Tiga Setengah Dirham dan Fes Tiga Abad Silam

Tiga Setengah Dirham dan Fes Tiga Abad Silam

Disclaimer: Sebenarnya gak ada sangkut pautnya yagesya antara uang tiga setengah dirham dengan Fes tiga abad silam. Tapi secara gak langsung tiga setengah dirham ini bisa mengantarkan kita pada makam salah satu Aulia Maghrib yang hidup pada tiga abad silam.

Kalau dipikir-pikir, apa yang bisa didapat dari uang tiga setengah dirham? Mungkin kalau (ada niatan) berkunjung ke kota Fes, uang tiga setengah dirham bisa kita tukarkan dengan satu tiket bus di Kota Fes. Berdasarkan informasi yang saya tahu—setelah saya tanya beberapa teman saya di kota lain—harga ini lebih murah dari harga tiket bus dikota lainnya hehe.

Kota Fes memiliki banyak julukan seperti: kota para wali, kota pelajar, dan Mekah Barat. Disebutkan juga di dalam jurnal History of Fes, Kota Fes dijuluki sebagai  Athena of Africa karena di dalamnya terdapat Universitas Qorowiyyin, universitas tertua di dunia,  yang dibangun oleh Fathimah Fihriyyah (rohimahallahu), seorang wanita yang berasal dari Kairouan, Tunisia pada tahun 859 M. Qorowiyyin yang berarti ‘Orang orang Kairouan’ ini merupakan sebuah penisbatan kepada kota Kairouan, kota asal dari Fathimah Fihriyyah sendiri.

Fes—dengan bejibun julukannya—mempunyai tempat dimana banyak para aulia dan ulama dimakamkan. Tempat yang dimaksud adalah Bab Ftouh, sebuah pemakaman yang biasa orang menyebutnya dengan makam seribu wali. Berjarak sekitar satu kilometer dari Masjid Qorowiyyin. For your information aja, untuk menuju Bab Ftouh, biasanya saya dan juga mahasiswa Indonesia yang lainnya menunggu bus di terminal Hay Zohour atau Mont Fleuri 2, pasar dekat masjid Sa’ad Ben Abi Waqas, lalu menaiki bus kota berukuran besar dengan nomor 51, 25 dan 22B atau bus kecil dengan nomor 7, lalu turun di halte Bab Ftouh.

Dari beberapa makam ulama dan aulia yang berada di Bab Ftouh diantaranya adalah: Syekh Abdul Wahid ibn ‘Asyir Al-Anshori, Sidi Ali Ash-Shonhaji, Sidi Wasim Al-Khassasi, Sidi Muhammad ibn Abdullah Al-Andalusi, Sidi Abdurrahman Al-Fasi, Sidi Yusuf ibn Muhammad Al-Fasi, Sidi Ali Hirzihm, Sidi Abdul Aziz Ad-Dabagh, Sidi Abdul Wahab At-Tazi, dan ulama-ulama yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, dimakamkan di situ. Dari beberapa nama ulama dan aulia yang disebutkan, salah satu makam wali yang pertama kali saya ziarahi adalah makam Sidi Abdul Aziz Addabagh.

Di dalam kitab Salwatul Anfas, dikisahkan bahwa Sidi Abdul Aziz Ad-Dabagh, adalah seorang wali qutb yang ‘ummi (re: tidak bisa baca tulis (namun ke’aliman dan ketawadhuannya sangat masyhur)), beliau lahir pada hari Sabtu, 11 safar 1095 H dari seorang ibu bernama Farihah yang merupakan keponakan dari Sidi Arobi Al-Fasytali seorang al waliyyul kabiir, al-‘ariifusy syahiir.

Sebelum kelahirannya, Sidi Arobi Al-Fasytali bermimpi bertemu dengan Rasulullah Saw. yang bersabda kepadanya “Akan lahir dari anak saudara kamu seorang wali yang besar” Lalu Sidi Arobi bertanya kepada Rasulullah Saw “Siapakah ayahnya Ya Rasulullah?”. Jawab Rasulullah Saw “Ayahnya adalah Mas’ud Ad-Dabagh”. Kemudian Sidi Arobi berkata kepada Sidi Mas’ud Ad-Dabagh “Akan lahir dari kamu seorang anak dan dia mempunyai kedudukan yang tinggi dalam kewaliannya”. Kemudian Sidi Arobi Al Fasytali mengaruniakan kopiah dan sandalnya sebagai amanah untuk anaknya, yaitu Sidi Abdul Aziz Ad-Dabagh. Beliau, Sidi Arobi Al-Fasytali sangat berharap agar dapat bertemu dengan Sidi Abdul Aziz Ad-Dabagh, namun beliau wafat beberapa tahun sebelum kelahiran Sidi Abdul Aziz Ad-Dabagh. Sidi Abdul Aziz pernah berkata setelah memakai kopiah dan sandal yang diamanahkan, beliau dikaruniakan futuhat namun tidak besar futuhnya.

Sidi Abdul Aziz Addabagh senang bermulazamah dengan para aulia dan ulama. Beliau juga sering bertemu dengan aulia yang sezamannya untuk mengambil manfaat. Namun, beliau sering merasa kurang dan meninggalkan wali atau ulama tersebut jika beliau tidak mampu berjalan seiring dengan wali atau ulama yang ditemuinya. Perjalanan beliau dalam mencari mursyid ini terus menerus berjalan selama 13 tahun. Hingga suatu ketika (qiila pada malam Jum’at) beliau bertemu seorang lelaki di sebuah rudhoh di Bab Ftouh dekat makam Sidi Ali Hirzihm. Sidi Abdul Aziz meminta kepada lelaki itu untuk mentalqinkan sebuah dzikir untuk diamalkannya. Lalu beliau ditalqinkan :

اللهم يارب بجاه سيدنا محمد بن عبد الله صلى الله عليه وسلم، اجمع بيني وبين سيدنا محمد بن عبد الله في الدنيا قبل الآخرة.

Setelah itu beliau dikaruniakan kasyaf bahwa lelaki itu adalah Nabi Khidir as yang kemudian mewasiatkan beliau untuk membacanya 7000 kali sehari. Sejak itu Sidi Abdul Aziz Addabagh dikaruniakan berbagai futuhaat dan kasyaf serta ilmu laduni. Diantara murid Sidi Abdul Aziz Addabagh adalah Sidi Ibnu Mubaarok yang menulis kitab ‘Al Ibriz’, kitab yang berisi kisah dan kalam dari Sidi Abdul Aziz Addabagh. Dan juga muridnya yang lainnya adalah Syekh Abdul Wahab Attazi, pengarang sholawat nariyah atau sholawat tazziyah.

Dikisahkan juga dalam Salwatul Anfas, suatu hari Sidi Abdul Aziz Addabagh menawarkan kepada Syekh Abdul Wahab Attazi untuk melihat Rasulullah yang kemudian diiyakan oleh Sidi Abdul Wahab Attazi. Ketika Syekh Abdul Wahab Attazi mengangkat kepalanya, beliau melihat Rasulullah Saw. bersama Sayyidina Abu bakar Ash-Shiddiq (Rodhiyallahu ‘anhu) berada di sisi gurunya tersebut.

Sidi Abdul Aziz Addabagh meninggal pada tahun 1131 H dan dimakamkan di Bab Ftouh, berdampingan dengan muridnya yaitu Syekh Ibnu Mubaarok. Di dekat makam Sidi Abdul Aziz Ad-Dabagh dan muridnya, Syekh Ahmad ibnu Mubarok, tidak jauh dari posisi makamnya, juga terdapat Syekh Abdul Wahab Attazi.

*Makam Syekh Abdul Aziz Addabagh dan muridnya, Syekh Ahmad Ibnu Mubaarok (ujung kiri dan tengah)

**Makam Syekh Abdul Wahab Attazi, Pengarang sholawat nariyah, murid dari Syekh Abdul Aziz Addabagh (ujung kanan)

Allahumma infa’naa bibarkatihim, wahdinal husna bihurmatihim, waamitnaa fii thoriiqotihim aamiin.

Catatan: Tulisan ini saya tulis berdasarkan informasi dari beberapa kakak tingkat di Fes, beberapa informasi di internet seperti awliyamap.com, channel youtube HS Rembaoui dengan rujukan kitab Salwatul Anfas jilid 2 karya Syekh Imam Muhammad bin Ja’far Al Kattani (rohimahullahu ta’ala).

Wallahu ‘alam bisshowaab

Fes, Sya’ban 1444 H

Siti Rahma Aulia

Nantikan promo-promo menarik di PPI Shop : https://ppimaroko.or.id/ppi-shop/#pu-pay

Saksikan video-video keseruan even PPI Maroko : https://www.youtube.com/@PPIMarokoOfficial

Tag Post :

Bagikan Artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *