Perihal Ekspektasi MaBa

 

Konon katanya, karya terlahir dari keresahan, lahir dari kesadaran akan sebuah resah, masalah, konflik. Dan resah disini bisa diartikan dengan banyak hal *situasi dan kondisi tertentu berlaku.

Tulisan ini, lahir dari keresahan saya sebagai mahasiswi baru di Maroko yang sering sekali ditanya “bagaimana ekspektasi kalian? (terhadap apapun itu yang terasa baru atau di Indonesia tidak ada)” Dan titik resah nya adalah, saya tidak pernah tau akan menjawab bagaimana jika pertanyaan itu berlabuh pada saya,

Karena saya selama ini berpikir “Mari memberi kesempatan semesta untuk memberi kita kejutan”. Dan, kenapa kita harus susah-susah membayangkan, membatasi, membebani. Kenapa kita tidak melakukan satu demi satu tanpa ekspektasi lalu membiarkan semesta memberi kejutan?.

Tapi setelah saya pikir ulang kesekian kalinya, rasanya lucu juga kalau kakak-kakak terlebih panitia Ormaba mengganti pertanyaan “bagaimana ekspektasi kalian” dengan pertanyaan “sudah diberi berapa kejutan oleh alam semesta?”. Kan lucu sekaligus kasian bila harus terkejut berkali-kali.

Saya sebagai orang yang sedikit mager ber-ekspektasi pun memutuskan untuk membuat gform karena saya merasa tidak mendapat jawaban dari keresahan saya terhadap pertanyaan perihal ekspektasi dan di gform tersebut saya bertanya perihal “ekspektasi” dan pentingnya pertanyaan “bagaimana ekspektasi kalian (terhadap suatu hal?)”.

·       Dari 15 orang yang saya tanya perihal “bagaimana perasaan kalian waktu ditanya ekspektasi (terhadap hal baru)?”, ada 14 orang menjawab : 6 orang tidak suka, 5 orang biasa saja, 2 orang suka dan 1 orang kurang suka.

·       Alasannya beragam,

–        Alasan suka : pertanyaan perihal ekspektasi dapat membantu meminimalisir terjadinya kesalahpahaman karakter dan menjadi momen untuk belajar mengungkapkan pandangan kita atau lebih agar orang yang bertanya paham akan harapan dan mau dari yang ditanya, setidaknya ketika itu terwujud, yang bertanya tidak kaget.

–        Alasan tidak suka : takut menyakiti hati yang mendengar, tidak pernah berekspektasi, tidak mau overthinking, minimnya ekspektasi membantu mudahnya mensyukuri hal-hal kecil namun bukan berarti untuk memasang standar yang pas-pasan sehingga effort untuk mencapainya pun pas-pasan.

·       Pendapat teman-teman perihal penting tidaknya pertanyaan “bagaimana ekspektasi kalian?”

ternyata jawabannya menghasilkan cabang.

–        Cabang pertama, pertanyaan perihal “bagaimana ekspektasi kalian” bisa menjadi “penting” di dalam ranah organisasi, lembaga atau sejenisnya yang mana tujuannya untuk melihat perkembangan atau asumsi seseorang terhadap suatu organisasi atau lembaga tersebut.

Semisal, waktu ICESCO bertanya “bagaimana ekspektasi kalian tentang ICESCO?” Lalu kami disuruh menjawabnya dengan harapan-harapan mahasiswi asing baru yang barangkali harapannya bisa diwujudkan oleh ICESCO.

–        Cabang kedua, pertanyaan “bagaimana ekspektasi kalian” bisa menjadi lumayan penting jika menggunakannya untuk sebuah perbandingan dengan realita, cukup penting dibahas agar gambaran tentang hal yang sebenarnya terjadi lebih akurat dan mendetail dan juga bisa menjadi pertimbangan apakah hal tersebut sesuai dengan tujuan awal.

–        Cabang ketiga, pertanyaan “bagaimana ekspektasi kalian” bisa menjadi biasa-biasa saja jika yang bertanya hanya untuk sekedar mencari pembahasan atau formalitas saja.

Setelah membaca semua jawaban milik teman saya, kesimpulan yang bisa saya ambil adalah, bahwa pertanyaan ekspektasi bisa sangat relatif menyesuaikan siapa yang bertanya dan apa tujuan orang yang bertanya.

Semoga yang membaca sampai bawah sini tidak merasa sia-sia atas apa yang barusan dibaca, sekian terima kasih. 

saksikan video-video keseruan even PPI Maroko : https://www.youtube.com/@PPIMarokoOfficial

jangan lupa mampir ke koleksi buku- buku dan kitab-kitab di Perpustakaan PPI Maroko dan download langsung PDF nya : https://ppimaroko.or.id/perpustakaan/

Tag Post :

Bagikan Artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *