MENGENAL ISLAM RAHMATAN LIL ‘ALAMIN

Mengenal Islam “Rahmatan Lilalamin”
Oleh; Tafta Zani Amin

Agama islam disebarkan oleh Rasulullah pertama di Mekkah, lalu menyebar keseluruh penjuru bumi setelah serangkaian ekspansi yang dilakukan oleh para khalifah islam dan dinasti-dinasti kerajaan islam pasca Rasulullah. Dalam membentangkan pengaruh ajaran islam diseluruh dunia, islam tidak menggunakan aksi-aksi kekerasan dan pemaksaan terhadap pemeluk lain. Islam diperkenalkan sebagai agama yang cinta kedamaian, cinta kebenaran, cinta keadilan. Sehingga pemeluk agama lainpun tertarik pada ajaran islam, dan dengan kesadaran diri mereka memberanikan diri masuk dalam ajaran islam tanpa ada intervensi pemaksaaan, apalagi aksi kekerasan.

Kalau seandainya islam diperkenalkan sebagai agama yang radikal, ekrem dan angkuh, barangkali islam akan kehilangan pengaruh dan tidak akan memiliki banyak penganut, namun kenyataannnya islam memiliki banyak penganut diseluruh dunia. Hal ini membuktikan bahwa islam adalah agama yang penuh rahmah, karena kenyataanya islam memang membawa rahmat, menebarkan kasih sayang dan jaminan keselamatan.
Islam bukan agama radikal.

Jika dewasa ini, kita sering disajikan berita-berita kekerasan atas nama islam, hal tersebut bukan disebabkan islam mengajarkan kekerasan. Setidaknya ada beberapa sebab yang memicu terjadinya kekerasan atas agama islam atau dikait-kaitkan dengan agama islam.
Pertama, aksi teror tersebut dilakukan oleh kelompok islam militan. Terjadinya tindak kriminal, teror dan aksi-aksi anarkis lainnya lebih disebabkan oleh kelompok atau oknum tertentu ditubuh umat islam yang tidak memiliki pengetahuan mendalam tentang islam. Biasanya, mereka ini adalah kelompok garis keras atau yang kerap dikenal dengan sebutan “islam radikal” atau “islam militan”. Selama ini, orang diluar islam memandang islam sebagai agama yang keras, dikarenakan mereka lebih sering dipertontonkan dengan aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh islam garis keras ini, sehingga islam sebagai agama yang rahmat dan penuh toleran, tidak pernah ada artinya sama sekali dimata mereka. Sebut saja seperti ISIS yang belakangan ini tengah menjadi tranding topic diberbagai media massa karena misi kerasnya yang ingin menegakkan kembali khilafah islamiyah dengan menyampingkan tindakan-tindakan brutal yang memperburuk citra islam dimata dunia, yang nyaris memiliki misi yang serupa dengan ISIS adalah Hisbut Tahrir yang tak kalah ekstrem, ada juga kelompok islam militan yang lain yang oleh media barat disebut terorisme. Runtuhnya gedung WTC dan pentagon pada 11 september 2001 yang silam menjadi babak awal bagi tersebarnya istilah terorisme yang dialamatkan kepada islam.

Kedua, terjadinya aksi kekerasan tersebut dilakukan oleh non-islam yang berambisi menghancurkan citra islam dimata dunia, seperti diketahui bersama bahwa barat dalam hal ini Eropa dan Amerika memang dikenal sebagai “musuh islam” paling berbahya yang kerap menuduh islam sebagai agama teror untuk memperburuk citra islam dan menghancurkan islam, karena menurut mereka islam adalah satu-satunya agama yang akan menghalangi misi utama mereka untuk menguasai dunia. kedengkian barat terhadap islam tersebut ditunjukan dengan mempertontonkan islam pada wajah dunia sebagai agama yang ekstrem, radikal dan militan. Sementara barat sendiri adalah bangsa Barbar yang melegalkan terjadi pembantaian terhadap palestina oleh Yahudi Zionisme. Pembunuhan massal terhadap Bosnia, Afghanistan. Bukankah tidak lebih pantas jika istilah terorisme, ektrem, radikal, keras dan kejam itu disandang oleh mereka sendiri?.

Tidak cukup sampai disitu, berbagai upaya untuk menghancurkan islam mereka tampilkan lewat berbagai berita yang bertebaran dimedia-media barat yang sarat dengan tulisan-tulisan yang melecehkan dan merendahkan islam dan menuduh islam sebagai agama teror. Sehingga memunculkan istilah “phobia” terhadap islam. Konsekuensinya, masyarakat baratpun enggan menerima islam dan penganutnya. Sehingga tidak mengherankan jika berbagai sumber berita menyebutkan bahwa umat islam yang tinggal dibarat mendapatkan perlakuan tidak manusiawi, disebabkan kebencian mereka terhadap islam. Hal ini semakin  pelakunya adalah umat islam. Sementara itu, tindakan tidak manusiawi yang kerap mereka lakukan terhadap umat islam sendiri tidak dianggap sebagai pelanggaran kemanusiaan dan tindakan kekerasan. Selama ini barat seringkali mengembar-gemborkan pentingnya perdamaian, kemanusiaan, ham, toleransi, persaudaraan kepada semua orang, sementara dibalik layar mereka menyusun strategi perang melawan umat islam.    

