AL-HUBB
oleh: Nafidul Ihsan*
Seperti yang kita semua telah ketahui, bahwa manusia dan kehidupan manusia tidak bisa lepas dari apa yang disebut dengan cinta kasih (love). Banyak penyair, pencipta lagu, puisi, ahli-ahli filsafat, dan ahli-ahli agama yang mencoba mendefinisikan apa arti sebenarnya dari cinta kasih itu. Apa arti cinta sebenarnya, cinta kasih sesama manusia dari sudut pandang Islam. Terutama dalam kaitannya pada cinta kasih antara laki-laki dan perempuan. Banyak orang berkata: I love you (Aku cinta padamu), akan tetapi, sebenarnya mereka hanya berkata bahwa aku cinta wajahmu yang cantik jelita, aku cinta uangmu, fasilitasmu, dan yang sejenisnya. Apakah ini cinta? Spiiik.
Bagaimana Islam memandang cinta antara pria dan wanita? Memang hal ini sangat sensitif, tapi inilah suatu keindahan dalam agama yang telah dipilih oleh Allah untuk semua umat manusia, bahwa islam memperhatikan setiap aspek dari perjalan hidup seseorang, yang pastinya akan memberikan hikmah baginya.
Kata cinta sangat populer dalam kehidupan kita sehari-hari, dan tidak akan habis itu dibahas karena begitu banyak pengertian cinta. Banyak orang-orang menggunakan kata ini dalam hubungan antara pria dan wanita ketimbang dengan hal yang lain.
Cinta seorang muslim kepada Allah
Cinta manusia kepada Allah hanya memiliki satu arti yaitu mengikuti Rasulullah saw, artinya mengikuti wahyu yang diturunkan Allah kepada nabi kita Muhammad saw atau hukum yang diturunkan kepadanya. Dalam surat ali imran ini Allah berfirman: “qul inkuntum tuhibbuunallaha fattabi’uni yuhbibkumullah”. Artinya: “Katakanlah kepada mereka hai Muhammad Jika kamu benarbenar mencintai Allah ikutilah aku niscaya Allah mencintaimu”.
Cinta Allah kepada hambaNya
Cinta Allah terhada hambaNya dalam al-qur’an Allah berfirman:“ Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamaNya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Allah maha luas (pemberianNya) lagi maha mengetahui (5:54). Dalam ayat ini kita lihat Allah mendahulukan cintaNya kepada hambaNya daripada cinta hambaNya terhadapNya. Padahal Allah swt sendiri tidak memerlukan untuk mencintai hambaNya atau dicintai.
Dalam hadits qudsi Nabi saw bersabda bahwa Allah swt berkata: “Kalau Allah swt mencintai seorang hamba, maka beliau memanggil Jibril. “O Jibril! Aku mencintai si fulan, maka cintailah dia. Lalu Jibril memanggil penghuni langit. “Wahai penghuni langit! Sesungguhnya Allah mencintai si fulan maka cintailah dia. Lalu penghuni bumipun mencintainya”.
Cinta antara laki-laki dan perempuan
Cinta yaitu Al-Widaad yakni kecenderungan hati pada yang dicintai, dan itu termasuk amalan hati, bukan amalan anggota badan/dhahir. Pernikahan itu tidak akan bahagia dan berfaedah kecuali jika ada cinta dan kasih sayang diantara suami-isteri. Dan kuncinya kecintaan adalah pandangan. Oleh karena itu, Rasulullah Saw menganjurkan pada orang yang meminang untuk melihat pada yang dipinang agar sampai pada kata sepakat dan cinta.
Sungguh telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Nasa’i dari Mughirah bin Su’bah r.a berkata : “Aku telah meminang seorang wanita”, lalu Rasulullah Saw bertanya kepadaku : “Apakah kamu telah melihatnya ?” Aku berkata : “Belum”, maka beliau bersabda : “Maka lihatlah dia, karena sesungguhnya hal itu pada akhirnya akan lebih menambah kecocokan dan kasih sayang antara kalian berdua”
Kebanyakan dari orang-orang, lebih-lebih pemuda dan pemudi, pemahaman mereka rancu tentang cinta” dan apa-apa yang tumbuh dari cinta itu, dari hubungan antara laki-laki dan perempuan. Dimana mereka beranggapan bahwa cinta itu suatu maksiat, karena sesungguhnya dia memahami cinta itu dari apa-apa yang dia lihat dari lelaki-lelaki rusak dan perempuan-perempuan rusak yang diantara mereka menegakkan hubungan yang tidak disyariatkan. Mereka saling duduk, bermalam, saling bercanda, saling menari, dan minum-minum, bahkan sampai mereka berzina di bawah semboyan cinta. Mereka mengira bahwa ‘cinta’ tidak ada lain kecuali yang demikian itu. Padahal sebenarnya tidak begitu, tetapi justru sebaliknya.
Sesungguhnya kecenderungan seorang lelaki pada wanita dan kecenderungan wanita pada lelaki itu merupakan syahwat dari syahwat-syahwat yang telah Allah hiaskan pada manusia dalam masalah cinta. Artinya Allah menjadikan di dalam syahwat apa-apa yang menyebabkan hati laki-laki itu cenderung pada wanita, sebagaimana firman Allah Swt :”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak,…”] Ali-’Imran : 14
Allah lah yang menghiasi bagi manusia untuk cinta pada syahwat ini, maka man
usia mencintainya dengan cinta yang besar, dan sungguh telah tersebut dalam hadits bahwa Nabi Saw bersabda :
usia mencintainya dengan cinta yang besar, dan sungguh telah tersebut dalam hadits bahwa Nabi Saw bersabda :
[“Diberi rasa cinta padaku dari dunia kalian : wanita dan wangi-wangian dan dijadikan penyejuk mataku dalam sholat’] HR Ahmad, Nasa’i, Hakim dan Baihaqi.
Andaikan tidak ada rasa cinta lelaki pada wanita atau sebaliknya, maka tidak ada pernikahan, tidak ada keturunan dan tidak ada keluarga. Namun, Allah Swt tidaklah menjadikan lelaki cinta pada wanita atau sebaliknya supaya menumbuhkan diantara keduanya hubungan yang diharamkan, tetapi untuk menegakkan hukum-hukum yang disyari’atkan dalam bersuami isteri, sebagaimana tercantum dalam hadits Ibnu Majah, dari Abdullah bin Abbas r.a berkata : telah bersabda Rasulullah Saw: [“Tidak terlihat dua orang yang saling mencintai, seperti pernikahan”]
Dan agar orang-orang Islam menjauhi jalan-jalan yang rusak atau keji, maka Allah telah menyuruh yang pertama kali agar menundukan pandangan, karena ‘pandangan’ itu kuncinya hati, dan Allah telah haramkan semua sebab-sebab yang mengantarkan pada fitnah, dan kekejian, seperti berduaan dengan orang yang bukan mahramnya, bersenggolan, bersalaman, berciuman antara lelaki dan wanita, karena perkara ini dapat menyebabkan condongnya hati. Maka bila hati telah condong, dia akan sulit sekali menahan jiwa setelah itu, kecuali yang dirahmati Allah Swt.
Bahwa Allah tidak akan menyiksa manusia dalam kecenderungan hatinya. Akan tetapi manusia akan disiksa dengan sebab jika kecenderungan itu diikuti dengan amalan-amalan yang diharamkan. Semisal, apabila lelaki dan wanita saling pandang memandang atau berduaan atau duduk cerita panjang lebar, lalu cenderunglah hati keduanya dan satu sama lainnya saling mencinta, maka kecondongan ini tidak akan menyebabkan keduanya disiksanya, karena hal itu berkaitan dengan hati, sedang manusia tidak bisa untuk menguasai hatinya. Akan tetapi, keduanya diazab karena apa yang dia lakukan. Dan karena keduanya melakukan sebab-sebab yang menyampaikan pada ‘cinta’, seperti perkara disebutkan. Dan keduanya akan dimintai tanggungjawab, dan akan disiksa juga dari setiap keharaman yang dia perbuat setelah itu.
Adapun cinta yang murni yang dijaga kehormatannya, maka tidak ada dosa padanya, bahkan telah disebutkan oleh sebagian ulama seperti Imam Suyuthi, bahwa orang yang mencintai seseorang lalu menjaga kehormatan dirinya dan dia menyembunyikan cintanya maka dia diberi pahala. Semoga kita semua bisa menjaga diri kita dari cinta yang salah.
*Penulis adalah Mahasiswa program S1 Jurusan Dirasaat Islamiyyah di Universitas Mohammed V – Rabat. Penulis bisa dihubungi melalui FB: Nafidul Ihsan