Bahasa Arab Alquran dan Pengaruhnya dalam Bahasa Indonesia (tinjauan Semantik)
Pendahuluan
Bahasa Arab tidak dapat dipisahkan dari Islam, sehingga sering disebutkan bahasa Arab adalah bahasa Islam, selain itu bahasa ini terpilih menjadi bahasa Alquran karena Alquran diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab. Berbagai ilmu pengetahuan Islam meliputi Tafsir, Fiqh, Ushul Fiqh, Ushuluddin, Hadis dan ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan agama Islam kebanyakan juga ditulis dalam bahasa Arab. Karena eratnya Islam dan bahasa Arab, maka wajarlah dimanapun Islam menyebar maka di tempat tersebutlah Bahasa Arab tersiar. Begitu juga halnya penyebaran agama Islam ke Indonesia dengan pengaruhnya terhadap berbagai aspek kehidupan diantaranya dalam bidang bahasa dan sastra. Interaksi yang terjadi antara orang Arab penyebar Islam memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penambahan kosakata bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Bahkan setelah Islam memperkenalkan ajaran-ajarannya di Indonesia, banyak istilah-istilah keagamaan yang diserap dan selanjutnya dijadikan sebagai bagian dari bahasa Indonesia diantaranya bahasa yang diserap dari Alquran.
Bahasa yang diserap dari Alquran tanpa disadari menjadi bahasa yang populer dan baku di kalangan penutur bahasa Indonesia pada awalnya. Bahkan kesakralan kosa katanya karena berasal dari Alquran dianggap lebih mulia diucapkan tanpa mencari makna-mkana lain yang mungkin dapat dialihbahasakan. Diantaranya adalah bahasa Alquran bahasa Arab di dalam Alquran. Beberapa kosa kata Alquran yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dan memiliki makna yang sama dengan yang dimaksud oleh Alquran. Diantaranya, nikah/نكاح /, duri / ضريع, hukum/حكم, nasihat/نصيحة, kuat/قوة, surat/ سورة, kursi/كرسي dan lain-lain lebih dari 1000 kata. Namun banyak yang tidak menyadari bahwa bahasa ini diserap dari bahasa Arab. Dalam persfektif ilmu dilalah atau sering disebut semantik (ilmu yang mempelajari tentang makna suatu kata), terdapat kata-kata yang memiliki perluasan makna ketika digunakan dalam bahasa aslinya dalam hal ini bahasa Arab, namun dalam penyerapannya ke dalam bahasa Indonesia maknanya menjadi menyempit. Seperti kata fitnah/فتنة/ dalam Alquran memiliki makna yang berbeda-beda diantaranya bermakna ujian, dalam al-Anfal ayat 28, bermakna kufur atau paganisme dalam surat an-Nisa ayat 91, bermakna azab pada surat az-Zariyat, bermakna sesat pada surat al-Maidah ayat 41 dan sebagainya. Perluasan makna ini merupakan bukti kemukjizatan Alquran yang memiliki makna yang beragam. Berbeda dengan bahasa Indonesia, kata fitnah digunakan untuk satu makna, yaitu melemparkan tuduhan kepada seseorang dengan tujuan menjatuhkan kehormatannya di depan khalayak. (KBBI, 38)
A. Pengertian Ilmu Semantik
Semantik dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani “sema” (kata benda) Yang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud tanda atau lambang disini adalah tanda-tanda linguistik. Menurut Ferdinand de Saussure (1966), tanda linguistik terdiri dari:
1. Komponen yang menggantikan yang berwujud bunyi bahasa.
2. Komponen yang diartikan atau makna dari komponen pertama.
Dari dua tanda-tanda ini dibatasi bahwa ilmu semantik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya dan ilmu yang mempelajari tentang makna atau arti. Dalam bahasa Arab Semantik dikenal dengan sebutan Ilmu Dilalah.
B. Analisa Makna Kata dalam Alquran dan Penggunaannya dalam Bahasa Indonesia
Terdapat beberapa kata dalam Alquran yang digunakan dalam bahasa Indonesia dan maknanya ada yang mengalami perubahan dan tidak. Dalam hal ini dapat digolongkan ke dalam empat golongan :
1. Makna yang tetap: kata-kata yang diserap dari Alquran ke dalam bahasa Indonesia namun tidak mengalami perbedaan makna. Kosa kata ini pada umumnya berkaitan dengan istilah-istilah keagamaan bukan budaya. Contoh:
a. Allah /الله/ , dalam Alquran bermakana Tuhan yang Maha Benar Pencipta seluruh Alam (QS. Al-Fatihah: 2) nama ini sejajar dengan Nama-nama dalam Asmaul Husna. Ketika diserap ke dalam Bahasa Indonesia, maka maknanya tetap tidak berubah.
b. In sya Allah/إن شآء الله/ dalam alquran bermakna jika dikehendaki Allah, mengandung makna harapan agar Allah merealisasikan cita-citanya (QS.Yusuf : 99). Dalam bahasa Indonesia dimaknai sama.
2. Penyempitan Makna (تخصيص الدلالة), makna yang di dalam Alquran bermakna luas namun dalam Bahasa Indonesia makna ini dipersempit. Contoh:
a. Hafiz /حافظ/ dalam Alquran bermakna segala yang dijaga baik yang abstrak maupun yang zahir (QS. Yusuf: 64). Dalam bahasa Indonesia makna Hafiz adalah seseorang yang menghafal Alquran.
b. Rasul /رسول/ yang dalam Alquran dimaknai seseorang yang diutus oleh Allah kepada kaumnya (QS. Al-Isra’:15). Dalam bahasa Indonesia Rasul itu adalah Nabi Muhammad Saw saja.
c. Musabaqah /مسابقة/ dalam Alquran dimaknai berlomba-lomba dalam segala hal yang berhubungan dengan kebaikan (QS. Al-Maidah:48). Dalam Bahasa Indonesia musabaqah dimaknai perlombaan membaca Alquran.
3. Perluasan makna (تعميم الدلالة) yaitu kata-kata yang di dalam bahasa Arab bermakna khusus namun di dalam bahasa Indonesia bermakna umum.
a. Rumus/الرمز/ dalam Alquran khusus digunakan untuk menyatakan isyarat, (QS.Alu Imran: 41), namun dalam bahasa Indonesia rumus digunakan untuk menyatakan kaidah, kesimpulan dari pembahasan.
b. Kutip/كتب/ bermakna diwajibkan, diperintahkan dan dijadikan/ditetapkan.(QS. Al-Baqarah: 180,183 ) Sedangkan dalam bahasa Indonesia bermakna memindahkan atau mencatatkan.
c. Naskah/نسخة/ dalam Alquran bermakna mengganti, menulis (QS.Al-‘Araf: 154). Dalam bahasa Indonesia maknanya diperluas menjadi teks, tulisan asli dari seorang pengarang, atau tulisan tangan dari seorang penulis baik berupa coretan-coretan maupun yang telah ditulis rapi.
4. Perubahan makna dan fonem ditinjau dari penggunaannya, dibagi kepada 4 kategori :
1. Perubahan makna dari abstrak kepada abstrak, contoh:
a. Afsah /أفصح/ dalam bahasa Alquran diartikan fasih (QS.Al-Qashash: 34). Dalam bahasa Indonesia dimaknai benar.
b. Ikhtiar/إختيار/ dalam bahasa Alquran dimaknai pilihan (QS. Al-Qashash: 68). Dalam bahasa Indonesia dimaknai upaya atau usaha.
c. Kalap/انقلاب/ dimaknai dalam Alquran kembali (QS. Al-Muthaffifin:31), sedangkan dalam bahasa Indonesia dimaknai ketakutan yang bersangatan.
2. Perubahan makna dari abstrak kepada konkrit, contoh :
a. Tasbih /تسبيح / dalam Alquran bermakna menyebut nama Allah dan mensucikannya dari sifat-sifat tercela (QS. Al-Isra’: 44). Dalam Bahasa Indonesia, tasbih diartikan alat untuk bertasbih berupa biji-bijian yang diikat dengan tali.
b. Musyarakah(masyarakah) /مشاركة/ dalam bahasa Arab bermakna kerjasama (QS. Al-Isra’: 64). Dalam bahasa Indonesia bermakana kelompok masyarakat.
c. Takbir/تكبير/ ungkapan untuk mengagungkan Allah (QS. Al-Isra’:111). Dalam Bahasa Indonesia diartikan perayaan Idul Fitri dan Idul Adha yang disertai dengan pemukulan gendang.
3. Perubahan Makna dari konkrit ke dalam bentuk abstrak, contoh kalimat sy
ajarah /شجرة/ dalam bahasa Alquran diartikan pohon (QS. Al-Baqarah:35). Dalam Bahasa Indonesia diartikan peradaban atau sejarah.
4. Perubahan makna konkrit kepada makna konkrit, contoh:
a. kolam /قلم/ ada dua makna dalam Alquran, alat menulis (QS.Al-Qalam: 1). Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai sumur yang dipenuhi dengan ikan.
b. daerah/دائرة/ dalam bahasa Alquran diartikan lingkaran atau putaran(QS. At-Taubah : 98), sedangkan dalam Bahasa Indonesia diartikan provinsi.
Penutup
Secara umum, bahasa Arab banyak memberikan kontribusi yang besar dalam menambah kosa-kata bahasa Indonesia. Sebahagian dari kosa-kata tersebut ada yang berasal dari Alquran dan ini tidak terbatas hanya dalam hal yang berkaitan dengan kalimat semata namun lebih dari itu diantaranya perubahan dari aspek fonem dan gramatika.
Wallahu ‘alam
Sumber Rujukan:
2. Abu al-Fadhl Syihab ad-Din as-Sayyid Mahmud al-Alusial-Baghdadi, Tafsir al-Quran al-‘Azhim waas-Sab’a al-Matsani, Dar-at-Thiba’ah al-Muniriyyah, Al-Qahirah, tt.
3. Abu Ja’far Muhammad in Jarir at-Thabari, Tafsir at-Thabari Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil al-Quran, Mathba’ah Dar al-Ma’arif, Al-Qahirah, tt.
4. Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Ahmad al-Anshari al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, Dar asy-sya’b, Al-Qahirah,tt.
5. Karim Zaki Hissam ad-Diin, at-Tahlil ad-Dilali: ijraatuhi wamanahijuhu, Dar Gharib, al-Qahirah, 2000.
6. Ibrahim Anis, Dilalah al-Alfaz, Maktabah al-Anjelo al-Mishriyyah, al-Qahirah, 1963.
7. ‘Abd al-Mutha’ali Ahmad Dimyathi, Al-Alfaz al-Muqtaridhah minal Quran wa dilalatuhuha fi dau’I ad-dirasat al-lughawiyyah al-Haditsah, makalah Pinba, Jakarta 2009.
8. Muhammad ‘Ali al-Khauli, ‘ilm ad-Dilalah(‘ilmu al-Ma’na) Jami’ah al-Malik as-Su’ud, Riyadh, 2000.
*Penulis merupakan calon kandidat Doktoral di Universitas Sidi Mohammed bin Abdellah – Fez. Penulis dapat dihubungi melalui FB: Fatma Youlia Rachid