 Ketiga, munculnya kekerasan atas nama islam disebabkan merebaknya kemungkaran. Hal ini akan memicu tindakan sebagian kelompok dalam islam yang tidak ingin kemungkaran tersebut semakin menjadi-jadi, sehingga cara untuk menghanguskan kemungkaran tersebut tidak ada lain selain harus diadili dengan kekerasan. Kendatipun sebenarnya kekerasan yang digunakan bukan dimaksudkan untuk semakin mengacaukan keadaa, tapi untuk memperbaiki keadaan yang sudah parah, sehingga kemungkaran tersebut bisa dilenyapkan minimal ditekan agar tidak semakin membesar. Jika aksi kekerasan yang dilakukan oleh sebagian golongan dalam tubuh islam tersebut dinilai oleh sebagai bentuk kriminal, tentu hal tersebut terlalu mengada-ngada dan tanpa pertimbangan. Berbagai reaksi dan protes serta tuduhan yang dilancarkan oleh berbagai kalangan terhadap insiden kekerasan yang sedang terjadi, lebih disebabkan oleh perasaan emosi yang sedang memuncak, sehingga tanpa memperhatikan latar belakang terjadinya insiden kekerasan tersebut dengan cermat, detil dan objektif tiba-tiba secara spontan meluncurkan tuduhan dan protes mematikan. Yang sangat memprihatinkan justru tuduhan dan protes tersebut dilancarkan oleh umat islam sendiri. Sebagai orang islam tentu sangat naif jika ikut-ikut meramaikan tuduhan tidak objektif terhadap kelompok islam yang sedang terlibat kasus kekerasan tersebut. Selama ini kekerasan  atas nama islam yang kerap menghiasi media massa lebih banyak berasal dari pandangan pribadi penulisnya yang sangat anti terhadap islam. Berita-berita tersebut kemudian dibesar-besarkan dan diperkuat dengan bukti-bukti tidak valid dan asal ngomong. Karena tujuan berita itu sendiri sebenarnya untuk menghasut publik agar mendukung dan bersimpati pada korban kekerasan yang jelas-jelas salah.    

Islam agama penuh kasih
Islam sebagai agama yang membawa rahmah, kasih sayang memang memiliki landasan yang kuat dari Al-Quran dan Hadits. Misi utama Nabi Adam diturunkan oleh Allah kemuka bumi bertujuan untuk menciptakan kemakmuran, kedamaian dan ketenangan serta rahmat dan kasih sayang dimuka bumi bukan untuk menciptakan kerusakan, kekerasan dan kemungkaran. Hal ini dipertegas oleh Allah dalam firmannya yang menceritakan tentang tugas utama Nabi Adam  dalam surah al-baqarah.

Dalam surah tersebut diceritakan bahwa Allah berdiskusi dengan para malaikat terkait rencana-Nya menciptakan khalifah dimuka bumi, para malaikat enggan menerima rencana tersebut, karena khawatir makhluk yang hendak diciptakan Allah hanya akan membuat makar, kerusakan dan pertarungan dimuka bumi, tapi Allah meyakinkan malaikat bahwa apa yang akan terjadi nantinya Allah yang lebih tahu. Kehawatiran malaikat tersebut muncul karena sebelumnya Allah telah menciptakan makhluk lain sebelum Adam yang mendiami bumi, tapi makhluk yang disebut-sebut Banuljan ini kerap berbuat ulah. Pertarungan hebat kerap terjadi diantara mereka, sehingga Allah membinasakan mereka. Insiden inipun membuat para malaikat trauma dan enggan untuk menyetujui rencana Alla
h dalam menciptakan makhluk bernama manusia di muka bumi.

Adam sebagai khalifah di muka bumi memiliki tugas penting untuk melestarikan bumi dan memakmurkannya. Setelah beliau tiada tugas, beliau digantikan oleh keturunannya secara terus menerus. Ribuan rasul dan nabi yang memperoleh mandat dari Allah untuk menjadi khalifah, semuanya menyeru manusia pada agama yang hanya mengesakan Allah (islam) dengan seperangkat kewajiban yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (vertikal) dan dengan sesama manusia (horizontal). Sebagai utusan Allah, tentu dalam menyampaikan risalahnya, semua rasul tersebut menggunakan pendekatan yang lemah lembut dan menebarkan kasih sayang. Pendekatan ini juga diterapkan oleh wali songo dalam menyebarkan agama islam di nusantara. Sehingga dakwah dengan sikap damai, ramah dan penuh kasih yang digunakan wali songo tersebut mendampat sambutan hangat dari masyarakat. Masyarakat nusantara yang secara umum beragama hindu-budha pada waktu itu pada akhirnya lebih tertarik pada ajaran islam dan dalam waktu yang singkat, islam benar-benar menyebar luas dinusantara, bahkan sekarang mayoritas bangsa indonesia beragama islam. Wallahu a’lam

Tag Post :
Artikel,Keilmuan & SDI,Minggu-an Menulis,Opini

Bagikan Artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *