Pemateri: Muhammad Ayyub Firdaus
Pemateri mengangkat tema ini didasari dari banyaknya kesalahan persepsi di masyarakat tentang penggunaan kata Anarki, yang identik dengan penyelesaian suatu masalah melalui tindak kekerasan.
Anarki sendiri berarti menentang segala sistem yang merugikan rakyat, dan tidak harus melalui kekerasan.
Anarki berbeda dengan Vandalisme, dimana Vandalisme identik dengan kekerasan, dan kata inilah yang sebenarnya lebih tepat digunakan untuk menggantikan kata anarki yg merujuk pada penyelesaian masalah melalui tindak kekerasan.
Kata Anarki sendiri mulai diidentikkan dengan kekerasan sejak banyaknya tindak kekerasan yg dilakukan oleh orang2 yg menganut ideologi anarkisme ini, padahal mereka hanyalah oknum, dan oknum tidak bisa dijadikan tolak ukur.
Sedangkan kata Barbar sendiri merupakan istilah yg digunakan oleh orang2 eropa untuk mengejek orang2 di afrika utara yg menjadi musuh mereka, barbar sendiri secara harfiah bermakna “kaum yg tidak beradab”.
Sedangkan di Indonesia sendiri kekerasan sering terjadi akibat dari pemahaman demokrasi yg salah, dengan mengambil makna demokrasi yg berarti kebebasan, dan mengabaikan nilai2 demokrasi itu sendiri, padahal demokrasi itu berarti kebebasan yg bertanggung jawab, kebebasan diri tanpa mengganggu kebebasan orang lain.
Fenomena turunnya mahasiswa ke jalan, memang merupakan hal yg sah2 saja, bahkan merupakan bukti rasa cinta mahasiswa terhadap pemerintah mereka, tetapi jika dibumbui dengan aksi2 kekerasan, tentu ini merupakan hal yg tidak dapat dibenarkan.
Terakhir, Benjamin Franklin pernah berkata “barangsiapa yg mengorbankan kebebasan untuk mendapatkan keamanan, maka ia tidak akan mendapat apa2”, kekerasan hanyalah pilihan terakhir dalam menyelesaikan masalah jika diplomasi tidak dapat diupayakan lagi, jadi selama masih bisa diselesaikan dengan damai mengapa harus dengan kekerasan? ini yg harus kita perhatikan, demi kemaalahata umat manusia dan terwujudnya perdamaian dunia.