Privilege Muda Gen Z di Era Digital

Apakah kamu pernah mendengar kata privilege? Lalu, apa privilege itu? Apakah setiap orang, khususnya Gen Z, memiliki privilege yang sama? Mari kita bahas bersama!

Privilege dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) memiliki arti hak istimewa. Hak ini dapat berupa kelebihan, keuntungan, manfaat dan akses yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang. Dilansir dari Tempo, seseorang yang mempunyai privilege dipengaruhi oleh faktor sosial seperti jenis kelamin, ras, finansial, status sosial, usia, tingkat pendidikan dan faktor lainnya.

Kita tidak bisa menafikan bahwa setiap orang memiliki hak istimewa yang beragam. Terkadang orang dengan finansial yang baik akan lebih mudah untuk mengakses sesuatu. Dalam konteks akses informasi di era digital ini, Gen Z memiliki privilege yang sama, yaitu keterbukaan informasi, di mana akses untuk mencari dan menemukan informasi sangatlah mudah. Mulai dari buku, majalah, koran, platform digital dan sebagainya merupakan alat komunikasi dan sarana informasi yang mudah ditemukan pada zaman ini.

Bayangkan bagaimana sulitnya generasi terdahulu, pada era di mana informasi dan komunikasi belum tersebar semasif zaman sekarang. Buku-buku dan media fisik informasi belum terdistribusi dengan baik sehingga tidak menjangkau ke masyarakat luas bahkan belum dicetak sebanyak zaman sekarang.

Gen Z juga dikenal sebagai generasi digital native, generasi yang tumbuh besar bersama teknologi digital, internet, dan media sosial sedari usia dini. Dengan keistimewaan ini, seharusnya kita manfaatkan keterbukaan informasi dengan baik, seperti halnya menggunakan kesempatan ini untuk mengembangkan diri, menggali wawasan dan menambah pengalaman.

Selain itu, dengan privilege keterbukaan informasi kita dapat mencari dan mengakses berbagai kegiatan pengembangan diri, beasiswa, referensi ilmiah, platform belajar, hingga hiburan dan masih banyak lagi. Kunci untuk menemukan informasi tersebut dengan mudah adalah rasa ingin tahu dan kemauan untuk berproses. Dengan rasa ingin tahu dan kemauan, cenderung lebih mudah untuk menggali dan menemukan informasi sebanyak-banyaknya.

Namun, privilegedigital ini juga mempunyai sisi lain. Tidak semua Gen Z mempunyai perangkat digital dan akses koneksi internet yang memadai. Ada yang dapat belajar ataupun mengakses informasi dengan perangkat yang memadai dan koneksi internet yang stabil, namun ada juga yang sulit untuk mendapat perangkat digital bahkan untuk sekadar menjangkau koneksi internet yang stabil. Di sinilah terjadi kesenjangan digital, sebuah kenyataan di mana setiap anak muda tidak sama titik awalnya, meskipun hidup di zaman yang sama.

Kemudian setelah memperhatikan sisi lain dari privilegedigital itu sendiri, tantangan besar untuk Gen Z bukan lagi tentang kurangnya akses, tetapi bagaimana kita mengelola dan meraih informasi tersebut. Ketika kita malas dan tidak mau untuk keluar dari zona nyaman maka akan sulit menemukan dan menggali informasi yang padahal sudah tersebar luas di berbagai platform media sosial. Informasi yang melimpah ruah dan tersebar di dunia maya dapat membuat orang terlena dan terbuai jika tidak dimanfaatkan dengan baik, sehingga informasi hanya lalu lalang di depan layar tanpa dimanfaatkan.

Lalu, kita harus perhatikan juga dalam mengolah informasi dengan baik agar tidak terjebak dalam informasi palsu dan merugikan diri sendiri maupun orang lain diantaranya yaitu:

1.  Saring sebelum sharing
2.  Perhatikan kredibilitas dan rekam jejak sumber informasi
3.  Tinggalkan informasi yang tidak masuk akal dan memberikan harapan yang berlebih
4.  Jika kegiatan yang diikuti berbayar, maka pertimbangkan cost-benefit dan outcomes-nya
5.  Hindari tautan yang mencurigakan dan berbahaya

Dengan menerapkan poin-poin di atas dalam mengolah informasi, kita  akan lebih peka dan hati-hati ketika menerima suatu informasi.

Akhirnya, kita memahami bahwa privilege bukan hanya tentang apa yang kita miliki, akan tetapi tentang bagaimana cara kita memanfaatkan dan menggunakan privilegedengan baik. Tentu bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini tanpa membandingkan dengan yang lain merupakan cara untuk menjadi pribadi yang menghargai dan rendah hati. Selanjutnya, timbullah pertanyaan: apakah dengan keterbukaan akses informasi kita dapat menjadi generasi yang cerdas dan peduli? Atau, apakah justru dengan keterbukaan akses informasi membuat kita terlena dan menjadi generasi konsumtif? Dengan privilege Gen Z yang kita miliki saat ini, sudahkah kita memanfaatkannya secara maksimal? Atau, apakah justru privilege yang Gen Z miliki menjadi tantangan dan tekanan baru?

Oleh Muhammad Alfatih Panatagama
Kenitra, 11 Oktober 2025

Ikuti kegiatan kami di Instagram @ppimaroko

Simak artikel terbaru kami,

Tag Post :
Mingguan Menulis

Bagikan Artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *