah itu dzat yang maha tinggi dan tentu tidak ada yang lebih tinggi kedudukannya dibanding dengan yang lain. Lalu mengapa Allah malah bersumpah dengan waktu? Ini menunjukkan bahwa waktu itu pasti memiliki keistimewaan. Dan sadar atau tidak kita ini adalah pembunuh waktu padahal kita tau bahwa waktu itu tidak akan pernah kembali.
              Menurut Nabi Isa AS hari itu hanya ada tiga, hari kemarin, hari ini, dan hari besok. Hari kemarin telah berlalu dan tidak dapat terulang kembali, dan hari besok belum tentu kita masih hidup. Jika diperhitungkan kembali, maka waktu itu ya hanya hari ini karena yang kemarin sudah lewat dan hari esok belum tentu kita masih diberi kesempatan untuk menikmati waktu yang akan datang itu.
              Lain halnya dengan pendapat Imam Al Juwaini yang mengatakan bahwa waktu itu hanya ada tiga jam, satu jam yang lalu, jam sekarang, dan satu jam yang akan datang. Maka jika kita merasa telah melalaikan dan menyelaskan satu jam yang telah berlalu tersebut masih ada satu jam sekarang dan satu jam yang akan datang untuk memperbaiki kelalaian kita pada satu jam yang telah berlalu tadi.
              Jika Imam Al Juwaini berpendapat bahwa waktu itu hanya ada tiga jam maka menurut Ali Ra waktu itu malah lebih sempit lagi yaitu hanya ada tiga hembuan nafas. Karena kita pasti tau bahwa ajal itu datang secara tiba-tiba dan tentu tidak ada yang tau kapan ajal itu akan menjemput kita sehingga waktu yang kita miliki ya hanya tiga hembusan nafas itu, nafas yang telah kita hembuskan sebelum nafas yang kita nikmati sekarang ini, nafas yang ada sekarang, dan nafas yang akan kita hirup setelah kita menghembuskan nafas yang sekarang. Begitu sempit waktu yang kita miliki di dunia ini jika kita tidak dapat mempergunakannya seoptimal mungkin.
              Lalu seberapa jauh kita mampu mengontrol waktu yang ada ? Atau bahkan selama ini kita yang dikontrol oleh waktu, bukan kita yang mengontrol waktu ?
Setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam mempergunakan waktunya. Dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan dari kita tidak menyadari bahwa kita telah banyak membuang-buang waktu dan kita menganggap semua itu adalah hal yang biasa, padahal sebenarnya kita telah menjadi orang yang sangat rugi karena telah melewatkan waktu sedetik, semenit, bahkan berjam-berjam. Hal ini terjadi sebab tidak adanya rasa menghargai waktu dalam diri individu tersebut. Dan kita sebagai seorang pelajar sudah sepatutnya dapat mengorganisir waktu sesuai dengan proporsinya karena dengan dapatnya kita menghargai waktu maka akan terciptalah suatu kedisiplinan dalam kehidupan kita. Disiplin itu sendiri adalah suatu keadaan dimana kita taat dan patuh terhadap suatu norma atau nilai-nilai yang terdapat dalam suatu dimensi waktu. Disiplin dalam menggunakan waktu maksudnya kita dapat menggunakan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat dan mampu membagi waktu dengan baik. Salah satu cara agar dapat menggunakan waktu dengan optimal yaitu dengan mengklasifikasikan atau mengelompokkan kegiatan kita menjadi empat perkara ; 1. Segera dan penting; 2. Tidak segera dan penting; 3. Segera dan tidak penting; 4. Tidak segera dan tidak penting. Dengan adanya pengelompokan ini tentu kegiatan kita akan berjalan dengan tertib.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan waktu yaitu dengan mengamalkan prinsip اعمل لدنياك كأنك تعيش أبداً ، واعمل لآخرتك كأنك تموت غدا yang artinya “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.” Dengan mengamalkan prinsip ini maka seseorang itu akan seimbang dalam menjalani kehidupan. Giat dalam bekerja, juga giat dalam beribadah kepada Allah SWT.
Dikatakan dalam suatu riwayat,
اغتنم خمسا قبل خمس : شبابك قبل هرمك وصحتك قبل سقمك وغناك قبل فقرك وفراغك قبل شغلك وحياتك قبل موتك
“Gunakanlah lima perkara sebelum datang yang lima; masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu, waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang ajalmu.”
Ini memperingatkan kita agar selalu menyegerakan sesuatu sebelum kita memiliki kesibukan yang lain.
              Salah satu cara lain yang dapat kita terapkan untuk menyadarkan diri kita akan pentingnya menghargai waktu yaitu dengan membuat suatu pertanyaan untuk diri kita sendiri. Misalnya, “Apa tujuan hidup saya ?; Mengapa saya malas-malasan dan menunda-nunda pekerjaan ?; Mengapa saya tidak menyegerakan sholat? Bagaimana jika nanti tiba-tiba nyawa saya diambil dan belum sempat sholat?”, dan lain sebagainya. Dengan dapatnya kita bertanya kepada diri kita sendiri maka sudah sepatutnya kita sadar akan pentingnya menghargai waktu dan mengoptimalkannya semaksimal mungkin.
              Pepatah arab mengatakan, الوقت كالسيف إن لم تقطعه قطعك “Waktu itu bagaikan pedang yang apabila kita tidak menggunakannya dengan baik maka celakalah kita.’’
Hargailah waktu dengan memanfaatkannya sebaik mungkin agar kita tidak celaka. Karena waktu adalah kehidupan, maka marilah kita mengisi kehidupan kita ini dengan segala sesuatu yang bermanfaat bagi diri kita juga untuk orang lain. Dan dengan kegiatan yang bermanfaat itu dihararapkan kita akan mendapatkan hasil dari apa yang telah kita kerjakan dan dapat mengantarkan kita menuju ridloNya. Aamiin…

Tag Post :
Karya,Keilmuan & SDI,Minggu-an Menulis,Opini

Bagikan Artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *