Aku dan Para Fans ‘Ada Apa dengan Cinta 2’ (Based on Real Story)

     Pagi ini tepat pukul 08.00 waktu kota Tanger, sebuah panggilan via WhatsApp masuk ke smartphone ASUS ku, Entah nomer siapa ini, foto DP-nya anak perempuan kecil. Dengan suara cool nada rendah, Aku  mulai membuka pembicaraan.
” Halo, Maaf,  dengan siapa? “
” ini aku Wiam, dari Fes, mas. “
“Oh mbak Wiam. Ada apa mbak?”
“Ini mas, Mingguan Menulis”
“maksudnya?”
“Sekarang Giliran mu untuk menulis di Mingguan Menulis PPI Maroko “
“oh begitu …” sontak aku kaget,
“kenapa tidak beritahu dari kemarin, mbak?”
“Kan jadwalnya sudah dishare Mas”
 “Aku belum baca mbak, maaf”
“Ya dah. Intinya mas Ulum sekarang harus menyerahkan tulisan . Temanya terserah, yang penting 2 halaman minimal . Syarat- syarat penulisannya sudah saya kirimkan,  sialahkan dibaca.”
“Paling lambat kapan mbak?”
“aku kasih waktu sampai sabtu ya?..”
“Insya Allah mbak. Semoga ada ide. Soalnya bulan-bulan ini aku lagi seret nih. Garing gak ada inspirasi.
        Percakapan selesai, Telpon aku tutup. Aku kembali merebah sambil memandang ke luar jendela. Cuaca mendung menyelimuti pagi ini. Bunyi rintik-rintik hujan seakan memainkan melodi klasik untuk sebuah pagi yang suhunya mencapai 22°C. Em, cukup dingin memang. Aku suka cuaca ini, dan sudah lama aku menunggu suasana yg seperti ini. Tenang tentram tanpa hiruk pikuk kesibukan kota.  Yap, inilah warna kota Tanger, salah satu kota yang  katanya masuk nominasi kota tersejuk di Maroko.
       Sebaris pesan masuk di inboxku, notifikasinya mengagetkanku ” Bangun bangun!!! ..” itu pesan dari Setia, ” Buat tulisan tentang penglamanmu selama kuliah dengan  kita di Surabaya aja Mas, ” spontan dia memberi masukan kepadaku, ” kok bisa kamu tahu kalau hari ini aku dapat giliran menulis untuk PPI ?” aku kaget, ” aku sudah baca status mu Mas, hehehe”,  Aku pun tersenyum. Setia adalah teman sekelasku waktu kuliah di Surabaya. usianya 7 tahun lebih muda dariku. Aku, Setia dan beberapa teman satu kelas pernah membuat Club Pecinta Film-film Romantis Indonesi (CPFRI). Club ini adalah wadah bagi teman-teman satu kelas yang ingin berbagi cerita dan berdiskusi tentang film-film romantis Indonesia. Saat itu film yg sering kita perbincangkan adalah ‘Ada apa dengan Cinta 1’. Entah kenapa kita kompak sangat menyukai  film romantis yang dirilis tahun 2002 itu, padahal film itu sudah sangat kuno. Beberapa minggu setelah Club ini berdiri kita mendapatkan info bahwa Miles Film sedang menggarap Episode ke-2 dari film romantis tersebut. Kita menyambutnya dengan sangat antusias,  bahkan berencana untuk mengadakan nonton bareng  di layar lebar bersama teman-teman satu kelas.
        Seiring berjalannya waktu,  tema yang kita bahas tidak hanya seputar  cerita film-film romantis saja, akan tapi berkembang ke topik yang lain, seperti masalah keluarga, cinta , bahkan agama, mungkin akan  lebih tepat kalau disebut dengan C2TS (Club Curhat Teman Sekelas). Singkat cerita, club ini bubar beberapa minggu sebelum pemutaran AADC 2, karena Aku memutuskan untuk keluar dari kampus itu secara tiba-tiba. Itulah hidup,  datang dan pergi begitu saja.
      “Mas, gimana usulku, diterima gak?” Setia kembali bertanya , nanti li tampaknya gadis berambut lurus itu antusias, “em, gimana yah, masalahnya aku gak tahu cerita yang mana yang pantas aku angkat, sebenarnya aku ingin mengangkat tema cinta, hehehe,” selorohku bercanda, “cuma aku gak punya pengalamaa tentang hal itu selama hidupku di Surabaya”.  Temanku yang berambut lurus  ini terus mendorongku agar menulis tentang penglaman selama belajar di kampus yang mempunyai slogan ‘semangat pagi’ itu.  “Gak harus tentang cinta Mas, bisa tentang kesanmu selama berteman dengan kita saja”. Aku hampa, garing tanpa ide, enatahlah. Dulu aku memang hobi menulis, tapi semenjak kehilangan pekerjaanku pada tahun 2014, aku menjadi sosok yang tidak punya gairah menulis. “ya,  insya Allah aku pertimbangkan dulu. Semoga ada bagian yang enak buat diceritakan.” Aku memberikan secercah harapan ke Setia.
      Awan yang pekat masih meyelimuti pagi ini.  Kota  seakan membisu, tidak seperti biasanya. Entah kenapa cucana yang seperti ini selalu membawaku terkenang masa lalu. Kulirik jam di smartphoneku, Sudah hampir satu jam dan Aku hanya duduk memandang kaca jendela kamar tua ini. Irama Rintik-rintik gerimis ini seakan membisikkan potongan kisah di masa lalu. Terasa begitu hidup.  Awan pekat itu seakan melukiskan wajah-wajah orang yang kukenal di masa lalu…
       Tiba-tiba perjalanan memoriku berselancar ke bulan Juni 2016, saat Aku tinggal di padepokan ‘Lemah Pandita’  dalam rangka menemani Ibad, teman lamaku asal Banyuwangi. Aku membantunya mengurus keseharian anak-anak peserta karantina mengaji al-Qur’an yang diadakan beberapa bulan di Padepokan tua ini. mulai dari memasak sampai membereskan tempat tidur mereka. Sekitar 15 anak dari keluarga du’afa ikut dalam karatina ini.
       Pemilik padepokan ini adalah seorang kontraktor asal Jakarta, namanya Pak Ustman, kini beliau sudah wafat. Beliau lebih sering tinggal di Jakarta,  beliau mengunjungi padepokan ini saat liburan atau ketika ada proyek bangunan di daerah Cianjur . Tak jarang juga padepokan ini digunakan untuk acara-acara seperti peringatan maulid nabi atau acara sosial pendidikan seperti karantina ini.
      Padepokan yang sudah cukup tua ini  luasnya hampir 2 hektar. Di dalamnya ada 1 rumah utama dan 1 Guest House yang sekarang dipakai sebagai penginapan para peserta Karantina, 1 rumah penjaga padepokan besama keluarganya, 1 rumah kecil khusus gudang, beberapa Gazebo , kebun, sawah, kolam ikan dan juga kolam berendam kecil.
      Mengeliingi area padepokan sambil menghirup udara segar adalah caraku untuk menikamati udara sore hari. Pak Alwi, seorang ahli waris padepokan pernah berkata “sesekali kau akan mencium bau minyak misik di area ini, meski hanya sejenak”,  dan Aku pribadi pernah mengalami hal seperti yang beliau ceritakan itu.
     Pak haji Asep, salah satu penjaga padepokan ini berkata bahwa ada beberapa titik di area padepokan ini yang sangat sakral atau keramat. Salah satunya adalah kolam berendam di bawah pohon duku sebelah selatan padepokan.” Dulu prabu Siliwangi pernah singgah di daerah ini dan duduk di sebelah sana,” kata beliau sambil menunjuk  ke arah kolam berendam yang saat itu masih dalam proses renovasi. Tanahnya dibor agar menembus sumber mata air di dasar tanah.”Aku juga pernah melihat sebuah cahaya terang yang terbang dari atas pohon kelapa itu menuju pohon duku samping kolam berendam dan tiba-tiba menghilang” lanjut  beliau. Antara percaya dan tidak aku mendengarkan.
     Waktu itu  malam Jum’at. Seperti biasa, beberapa warga kampung datang ke padepokan ini untuk mengikuti acara rutin, do’a dan dzikir bersama yang dipimpin oleh Ustad Zain.  Sosoknya yang ramah dan sederhana ini juga suka dengan hal yang berbau mistis. bahkan instingnya lebih tajam dari pada haji Asep. beliau datang dari Bekasi setiap malam jum’at untuk memimpin majlis dzikir di padepokan ini. sesekali aku juga ikut acara itu, termasuk malam ini. Sekitar 90 menit acara berlangsung. dan seperti biasa ditutup dengan makan minum ringan. sudah menjadi hal wajib selepas acara para jama’ah tidak langsung pulang, mereka menyempatkan diri  untuk ngobrol sampai dini hari.  Selalu saja ada hal baru di setiap malamnya dan aku suka cara orang sunda ini mengolah topik, apalagi kalau sudah masuk pembahasan mistis.
       
Suasana begitu tenang, para jamaah semuanya terdiam. Semua mata tertuju pada Ustadz Zain. Entah apa yang sedang dia lakukan, tangannya seperti mengambil sesuatu dari ruang udara hampa di depannya sambil mengepalkan tangannya, Sesaat kemudian dia membuka tangannya. Sebuah benda kecil seperti keris terlihat dari telapak tangannya. Sontak aku kaget, detak jantungku terhenti sesaat. Suasana semakin mencekam, ”dari mana benda itu berasal?” gumamku. tak salah lagi itu keris, di batang kering itu terlukir lafadz Arab, entah bagaiman membacanya, karena memang sangat kecil sekali. Aku yakin itu bukan butan manusia. Mana munkin manusia bisa mengukir tulisan sekecil itu.  “barusan ada jin datang kesini dan memberikan keris kecil ini kepadaku”. Aku seperti gila mendengar kata-kata beliau, benar-benar gak masuk akal. Aku memang sering dengar cerita kalau area padepokan ini sering didatangi makhluk ghaib. Dan aku gak terlalu menghiraukan cerita itu, aku anggap itu hanya fiktif belaka. Tapi malam ini aku seperti mulai percaya bahwa manusia bisa memiliki kontak mistis dengan makhluk dari alam ghaib.
        Aku sempet menanyakan  perihal tentang siapa Nyi Roro Kidul sebenarnya. Karena sempat beberapa anak yang ikut karantina di Padepokan ini bercerita padaku bahwa Nyi Roro kidul adalah sosok arwah wanita cantik yang gentayangan karena meninggal tidak wajar. Ceritanya,  suatu malam dia diperkosa oleh beberapa pemuda di salah satu pantai di daerah Sukabumi deket hotel di mana menginap, dan pemuda yang memperkosa nya itu memakai kaos warna merah. Setelah diperkosa,  mayatnya dibuang ke laut dan gak ditemukan sampai sekarang. Kamar  di mana wanita cantik itu pernah menginap sekarang ditutup, tak ada seseorangpun yang boleh memesan kamar itu. Beberapa karyawan hotel sering melihat dan mendengar suara wanita menangis dari dalam kamar itu. Menulis cerita ini membuat bulu kudukku berdiri semua, ngeri rasanya.
       Malam itu, ustad Zain  bercerita tentang siapa sebenarnya sosok Nyi Roro Kidul.“ Nama aslinya adalah Syarifah Fatimah, waliyullah wanita dan juga dzuriyyah Rosulullah SAW. Beliau diberi tugas oleh Nabi Khidir untuk menjaga Laut Selatan pulau jawa,”aku terdiam, melongo, aku sungguh tidak percaya , lucu,  kaget bercampur aduk, “Hoh, kok bisa ceritanya jadi seperti itu Tadz?” dia hanya tersenyum, “aku bercerita sesuai apa yang aku dapat dari guruku, percaya atau tidak itu hak kamu, tapi aku sangat meyakini cerita ini yang benar. Nyi Roro Kidul sering datang  ke padepokan  ini bersamaan dengan turunnya gerimis di tengah malam. Ustad Zain menambahkan. Jika kamu menjumpai kejadian itu maka itu artinya kamu akan mendapatkan kejutan di pekan ini. Entah Kejutan apa yang beliau maksud. Aku tidaj ingin tahu sampai sejauh itu, karena aku tidak begitu percaya dengan hal-hal yang berbau mistik.
        Beberapa hari kemudian ada anak karantina yang bercerita padaku bahwa hampir setiap tengah malam mereka terbangun karena mendengar suara air keran mengalir. Awalnya mereka menyangka ada anak kecil yang sedang bermain air di kamar mandi itu. Tapi setelah mereka cek ternyata kamar mandi itu kosong, tidak ada siapapun di dalamnya. Mereka akhirnya kembali ke kamar, tapi beberapa menit kemudian, bunyi yang sama terdengar lagi, bahkan semakin keras dan keras. Akhirnya mereka kembali mengecek kamar mandi itu, dan hasilnya tetap sama, tidak ada siapa-siapa di dalamnya. Dan ini terjadi berkali-kali, sampai akhirnya anak-anak berasumsi bahwa yang berulah itu bukan manusia tapi bangsa Jin.
       Atas permintaan anak-anak, akhirnya besok malamnya aku mencoba tidur di kamar mereka untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Sambil menunggu tengah malam aku berdiri di teras Guest House di mana anak-anak menginap. Nampaknya malam ini cukup dingin, langit terlihat mendung, sepertinya besok akan turun hujan. Gemercik air terdengar jelas dari kolam berendam yang tidak jauh dari tempat aku berdiri. Sesekali aku memandang lampu taman yang juga menyinari kolam itu.    
     Waktu hampir memasuki tengah malam, suasana begitu hening, tiba-tiba turun gerimis, jantungku berdetak kencang, suasananya mirip dengan yang diceritakan Ustadz Zain. Semoga cerita itu hanya fiktif. Ah, aku mencoba untuk tidak terbawa-bawa cerita itu.Tiba-tiba dua kursi goyang di teras guest house ini bergerak sendiri, bulu kuduku sampai berdiri.  Aku yakin ini bukan karena angin. Juga bukan karena dimainkan anak-anak. Mataku sampai tak terpejam melihatnya, nafsku sesak, jantungku seakan berhenti berdetak. Ini pemandangan yang aneh. Sungguh. Aku mencoba memanggil salah satu peserta karantina, “Ahmad, kamu di mana Mad…..?  tolong ke teras depan!”. Suasana sepi, tidak ada jawaban. “ halo, siapapun itu tolong keluar, jangan main-main!” suasana sangat mencekam, tidak ada suara sama sekali. Mungkin mereka sudah pada tidur. Aku langsung menuju arah pintu masuk kamar, yang letaknya tidak  jauh dari kursi goyang. Betapa kagetnya aku, tak ada seorangpun di dalam kamar ini. “Mereka  pada kemana?” Aku penasaran. Tiba-tiba terdengar suara air keran menyala.
         Sepertinya anak-anak mencoba mempermainkanku. Aku lansung menuju kamar mandi. Tiba-tiba suara air berhenti.  Aku mulai membuka pintu kamar mandi, oh.. tidak ada siapa-siapa di dalamnya, jantungku berdetak kencang. Sejurus kemudian terdengar suara seperti orang yang sedang mandi di kolam berendam. Aku mencoba menenangkan diriku kembali dan membuang jauh perasaan takutku. Aku menekan diriku agar tidak terbawa-bawa dengan cerita mistis yang diceritakan orang-orang. “Halooo teman-teman, tolong jangan coba-coba mempermainkan aku!”
        Aku bergegas menuju kolam, mataku memandang ke setiap arah. semuanya kosong, tidak ada siapa-siapa di sana. Tiba tiba seperti ada cahaya bergerak sangat cepat dari taman samping kolam menuju salah satu pohon kelapa di kebun itu. Aku berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa itu berasal dari senter milik kang Ujang, penjaga padepokan ini. sekejap kemudian cahaya itu menghilang. Suasana sangat sepi. Aku mengalihkan pandanganku menuju ke taman di samping kolam.
         Taman kecil ini adalah satu-satunya  tempat di padepokan ini yang dilarang untuk memasukinya. Rasa penasaranku semakin bertambah setelah banyak kejadian aneh malam ini. Aku rasa semua misteri bersumber dari tempat ini. Tiba-tiba rasa penasaranku menguat,  ada apa di dalamnya? . Tanpa berfikir panjang akupun masuk melalui pagar taman ini..
        Cahaya di dalam taman ini cukup redup.  Aku melihat sekeliling taman. Beberapa pohon asing tumbuh subur di sini. Di samping pohon bunga matahari yang indah  terlihat ada gundukan tanah, sepertinya itu adalah kuburan. Yup tidak salah lagi, itu adalah kuburan. Nampaknya ini masih baru. Tanpa berfikir panjang aku langsung mendekati sebuah Nisan kuburan itu. Kotoran tanah yang menempel membuatku sulit membaca tulisannya. Kuusapkan tanganku dan berusaha membacanya, Tiba-tiba smartphoneku bergetar, ada sms masuk, dari Sertia. “ Mas, Kapan main ke kampus Semangat Pagi lagi? Kami merindukanmu. Kita Tunggu di Gazebo Pramuka tanggal 3 Juni nanti, dilanjutkan  nonton Bareng film ‘Ada apa dengan Cinta 2 ’. Ingat Harus datang, gak boleh tidak !“  Aku  tersenyum, rasa takut yang menyelimutiku hilang seketika “Dasar cewek ini, masih seperti yang dulu.”
    Tak lama kemudian tulisan di nisan ini mulai terlihat jelas. Panjang sekali tulisannya. Aku seperti kenal tulisan ini,dengan tidak sabar, aku mulai membacanya:
       “Gimana rasanya dikerjain mas? Semua kejadian malam ini adalah sekenario kita. Kenapa secara tiba-tiba kamu keluar dari kampus? Tanpa pamit. Beberapa hari yang lalu kita mencari informasi tentang keberadaanmu,  kita melalui perjalanan yang sangat panjang. Kita temuai setiap teman dekatmu. Hingga akhirnya kita bertemu dengan Abid, tetangamu. Dia bercerita banyak tentangmu. Setelah mendapatkan alamatmu yang baru, aku dan teman-teman satu kelas berencana ingin membuat kejutan spesial untukmu. Akhirnya aku dan beberapa teman berkunjung ke Padepokan dimana kamu
tinggal sekarang. Waktu itu kamu lagi ada acara di jakarta untuk beberapa hari. Semuanya sudah kita atur jauh-jauh hari sebelumnya. Kita sering kontak ke Mas Ibad, temanmu. Mulai dari rencana A hingga Z. juga meminta tolong kepada anak anak karantika untuk membuat beberapa adegan mistrerius seperti tadi. Akhirnya saya dan teman- teman ingin mengucapkan Selamat Anda Masuk Perangkap Para Fans Pecinta Ada Apa Dengan Cinta”.

                                                                                  Bersambung ke cerpen part 2…

Tag Post :
Cerpen,Minggu-an Menulis

Bagikan Artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *