The Flash, Einstein dan Perlambatan Waktu Serta Korelasinya Dengan Surah Al-Ma’arij Ayat 4
Tentu kalian suka dengan adegan-adegan keren. Seperti ketika The Flash dalam film Justice League yang bergerak sangat cepat digambarkan seolah waktu berhenti, hal yang sama juga diperlihatkan oleh Quicksilver dalam film X-Men.
Walaupun ini hanya fiksi tapi tahukah kalian, bahwa adegan ini mirip seperti yang dibayangkan Einstein ketika merumuskan teori relativitas. Dalam biografinya disebutkan, ketika Einstein umurnya 16 tahun dia membayangkan apa jadinya kalau dia bergerak dalam kecepatan cahaya. Berawal dari imajinasi saat remaja inilah 10 tahun kemudian Einstein berhasil merumuskan teori relativitas, teori yang menentang hukum fisika secara radikal, yang mengatakan bahwa waktu tidaklah mutlak waktu bisa lebih cepat, lebih lambat, bahkan waktu bisa berhenti. Tergantung seberapa cepat kalian bergerak.
Di mana logikanya dan bagaimana ceritanya Einstein bisa mengubah pandangan semua orang tentang waktu, menurut kalian bagaimana sesuatu bisa dikatakan bergerak, ya tentu ketika dia berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tapi dalam fisika tidak sesimpel itu. Seperti yang kita rasakan di bumi, kita merasa bumi itu diam padahal bumi itu terus berputar dengan kecepatan sekitar 1600 km per jam, kita tidak merasakannya karena kecepatannya konstan. Begitupun ketika kita di pesawat, ketika pilot sudah mengumumkan boleh melepaskan sabuk pengaman kita bisa beraktifitas secara normal, kalian bisa makan dan minum seperti biasa. Kalian juga bisa berjalan seolah pesawat itu tidak bergerak, padahal kecepatan pesawat bisa mencapai 800 km per jam.
Nah dalam Fisika ini disebut dengan kerangka acuan inersia, intinya kalian tidak akan merasakan perubahan apapun selama kerangka acuannya diam atau bergerak dengan kecepatan konstan. Tapi situasi ini menyebabkan satu masalah, begitu kalian mengubah sudut pandang keluar dari kerangka acuan tadi, kalian tidak akan lagi bisa mengukur gerak sama seperti sebelumnya.
Dalam kasus pesawat tadi ketika sudut pandang dipindahkan ke luar pesawat, seperti saat kita melihat pesawat di halaman rumah, maka pesawat itu kelihatan bergerak tidak seperti orang yang berada di dalam pesawat mereka merasakan pesawatnya diam.
Ini yang disebut dengan gerak relatif, nah gerak relatif inilah yang mengganggu pikirannya Einstein. Mengapa, karena pada akhirnya tidak ada satu acuan pun yang bisa kita jadikan patokan untuk mengukur gerak secara mutlak, karena semuanya bergerak. Manusia bergerak terhadap pesawat, pesawat bergerak terhadap Bumi, dan Bumi bergerak terhadap Matahari. Maka kata Einstein, kalau semua kecepatan relatif terhadap acuannya masing-masing, dan tidak ada acuan mutlak yang bisa dijadikan patokan lalu waktu itu mengacu ke mana, pertanyaan dari Einstein ini ditemukan jawabannya pada cahaya. Cahayalah yang membuat Einstein pada akhirnya berpikir bahwa waktu pun relatif.
Banyak dari kalian mungkin berpikir bahwa cahaya itu instan, begitu nyalain lampu sekalinya langsung terang. Tapi sebetulnya, cahaya membutuhkan waktu untuk merambat, karena itu cahaya punya kecepatan, kecepatannya selalu tetap yaitu 300.000 km/detik. Seperti yang diukur oleh Michaelson dan Morley.
Einstein sejak SMA ketika usianya 16 tahun, pada waktu itu Einstein membayangkan bersepeda kejar-kejaran dengan cahaya, dan ketika dia berhasil mengejarnya, dia membayangkan cahaya itu berhenti. Pada saat itu tidak terlalu paham apa artinya. Setelah 10 tahun kemudian, pada tahun 1905 dia menemukan jawabannya, dan itu akan mengubah pandangan semua orang tentang waktu. Einstein mulai berpikir bahwa waktu itu tidak mutlak, karena yang mutlak adalah kecepatan cahaya.
Einstein mengajak kita membayangkan situasi seperti ini, bayangkan kalian berada di pinggir rel kereta dan melihat kereta itu bergerak super cepat, lalu kalian melihat dua petir menyambar secara bersamaan di dua sisi gerbong. Bagi kalian yang berada di pinggir rel kalian melihat dua Petir itu terjadi secara simultan/bersamaan, tapi tidak bagi orang yang di dalam gerbong. Mengapa, ingat untuk bisa melihat sesuatu, cahaya harus sampai di mata kalian, sedangkan kecepatan cahaya selalu tetap. Nah karena kereta mendekat kepada petir yang di depan dan menjauh kepada petir yang di belakang, maka kalian akan melihat petir yang di depan terlebih dahulu, baru setelah itu kalian melihat yang di belakang. Silakan pikirkan berulang-ulang kalau kalian belum paham, tapi ingat prinsipnya kecepatan cahaya selalu tetap. Jadi dalam situasi ini kalian yang ada di pinggir rel dan kalian yang ada di gerbong, akan mengalami waktu yang berbeda.
Maka dari sini kemudian Einstein merumuskan teori relativitasnya, dengan menjadikan cahaya sebagai acuan, dibantu formulasi matamatis yang disebut transformasi Lorentz. Menunjukkan kepada kita bahwa waktu akan berbeda bagi setiap orang, semakin cepat kita bergerak, semakin lambat waktu yang kita alami, fenomena ini kemudian disebut dilatasi waktu.
Sains selalu saja mendatangkan sebuah teori yang semula dianggap benar selalu mempunyai potensi untuk kelak terbukti salah, tidak terkecuali teori Einsten. Selain itu dilatasi waktu juga berkaitan dengan ayat pada surah Al-Ma’arij ayat 4 yang berbunyi :
تَعْرُجُ الْمَلٰٓئِكَةُ وَ الرُّوْحُ اِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَا نَ مِقْدَا رُهٗ خَمْسِيْنَ اَلْفَ سَنَةٍ
“Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.”
(QS. Al-Ma’arij 70: Ayat 4).
Malaikat-malaikat dan Jibril menghadap Allah SWT. Memakan waktu yang sangat singkat, dan jika dilakukan manusia, akan memakan waktu 50.000 tahun. Angka 50.000 tahun yang disebutkan dalam ayat ini bukanlah bilangan yang sebenarnya, tetapi untuk menerangkan bahwa itu sangat jauh dan tinggi, tidak akan dapat dicapai oleh hamba-hambanya yang manapun. Di sini ada beberapa makhluk Tuhan yang lain, berbeda-beda tingkat dan kemampuannya, perjalanan Rasulullah dalam peristiwa Isra Mi’raj boleh jadi melewati mekanisme pemendekan jarak. Sehingga jarak yang demikian jauhnya, ditempuh Rasulullah hanya dalam bilangan jam. Ketika Rasulullah menceritakan peristiwa yang dialaminya, orang-orang kafir jelas tidak mempercayainya, padahal itu adalah tanda-tanda kebesaran Allah SWT.
Dalam tafsir Al-Azhar, ditafsirkan bahwa malaikat-malaikat dan Jibril naik menghadap kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya 50.000 tahun. Maksudnya malaikat-malaikat dan Jibril jika menghadap Tuhan memakan waktu 1 hari, tetapi apabila dilakukan oleh manusia memakan waktu 50.000 tahun. Artinya ialah kalau misalkan manusialah yang menaiki tangga itu dalam ukuran manusia, yakni timbangan pergantian siang dan malam menurut peredaran matahari, perjalanan itu akan memakan waktu 50.000 tahun. Tetapi oleh malaikat, waktu yang 50.000 tahun itu tembus dalam masa sehari saja. Namun demikian, itu bukan berarti bahwa makna tersebutlah yang dimaksud ayat ini. Uraian ini hanya sekedar ingin mendekatkan kepada pemahaman kita, tentang perbedaan ukuran waktu antara sehari dan sehari bagi dua hal yang berbeda.
Menurut relativitasnya Einstein, alasan mengapa kita merasakan waktu itu sama, karena kecepatan normal kita jauh dari kecepatan cahaya. Maka kalau kalian masukkan ke dalam rumusnya, faktor perbedaan waktunya hampir tidak ada. Tapi seandainya kita bisa bergerak mendekati kecepatan cahaya, misalnya 80% kecepatan cahaya, maka waktu bisa melambat 2 kalinya, dengan 99% kecepatan cahaya, waktu bisa melambat 7 kalinya dan dengan 99,99% kecepatan cahaya waktu bisa melambat 70 kalinya. Ya itulah relativitas guys, memang terdengar halu dan fiksi, tapi kata para Fisikawan betapa pun anehnya itulah cara kerja alam ini. Dalam kata lain, cahaya menjadi alasan mengapa kita bisa melihat dunia ini seperti adanya.
Tapi ada satu pertanyaan lagi yang mungkin ada di benak kalian, bagaimana kalau kita bergerak dengan 100% kecepatan cahaya. Maka waktu sudah tidak berlaku lagi, artinya bagi cahaya waktu itu tidak ada.
Nantikan promo-promo menarik di PPI Shop : https://ppimaroko.or.id/ppi-shop/#pu-pay
Saksikan video-video keseruan even di youtube PPI Maroko : https://www.youtube.com/@PPIMarokoOfficial