Kereta Cepat Sejarah, Ular Melilit, dan Halaman Rumput
Beberapa tahun terakhir, sering muncul tulisan, ceramah, FYP atau apalah itu yang berhubungan dengan mental health. Luar biasa cepat dunia berubah. Dalam sejarah, sejak zaman pemburu pengumpul sampai abad 20 M, ketakutan manusia hanya berputar pada fisik, perang misalnya. Sejak internet diciptakan dan medsos mulai bermunculan, kereta sejarah melesat dengan kecepatan fantastis. Meskipun kadang-kadang berhenti karena korslet. Sebut saja “gerak pasang” dan “gerak surut” atau “dinamika plus” dan “dinamika minus”, saya tidak tahu sebutan ilmiahnya.
Dinamika sosial bertransformasi dengan sangat cepat membuat sejarah juga berjalan tidak stabil. Bukan tidak mungkin, sejarah yang tercipta kemarin tertutup karena sudah tercipta sejarah baru lagi sekarang. Sains yang awalnya digunakan untuk memprediksi masa depan justru berubah dari fungsi awalnya. Meteorologis diharapkan bisa memprediksi apakah cuaca besok cerah atau berawan, dokter bersama ahli biologi bekerja sama menemukan pengobatan terbaik melawan kanker, teknisi berpikir keras merancang rumah anti roket misalnya. Ini semua bisa berubah jika berlaku sekarang.
Di saat bersamaan teknologi komunikasi digital sering mendisrupsi sebagian kehidupan. Akan menyesal rasanya jika hanya mempelajari strategi fisik dan menyiapkan rumah anti bom jika sekarang malah banyak terjadi kejahatan cyber. Percuma saja berusaha membangun kembali keemasan Abbasiyah di masa kini karena itu hanyalah sebuah utopia, lha wong hidup kita sudah diatur “Konglomerat pengatur sejarah”. Bahkan prakiraan cuaca pun berlaku atas petunjuk “Bapak”. Maksud saya, mekanisme cuaca dipengaruhi oleh perubahan ekosistem, dan perubahan ekosistem dipengaruhi oleh budaya pembangunan, pabrik kimia, perusak ozon dan seterusnya. Tentu saja rakyat bingung. Setidaknya, rakyat sudah di-setting untuk bingung.
Realitas historis dimana diatur di dalamnya sistem politik dan sosial yang unik menciptakan gebrakan peristiwa tak terduga, bukan hanya menciptakan teknologi, tetapi juga menimbulkan ular problem yang melilit pikiran. Problem tersebut membuat tidak bisa bergerak bebas. Tetapi pikirkanlah secara baik problem tersebut. Jangan sampai terjadi “Blunder menit akhir” sehingga keliru merumuskan harapan.
Masa depan alternatif bisa diperoleh dengan banyak membaca sejarah. Membaca riwayat pendahulu dengan total 100,8 miliar jika diakumulasi menjadi solusi untuk melonggarkan lilitan problem. Memungkinkan menoleh ke sana-sini, menemukan opsi-opsi alternatif, dan di lain waktu terbebas darinya.
Salah satu langkah “petinggi” memuluskan masa depan adalah dengan menulis sejarah, karena dengan menulisnya, mereka ingin menghindar dari kesalahan. Inilah mengapa rezim Indonesia menuliskan peristiwa G30SPKI, orang Afro-Amerika memperingati kengerian perdagangan budak. Tujuan mereka bukan sekedar untuk mengabadikan masa lalu, tetapi agar terbebas darinya.
Revolusi sosial juga berlaku di kehidupan mikro. Takjub rasanya jika kita melihat halaman rumah atau taman kota yang dipenuhi rumput hijau. Mungkin dari sebagian kita hanya menganggapnya sebagai hiasan yang cantik. Tetapi jika diamati, ada sejarah di dalamnya.
Ide menumbuhkan rumput bermula pada kastel-kastel kaum aristokrat Prancis dan Inggris pada akhir abad pertengahan. Kenapa memelihara sesuatu yang bahkan tidak bernilai bagi kerajaan?. Karena hal tersebut menjadi lambang kebangsawanan dan seolah-olah mengatakan “Saya sangat kaya dan kuat, saya memiliki banyak tanah sehingga sanggup membuat pertunjukan hijau yang hebat ini”. Semakin luas dan indah halaman rumput maka semakin kuat kerajaan itu. Delegasi kerajaan lain akan menganggap sebuah kerajaan mengalami masa-masa sulit ketika halaman rumputnya buruk.
Sampai hari ini rumput menjadi sebuah kewajiban bagi kaum kelas atas untuk halaman rumahnya. Kadang digunakan untuk acara penting keluarga, di lain waktu sangat dibatasi dengan peringatan “Menjauh dari rumput”. Security langsung menegur bahkan bisa memarahi kita apabila mendapati kita sengaja duduk di atas taman rumput Hassan II Park Maroko.
Rumput telah menjadi pengubah dinamika sosial sekaligus ekonomi. Melihat simbol kekuatan, kekayaan, sekaligus keindahan, warga kelas atas di sebagian negara pun mengubah halamannya menjadi halaman rumput. Di sebagian negara maju anda bisa menilai kondisi ekonomi seseorang hanya dengan halaman rumput. Lalu muncul pepatah “Rumput tetangga lebih hijau”. Di Amerika rumput merupakan panen terbesar ketiga setelah jagung dan gandum. Industri halaman rumput yang terdiri dari rumput, pupuk, penyemprot, pemotong menyumbang miliaran dolar per-tahun membuat ekonomi juga terkena percikan revolusi sosial.
Setelah membaca sejarah ringkas halaman rumput, pertimbangan rumah impian masa depan berada pada diri pembaca sendiri. Entah meniru atau tidak itu adalah sebuah kebebasan. Tentunya dengan tidak melibatkan keegoisan, kesombongan ataupun kekuasaan. Itulah guna sejarah. Kita perlu berhenti sejenak, menoleh ke belakang, membaca sejarahnya, dan merenunginya agar terbebas dari kekangan masa lalu dan melebarkan opsi-opsi masa depan alternatif.
Sumber:
Harari, Yufal Noah. 2018. Homo Deus, Masa Depan Umat Manusia. PT Pustaka Alvabet
Nantikan promo-promo menarik di PPI Shop
Dapatkan Info-info terkini dari PPI Maroko