Satu-Satunya Cara Memperbaiki Kemerosotan Umat
Lebih dari 1440 tahun yang lalu, ketika dunia ini telah dipenuhi oleh kekufuran, kegelapan, kebodohan, dan kejahilan, dari balik pegunungan Bathha’, Mekah Al-Mukarramah, memancarlah nur hidayah yang menembus daerah timur, barat, utara dan selatan sampai menyinari seluruh penjuru dunia. Hanya dalam masa singkat, selama 23 tahun, Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dapat membawa manusia ke puncak kemajuan yang tiada bandingnya dalam sejarah umat manusia. Cahaya hidayah, kehebatan, serta kemenangan berada di tangan kaum muslimin, sehingga mereka selalu berjalan di puncak kemajuan yang belum pernah dicapai oleh umat manusia sebelumnya. Seluruh dunia di bawah kekuasaan kaum muslimin selama berabad-abad, sehingga tidak ada kekuatan yang berani menentang mereka. Kalaupun ada, setiap kekuatan yang menentang itu akan dihancurkan hingga ke akar-akarnya. Hal ini merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Namun demikian, semua itu hanyalah cerita lama yang jika diceritakan terus-menerus, tidak akan menghibur hati, dan tidak bermanfaat. Hal itu karena keadaan kita pada saat sekarang ini justru mencoreng prestasi para pendahulu kita.
Dimulainya Kemerosotan
Dari sejarah kehidupan kaum muslimin tiga belas abad silam, kita dapat mengetahui bahwa umat Islam adalah satu-satunya pemilik kekuasaan, kemuliaan, keagungan, kekuatan kehebatan, dan kemegahan. Akan tetapi, bila kita beralih dari lembaran sejarah tersebut dan melihat keadaan yang terjadi saat ini, kaum muslimin berada dalam keadaan yang sangat rendah dan hina, miskin papa, tanpa memiliki kekuasaan, kekayaan, kewibawaan, dan kekuatan. Tidak ada kerjasama, persaudaraan, kasih sayang, dan tidak memiliki adat luhur, ataupun akhlak mulia, juga tidak memiliki lagi amal perbuatan yang baik. Segala keburukan ada pada diri kita, sedangkan kebaikan jauh dari kehidupan kita.
Musuh-musuh kita sangat bergembira dengan keadaan kita yang hina ini. Kelemahan-kelemahan kita diperlihatkan dengan terang-terangan dan kita dijadikan bahan tertawaan. Tidak cukup sampai di situ, bahkan para pemuda kita sendiri yang telah mendapat pendidikan modern, telah berani mempermainkan asas-asas agama yang suci ini dan menentangnya. Bahkan, syariat yang suci ini, dianggap tidak layak untuk diamalkan, sia-sia, dan tidak ada gunanya. Sungguh mengherankan, kaum yang dahulu menghilangkan dahaga seluruh dunia, mengapa kini justru kehausan? kaum yang telah mengajarkan adab dan kebudayaan, mengapa kini justru tidak beradab dan tidak berbudaya?
Para tokoh Kaum Muslimin pun telah banyak memikirkan hal ini dan telah mencoba dengan berbagai cara untuk memperbaiki keadaan ini. Akan tetapi, Semakin diobati, penyakitnya semakin parah.
Upaya Untuk Menyingkap Tabir
Sekarang, ketika keadaan sudah lebih buruk dan masa yang akan datang mungkin akan semakin buruk dan gelap, apabila kita hanya berdiam diri dan tidak berusaha sungguh-sungguh dengan usaha yang nyata, maka itu merupakan suatu kesalahan besar. Tetapi sangat penting bagi kita, sebelum mulai melangkah, untuk memikirkan penyebab kehinaan dan keburukan yang terjadi dewasa ini. Usaha untuk memperbaiki kemerosotan dan kemunduran, telah banyak dibicarakan, untuk menyelesaikannya pun sudah banyak cara yang ditempuh. Namun, setiap cara yang diusahakan selalu tidak sesuai dan tidak mencapai kesuksesan. Sehingga para pemikir Islam telah jatuh dalam keputusasaan dan kecemasan.
Sebenarnya, sampai kini pun belum diketahui dengan pasti apa penyakit yang tengah diderita oleh umat ini. Hal-hal yang dibicarakn selama ini sebenarnya bukan merupakan sumber penyakit yang sesungguhnya, tetapi hanya beberapa akibat dari sumber penyakit tersebut. Selama kita belum tahu penyebab penyakit sebenarnya, maka tidak mungkin kita bisa mengobati penyakit tersebut
Kita mengakui bahwa syariat Islam adalah suatu tuntunan ilahi yang sempurna yang di dalamnya ada jaminan kesuksesan dalam urusan dunia dan agama, serta jaminan keselamatan pada hari kiamat kelak. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita, untuk berusaha mengetahui penyebab penyakit ini dari Al-Qur’an yang merupakan sumber syariat Islam. Apabila Al-Qur’an diyakini sebagai tuntunan amal atau aturan yang sempurna bagi kita sampai hari kiamat, maka sudah pasti dalam Al-Qur’an terdapat bimbingan untuk kita dalam menghadapi keadaan yang berbahaya ini.
Janji Allah dalam Al-Qur’an
Allah Swt. Maha Raja langit dan bumi, telah berjanji akan menjadikan orang-orang beriman sebagai khalifahdan pemimpin-pemimpin di muka bumi.
وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ ..
“Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman di antaramu dan beramal shalih bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka khalifah di muka bumi.” (Q.S. An-Nuur: 47)
Bantuan dan pertolongan bagi orang-orang mukmin merupakan jaminan Allah Swt. sehingga orang-orang mukminlah yang akan selalu menang.
وَكَانَ حَقًّاۖ عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ
“Dan adalah pasti bagi Kami menolong orang-orang mukmin.” (Q.S. Ar-Ruum: 47)
وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
“Dan janganlah kalian merasa rendah, dan jangan merasa sedih, karena kalian adalah orang-orang yang menang, bila kalian benar-benar beriman.”
Penyakit dan Pengobatannya
Setelah merenungkan ayat-ayat di atas, kita dapat mengetahui bahwa apabila telah tercipta hubungan yang kuat dengan Allah Swt. dan Rasul-Nya (yang merupakan maksud dari iman), maka semua janji di atas akan terwujud. Sebaliknya (semoga Allah Swt. melindungi), apabila hubungan dengan Allah Swt. dan Rasul-Nya berkurang atau melemah, maka yang akan menimpa kita adalah kerugian dan kehinaan.
Para pendahulu kita telah sampai pada puncak kemuliaan, sedangkan kita berada dalam puncak kehinaan. Dapat disimpulkan bahwa sifat keimanan mereka telah mencapai derajat yang sempurna, sedangkan kita jauh dari nikmat yang sangat besar itu.
Apabila kita mengkaji kandungan Al-Qur’an mengenai keutamaan serta ketinggian umat Baginda Muhammad saw. maka dapat kita simpulkan bahwa umat ini mendapat gelar sebagai umat yang terbaik karena diberi tanggung jawab yang sangat besar.
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِۗ
“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kalian menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan kalian beriman kepada Allah.” (Q.S. Ali-Imran: 110)
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan dan menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan hanya mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran: 104)
Dasar kita menjadi umat yang terbaik ialah jika kita menyebarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Sedangkan ayat berikutnya disertai pengkhususan bahwa hanya mereka yang menunaikan tugas dan tanggung jawab inilah yang akan mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan. Bahkan tidak hanya itu, dalam Hadits sebutkan dengan jelas ancaman bagi mereka yang tidak menyeru kepada kebaikan dan tidak mencegah dari kemungkaran.
عن ابي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إذا عظمت أمتي الدنيا؛ نزعت منها هيبة الإسلام؛ وإذا تركت الأمر بالمعروف؛ والنهي عن المنكر؛ حرمت بركة الوحي؛ وإذا تسابت أمتي؛ سقطت من عين الله ” ؛ الحكيم- ”
“Dari Sayyidina Abu Hurairah r.a. ia berkata, “Baginda Rasulullah SAW bersabda, ‘jika umatku sudah mengagungkan dunia, maka keluar dari hatinya kehebatan Islam. Jika mereka sudah mengagungkan dunia, maka akan keluar dari hatinya kehebatan Islam. Jika mereka sudah meninggalkan amar makruf nahi munkar, maka mereka akan terhalang dari keberkahan wahyu. Dan jika umatku sudah saling mencaci, maka jatuhlah mereka dari pandangan Allah.” (H.R. Hakim)
Maka dapat diketahui bahwa meninggalkan amar makruf nahi munkar akan menyebabkan laknat dan murka Allah Swt. Apabila umat Baginda Muhammad saw. meninggalkan tugas ini, mereka akan ditimpa banyak musibah, kesusahan, kehinaan dan akan terjauh dari nusrah ghaibiyyah (pertolongan ghaib) dari Allah Swt. dalam setiap masalah mereka.
Obat yang Kita Perlukan
Dari keterangan di atas, kita dapat memahami bahwa penyakit kita yang sebenarnya adalah melemahnya ruh Islam dan hakikat iman. Semangat Islam yang kita miliki hampir punah, dan kekuatan iman pun nyaris hilang. Jika yang asas telah melemah, maka semua kebaikan dan kebenaran yang merupakan cabang-cabang dari asas tersebut tentu akan melemah pula. Segala kelemahan dan kekurangan tersebut bersumber dari ditinggalkannya sesuatu yang paling pokok yang merupakan pangkal lestari dan terwujudnya seluruh sendi-sendi agama, yaitu amar makruf nahi munkar.
Adapun usaha perbaikan yang kita lakukan hanyalah dengan mengikuti cara yang telah dicontohkan oleh Baginda Rasulullah saw. ketika memperbaiki orang-orang musyrik di negeri arab, yaitu dengan menegakkan usaha amar makruf nahi munkar. Dengan usaha tersebut kekuatan iman akan meningkat, semangat Islam akan kokoh.
Kini jika kita telah mengetahui maksud hidup kita di dunia ini, dan mengetahui dengan jelas penyakit dan pengobatan yang sesungguhnya, maka usaha penyembuhannya pun tidak akan sulit.
Telah tampak tanda-tanda keruntuhan tiang ilmu dan amal. Hakikat ilmu dan amal serta keberkahannya telah lenyap. Sikap meremehkan dan menghina orang lain telah mengakar di dalam hati manusia. Hubungan hati dengan Allah Swt. telah terputus. Manusia bebas mengikuti hawa nafsunya sebagaimana hewan. Sulit didapati seorang mukmin sejati yang demi menegakkan yang hak tidak terpengaruh oleh celaan orang-orang. Dengan demikian, barangsiapa yang berusaha memperbaiki kehancuran ini, berusaha menghidupkan sunnah Baginda Rasulullah saw. dan ia berdiri memikul beban ini, bangkit untuk mengembannya, serta menyingsingkan lengan untuk menghidupkannya, maka diantara manusia dialah pemilik kemuliaan dan orang pilihan.
Wallahu A’lam Bishawab.
Satu-Satunya Cara Memperbaiki Kemerosotan Umat, Muhammad Ibrahim
PPI Maroko Ramaikan Resepsi Diplomatik HUT RI ke-79
Tonton ulang memori Ormaba PPI Maroko 2022