Jadilah Mayoritas yang Berkualitas

Jadilah Mayoritas yang Berkualitas

Oleh Achmad Ishlahul Fawaady

Mahasiswa S1 Universite Ibn Zohr, Agadir

Temen-temen kita ini hidup di tengah zaman yang dipenuhi dengan berbagai macam pandangan, dalam bentuk keyakinan ataupun ilmu pengetahuan, yang diwadahi oleh kelompok-kelompok tertentu dan pastinya masing-masing dari kelompok akan memberikan dampak, baik itu positif ataupun negatif, di depan khalayak ramai.

Akan tetapi ini tidak menjadi masalah bagi mereka yang berpegang teguh dengan prinsip agamanya karena bagi mereka kualitas yang menjadi prioritas, bukan kuantitas. Buktinya, isteri firaun, Siti Asiyah, yang hidup di tengah orang-orang kafir, bahkan suaminya sendiri yang mengaku sebagai tuhan mereka, fakta tersebut tidak menjadikan wanita mulia itu serta-merta menjadi kafir. Pemuda Ashabul Kahfi yang mampu bertahan meskipun hidup di tengah maraknya kemaksiatan, mereka tidak terjerumus ke dalamnya. Nabi Ibrahim yang juga hidup dengan mayoritas penyembah berhala tidak menjadikannya sebagai penyembah berhala, justru beliau yang nantinya akan menghancurkannya. Kaum Muslimin dalam Perang Badar yang berjumlah sedikit tidak menjadikannya kalah dengan kaum kafir yang berjumlah jauh lebih banyak karna mereka semua berkualitas dengan berpegang teguh kepada prinsip agama dan pendiriannya. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran, Allah Swt. berfirman:

كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةًۢ بِإِذْنِ ٱللَّهِ….الآية

“Berapa banyak golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah.” (Qs. Al-Baqarah : 249)

Sejarah banyak membuktikan bahwa kuantitas itu tidak menjamin kesuksesan dan keberhasilan suatu kelompok. Seringkali kelompok mayoritas terkalahkan oleh kelompok minoritas yang berkualitas karena mereka, mayoritas, tenggelam dalam lautan kenikmatan sehingga mereka yang mayoritas laksana ombak besar yang terombang-ambing tanpa arah di tengah lautan. Oleh karna itu, kita jangan terlalu berbangga dengan unggulnya jumlah yang kita miliki, boleh jadi itu semua akan dirampas oleh mereka yang sedikit namun berkualitas.

Diceritakan tentang runtuhnya raja-raja Bani Marwan dalam Dinasti Umayyah, yaitu ketika  mereka memiliki kekuasaan yang begitu luas dengan pasukan yang besar dan dukungan dari mayoritas masyarakat Arab, namun mereka lalai dalam menjaga stabilitas. Mereka lupa bahwa mereka bukan hanya menguasai kaum Arab saja, akan tetapi juga menguasai muslim non-arab dari Persia, Romawi, Berber dan lainnya, sehingga muslim non-arab, terutama dari kalangan Mawali dan Syiah, merasakan ketidakadilan, menyebabkan ketidakpuasan terhadap kerajaan. Di antara bentuk ketidakadilan yang dialami adalah dengan tidak terpenuhinya hak mereka. Dari hal itu muncullah kelompok minoritas dari Abbasiyah yang diprakarsai oleh Abu Muslim Al-Khurosani. Kelompok kecil tersebut menyusun strategi dan kekuatan aliansi yang pada akhirnya, dengan kecerdasan dan kesiapan mereka, dapat menggulingkan Dinasti Umayyah. Dari sini muncul bait syair yang masyhur. Salah satu potongan yang dapat kita ambil yaitu:

وَمَنْ رَعَى غَنَمًا فِيْ أَرْضٍ مَسْبَعَةٍ *وَنَامَ عَنْهَا تَوَلَّى رَاعِيْهَا الأسَدُ

Barang siapa yang menggembala kambing di suatu tanah yang dihuni oleh binatang buas,

dan ia tertidur darinya maka singa yang akan mengambil alih peran gembala tersebut

Nah, kita umat muslim sebagai mayoritas jangan sampai tertidur pulas dan melupakan fakta bahwa kita ini hidup dikelilingi oleh beberapa kelompok yang juga memberikan dampak sangat besar baik dalam kehidupan politik, ekonomi, ataupun teknologi. Maka hendaknya kita menjunjung tinggi kualitas ilmu pengetahuan dan akhlak sehingga kita dapat berperan dan bersaing dengan mereka, juga tidak mudah terprovokasi oleh tren yang merusak tuntunan agama. Hal yang perlu kita ingat bahwa Islam tidak hanya tentang soal agama dan ibadah, akan tetapi dalam segala aspek kehidupan Islam mempunyai peranan yang penting.

Dahulu Islam berkembang bukan hanya sebagai agama tapi juga membentuk peradaban yang maju di bidang ekonomi, politik, dan teknologi. Bahkan menjadikan semua hal tadi sebagai sarana dalam berdakwah guna menyebarkan ajaran yang dibawa oleh Baginda Nabi Muhammad saw. Tidak sedikit ilmuwan Islam yang berperan dalam hal itu, seperti halnya Al-Khawarizmi dalam bidang matematika, Ibn Sina dalam bidang kedokteran, Ibnu Khaldun di bidang sosiologi dan ekonomi, dan masih banyak lagi.

Ini menunjukan bahwa mereka mampu membersamai kuantitas dengan kualitas, hingga kala itu Islam sangat berpengaruh dalam kemajuan peradaban dengan memanfaatkan sarana prasarana yang ada untuk mencapai tujuan yang sebenarnya. Tanpa itu, umat Islam tidak akan mampu sampai pada titik kemajuan, sebagaimana dikutip oleh Adham Syarqowi dalam kitabnya Rasail min Al-Quran:

* الوسائل الفاسدة لاتؤدي إلى الغايات النبيلة *

Sarana yang rusak itu tidak akan dapat mengantarkan kepada tujuan yang mulia

Maka hendaknya kita menjadi pribadi yang berperan bukan baperan. Menjadi dalang bukan wayang yang hanya serba ikut-ikutan dan ketergantungan. Menjadi jiwa yang aktif bukan yang pasif, yang dapat memberikan dampak positif. Menjadi seorang yang berintregritas bukan yang mencari popularitas, sehingga kita nantinya bisa menjadi mayoritas yang berkualitas juga terus eksis dan aktif dalam segala aktivitas. Adapun untuk menjadi seorang yang luar biasa itu harus dengan effort yang luar biasa pula. Maka berbuatlah sesuatu yang luar biasa agar kita menjadi seorang yang luar biasa, karna sejatinya hidup ini bukan tentang apa dan siapa tapi tentang bagaimana kita menjalaninya.

* كيف تخرق لك العوائد وأنت لم تخرق من نفسك العوائد *

Bagaimana kau bisa membakar kebiasaan,

sedang dirimu sendiri belum terbakar oleh kebiasaan itu?

Oke, temen-temen, mungkin itu saja. Terima kasih sudah membaca. Semoga bermanfaat, ya.

Artikel: Sebetulnya, Kita Tidak Menghadapi Degradasi Moral

Galeri PPI Maroko: Zwin Photography edisi perdana

Tag Post :
Minggu-an Menulis

Bagikan Artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *