Merajut Kembali Kejayaan Peradaban Islam: Dari Masa Lalu ke Peluang Masa Depan
Oleh Siti Fatimah Azzahrah
Pelajar di Qadi Ayyad Association
Perlu diketahui bahwa Islam telah berjaya selama kurang lebih empat belas abad lamanya. Dimulai dari masa jayanya Islam di zaman Rasulullah saw hingga zaman keruntuhan peradaban Islam di zaman Sultan Abdul Hamid II. Pada puncak keemasannya di era dinasti Abbasiyah, terjadilah kemajuan ketika seluruh keilmuan dari segala aspek dikembangkan, baik dari segi pendidikan, teknologi, kedokteran, astronomi, dan lain-lain. Bahkan bisa dikatakan pada zaman tersebut merupakan zaman permulaan teknologi yang akhirnya dikembangkan oleh para ilmuwan saat ini. Misalnya, dalam ilmu penerbangan yang dicetuskan oleh Abbas bin Firnas, ilmu optik yang dicetuskan oleh Ibnu Al-Haytham, bapak ilmu filsafat Islam yaitu Al-Kindi, bapak kedokteran modern yaitu Ibnu Sina. Begitu pula banyak ulama-ulama terkemuka yang tak kalah hebat dalam bidang pendidikan islam seperti para ulama-ulama madzhab fikih, aqidah, tasawwuf, ilmu Alquran yang sudah terbukti keilmuannya dan masih banyak lagi keilmuan dan penemuan yang dikembangkan oleh para ilmuwan Islam.
Ulama-ulama dan para ilmuwan tersebut pastinya bukan hanya mempelajari bidang-bidangnya saja, beliau semua mengawali pembelajaran dengan mendalami lebih dahulu ajaran-ajaran dasar Islam, bahkan banyak yang sudah menghafal Al-Quran sedari kecil. Barulah setelah itu beliau mencari ilmu kesana kemari dan menjadi ahli pakar pada bidang-bidangnya.
Mereka semua melakukannya bukan hanya penemuan semata, melainkan juga untuk kemaslahatan dan kemudahan di masa depan. Semua ilmu tersebut kemudian diadopsi dan dimodifikasi oleh para ilmuwan Barat. Sayangnya, banyak dari mereka yang mengklaim bahwa semua itu berawal dan dimulai pada abad mereka yang biasa dikenal sebagai Abad Renaissance. Mereka terlalu banyak memutarbalikkan fakta dan banyak menghilangkan jejak dengan ideologi mereka, sehingga para pemuda dan pemudi generasi sekarang cukup sulit untuk mencari keaslian suatu penemuan atau manuskrip-manuskrip yang dikarang oleh ilmuwan Islam. Hal ini terjadi akibat kebakaran Baitul Hikmah yang mengakibatkan banyak buku-buku sumber keilmuan terbakar dan hanyut di Sungai Tigris, serta pengabaian terhadap peradaban Islam yang berjaya dan damai pada masa lampau, seakan-akan tidak ada lagi jejaknya.
Pentingnya Pengetahuan Tentang Peradaban Islam
Pengetahuan tentang peradaban Islam sangat penting bagi kita sebagai umat Islam di era modern ini. Mengapa? Kita diharuskan kritis terhadap pengetahuan tersebut karena pada saat ini banyak dari kita yang sudah tercuci otaknya dan terdoktrin bahwa keilmuan Islam adalah sesuatu yang sangat kuno, dan bahkan beberapa orang mengira bahwa modernisasi adalah suatu ‘ancaman’ bagi umat Islam dan sangat tidak relevan untuk saat ini. Keilmuan Islam dianggap kuno karena kurangnya pengembangan dan penelitian yang lebih mendalam dan lebih luas dan tidak disertai dengan pemikiran bahwa Islam akan menjadikan hidup lebih mudah. Terlebih, agama Islam adalah agama yang sangat toleran dan sangat fleksibel dengan hukum yang berlaku serta perubahan zaman, tanpa menyalahi ketetapan yang telah ada. Terlebih lagi, di era modern ini juga sudah terjadi banyak akulturasi budaya dan banyak sekali teknologi penunjang lainnya yang seharusnya dapat membuka peluang yang sangat brilian dan sangat efektif untuk penyebaran dan pengembangan peradaban serta ajaran agama Islam, sehingga dapat diterima oleh berbagai kalangan. Karena terdapat atsar sahabat yang berbunyi:
“خَاطِبُوا النَّاسَ عَلَى قَدْرِ عُقُولِهِمْ، أَتُحِبُّونَ أَنْ يُكَذَّبَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ؟”
“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar pemahaman mereka. Apakah kamu ingin Allah dan Rasul-Nya didustakan?” (HR. Bukhari)
Hal itu selaras dengan beberapa dalil Al-Quran yang berkaitan dengan atsar tersebut, di antaranya:
وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِۦ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ ۖ فَيُضِلُّ ٱللَّهُ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
Artinya: “Kami tidak mengutus seorang rasul pun melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat memberi penjelasan dengan jelas kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Oleh karena itu, perlunya bagi kita memanfaatkan fasilitas yang telah ada dan juga memperluas wawasan kita mengenai peradaban Islam dengan segala keilmuannya dan budayanya. Jangan sampai pengetahuan seperti itu yang sebenarnya menjadi salah satu poin utama dalam mengembangkan dan memajukan kembali Islam malah kita sia-siakan dan hanya menjadi cerita dongeng pengantar tidur bagi penerus generasi yang akan datang.
Daftar pustaka
Al-Ghazali. (2001). Ihya Ulumuddin (Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama). Jakarta: Pustaka Amani.
Armstrong, Karen. (2002). Muhammad: A Prophet for Our Time. London: Harper Perennial.
Esposito, John L. (1999). The Islamic Threat: Myth or Reality?. Oxford: Oxford University Press.
Ibn Khaldun. (2005). Muqaddimah: An Introduction to History (Terjemahan). Princeton: Princeton University Press.
Nasr, Seyyed Hossein. (2007). The Garden of Truth: The Vision and Promise of Sufism, Islam’s Mystical Tradition. New York: HarperOne.
Nasr, Seyyed Hossein. (1987). Science and Civilization in Islam. Cambridge: Harvard University Press.
Al-Kindi. (2012). Philosophical Treatises. Oxford: Oxford University Press.
De Bono, Edward. (1990). Lateral Thinking: Creativity Step by Step. New York: Harper & Row.
Gibran, Kahlil. (1923). The Prophet. New York: Alfred A. Knopf.
Harari, Yuval Noah. (2014). Sapiens: A Brief History of Humankind. New York: Harper.
Felix Y. Siauw (2013). Beyond The Inspiration. Riau : Al-Fatih Press
Tim Gema Insani (2010).Tokoh-Tokoh Islam Dunia yang Mendunia. Depok. Gema Insani
Mingguan Menulis: Rahasia Keutamaan Al-Quran
Simak Siaran Ulang Seminar Internasional bersama Ust. Nuruddin, Lc., M.A. dan Dr. Ilyass Belga