Mengenal Lebih Dekat Madrasah ‘Atiqah

sekolah

Mengenal Lebih Dekat Madrasah ‘Atiqah

Oleh: M. Iqbal Mansury*

Berbicara mengenai negara yang menjaga tradisi, maka tidak salah jika kita melihat negeri Maroko, sebagai pusat tersebarnya ilmu barat Islam semenjak abad ke dua Hijriah. Diantaranya Maroko memiliki sistem pendidikan tradisional yang sampai sekarang masih bahkan semakin dikembangkan, sistem pendidikan ini dikenalnya dengan Ta’lim al-‘Atiq dan muassasahnya (lembaganya) dikenal dengan Madrasah al-‘Atiqah.
Secara bahasa Madrasah al-‘Atiqah terdiri dari kata مدرسة dan عتيقة, kata ‘Atiqah adalah sifat musyabbahah dari kata عتق yang berarti قديم، كريم (kuno, luhur atau mulia), jadi Madrasah al-’Atiqah merupakan lembaga pendidikan yang mendidik dan mengajarkan al-Quran dan pengetauan agama dengan sistem tradisional. Dikatakan tradisional diantaranya karna belajar mengajar dengan cara talaqqi, selain itu para pelajar tidak menggunakan buku tulis tetapi, menggunakan alwah (papan dari kayu) yang biasa dipakai untuk mencatatkan ilmu-ilmu yang disampaikan oleh guru dan mengoreksi hafalan al-Quran. Adapun metode yang memang mirip dengan metode belajar di pesnatren salaf di Indonesia adalah metode taqrirat, metode taqrirat disini para pelajar dituntut menuliskan beberapa matan kitab yang kemudian akan didhabit berdasarkan penjelasan syeikh.
Sejarah Singkat
Sejarah Madrasah didirikannya Madrasah al-’Atiqah ini memang dimulai di daerah selatan Maroko tepatnya dikenal dengan daerah Sous. Kalau melihat sejarahnya memang madrasah al-‘Atiqah merupkan lembaga pendidikan yang sangat lama. Pakar sejarah Maroko Mukhtar al-Sousi mengatakan: “Madrasah pertama kali yang dikenal di Maroko adalah Madrasah Aklu yang di daerah Tiznit, Sous pada permulaan abad 5 Hijriah”. Pendirian Madarasah al-‘Atiqah tidak lepas dari peran penting masyarakat Sous ketika itu. setelah Maroko dikuasai oleh Daulah Murabithiyyah yang kekuasaannya sampai ke Andalusia Spanyol, dan menyebarakan gerakan dakwah Islamiyyah, para kabilah Sous tergerak, berlomba ingin mendirikan madarasah al-‘Atiqah, menyebarkan dan menjaganya sampai masa sekarang ini. Oleh karna itu lebih madarasah ini banyak ditemui di Sous ketimbang di Fes dan Marakesh.
Lembaga Pendidikan yang Melahirkan Ulama
Jangan dianggap Penisbatan ‘Atiq (kuno) terhadap Madrasah ini terkonotasi pada hal-hal yang tidak berkembang atau tidak memiliki nilai lebih, justru dengan sistem inilah yang banyak mencetak ulama besar. Sebut saja Syeikh Ilal al-Fasi, Syeikh Mukhtar al-Sousi (Menteri Agama pertama Maroko), Syeikh Yasin, Syeikh Mulud al-Sariri dan masih banyak lagi yang lain. Sistem pendidikan ini dianggap sukses dalam menjaga khazanah keilmuan Islam dan mencetak para Huffazd al-Quran, dibandingkan dengan Madarasah al-’Ashiryyah yang lain.
Nizham Madrasah 
Mungkin dapat menemukan kesamaan pada Madrasah al-‘Atiqah dengan pondok pesantren salaf di Indonesia. Jika melihat peraturan dan sistem yang diterapkan, dalam madrasah ini dibagi menjadi 3 tingkatan, marhalah pertama, pelajar lebih difokuskan menghafal alquran. Karena hafal quran menjadi syarat muthlaq dalam kelulusannya. Tingkat kedua mulai banyak mempelajari mutun ilmiyyah, kemudian harus dihafalkan. Selanjutnya tinkat ketiga, melanjutkan kitab-kitab yang memang harus dikhatamkan. Biasanya tahap ketiga ini faqih madrasah (kepala madrasah) banyak mengambil jam mengajaranya.
Kegiatan belajar mengajar belajar berlangsung setiap harinya kecuali pada hari Jumat dan Kamis. di malam jumatnya diwajibkan membaca surah al-Kahfi, dan paginya membaca surah Yasin dengan al-Mulk dengan cara berjamaah, tradisi seperti ini sama persis dengan pondok-pondok di Indonesia, hanya saja membaca yasinnya di malam Jumat. Selepas sholat Maghrib dan Subuh diwajibkan juga membaca qasidah-qasidah Hamziyah dan burdah karya imam al-Bushiri sebelum membaca al-Quran, dilanjutkan selepas sholat isya berjamaah, membaca semua nazhaman mutun ilmiyyah bersama-sama.
Kitab-Kitab yang Dikaji
Untuk Marhalah ibtida’i:
1. Kitab al-Ajurumiyah, karangan Muhammad bin Daud al-Sanhaji al-Fasi al-Maghribi 723.
2. Matan al Mursyid al-mu’in, karangan Ibnu ‘Asyir al Maghribi, sebuah kitab bernazham rajaz tercakup tiga ilmu didalamnya, Ilmu Tauhid ‘Ala Aqidah al-Asy’ariyah, Fiqih Maliki, Tasawwuf ‘ala Thariqah al Junaidi al baghdadi
3. Matan al-Zawawi, karya Faid al-zawawi al-jazair, Nazham bahar Rajaz mengenai Qaidah ‘I’rab.
4. Matan Jumal, syarh al-’allamah Abi Zakariya Yahya bin Muhammad al-Sousi, Nazhaman
5. Lamiyah al-‘Af’al, libni Malik al-andalusi, bernazhamkan bahr Thawil mengenai ilmu shorof
6. Nasihatul IKhwan, karangan Abu hafs bin Umar (ibnu al wirdi), bernazhamkan Bahr Ramal mengenai Akhlaq dan adab
7. Hadits al-Arba’in an nawawiyah, karangan Yahya bin Syaraf al-Nawawi, mengenai hadits-hadits nabi
8. Qasidah al Burdah dan Al Hamziyah, karangan Imam Abdullah bin shaid al Bushiri.
Untuk Marhalah Tsaniyah :
1. Alfiyah, karya ibnu Malik al-andalusi, biasanya menggunakan syarah ibnu Aqil atau Syarah Jalaluddin al-shuyuti dalam kitabnya Bahjah al-mardhiyyah
2. Jauhar al-Tauhid, karanga Imam Ibrahim al-Laqqani, bernazhamkan Rajaz mengenai aqidah asy’ariyyah dalam ilmu tauhid
3. Al-Risalah lil imam abi zaiyd al-qairawani, menerangkan aqidah asy’ariyah dan fiqih maliki
4.
Laamiyah al-‘arab, karya penyair Jahiliyah Amr bin Malik al-azdi mengenai sastra syiir
5. Al-hamduniyah fi ‘ilm al-‘arudh karya al’allamah Hamdun bin Abdurrahman, mengenai ilmu ‘Arudh
6. Al-Waraqat karya imam haramain al juwaini, mengenai ilmu ushul fiqih
7. Miftah al-ushul karya Muhammad bin Ahmad al-Tilimsani al-jazairi, mengenai ushul fiqih
8. Al-Samlali al-rasmukiyyah karya Abu Salim Ibrahim al-simlali, bernazhamkan rojaz mengenai ilmu matematika.
9. Al-jawahir al-maknunah, karya Ahmad bin sulaiman al-Rasmuki, bernazhamkan rojaz mengenai ilmu faraidh
10. Al sulam al-muanawwaraq karya Abdurrahman al-khudari, mengenai ilmu manthiq, bernazhamkan rojaz
11. Al-Jauhar al-maknun, karya Abdurrahman al-khudari, mengenai ilmu balaghah bernazamkan rojaz.
Untuk tingkatan ‘Tsalitsah (ketiga), biasanya melanjutkan beberapa kitab yang tebal yang smpat tidak dikhatamkan.
Diantara Jasa besar Madrasah ‘Atiqah
Madrasah al-‘Atiqah sebagai lembaga pendidikan yang sejak dulu banyak mencetak para Faqih (red. Ahli ilmu Agama) dan imam Masjid, dapat dilihat kebanyakan yang menjadi imam shalat dan menyebarkan ilmu di beberapa masjid Maroko adalah keluaran Madrasah al-‘Atiqah.
Setelah aturan baru yang di tetapkan oleh raja Muhammad IV, bahwa madarasah al-‘Atiqah terbagi menjadi dua macam, yang pertama madrasah atiqah yang mengikuti aturan menteri pendidikan, sehingga pelajarnya mendapatkan beasiswa tambahan dan jika sudah lulus akan medapatkan syahadah Bakaloria (ijazah nasioanal), yang kedua madrasah yang terpelas dari nizham-nizham pemerintah, namun biyaya madarasah semuanya ditanggung penuh oleh masyarakat sekitar mulai dari makan dan sebagainya hanya saja tidak disediakan ijazah nasional. 
Referensi :
Tarikh Madrasah Ighdi, Abdullah Rais
Al-Ma’sul, Mukhtar al-Sousi
http://afayane.com/2011/08/2- تاريخ-المدارس-العتيقة-بالمغرب

*Penulis adalah mahasiswa program S1 jurusan Dirasat Islamiyyah di Universitas Hassan II – ‘Ain Chock, Casablanca. Penulis dapat dihubungi via FB: محمد إقبال منصوري

Tag Post :
Karya,Keilmuan & SDI,Minggu-an Menulis,Slider

Bagikan Artikel ini

satu Respon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *