Happy New Year

 
Kantor Polisi, Minggu 05.30
     Ruangan ini terasa gelap, meski terdapat satu lampu remang-remang yang terpasang ditengah atap. Satu meja dan tiga kursi berpusat ditengah yang memang sengaja dirancang untuk mengintimidasi para tersangka. Kulihat jam tanganku, 3 setengah jam sudah berlalu setelah kejadian itu. Tapi entah dimana keberadaan detektif-detektif, belum juga terlihat tanda-tanda mereka akan melepaskanku. Apa yang sebenarnya terjadi?
 
Asrama Wanita Athena, Sabtu 03.16
     Bangunan utama Asrama Wanita Athena berbentuk L dengan kamar-kamar yang memenuhi sisi sayap-sayapnya. Terdiri dari 3 lantai dan satu lantai bawah tanah, bangunan ini mencakup berbagai fasilitas seperti perpustakaan, dapur utama, ruang makan utama, aula besar, ruang olahraga, ruang laundry dan jemuran. Juga tersedia kamar mandi, ruang santai dan dapur kecil disetiap lantai. Sedangkan kamarku terletak diujung sayap kanan lantai 2, melewati 25 deretan kamar untuk mencapai tangga utama yang berpusat diantara dua sayap bangunan. Kamar nomor 207.
     Aku terjaga semalaman mengerjakan tugas mendadak dari salah satu dosen kejam universitas, ketika akhirnya menyerah dan beranjak ke dapur untuk menyeduh secangkir kopi. Aku mampir ke kamarku terlebih dahulu untuk mengambil bubuk kopi, sebuah cangkir dan sendok kecil. Koridor asrama tampak gelap sebab lampunya belum dinyalakan. Melewati 2 kamar dari ruang santai menuju kamar 207, kubuka pintu kamarku. Siska belum kembali?
Kakiku bergema mengiringi langkah menuju dapur. Seluruh asrama begitu hening sebab penghuninya terbaring pulas didalam kamar masing-masing. Menggenggam toples bubuk kopi dan satu cangkir, aku bergegas menuruni tangga utama, berbelok kearah kanan hingga akhirnya mencapai dapur utama. Ketika kubuka pintu dapur, hampir saja cangkir terlepas dari genggaman ketika melihat sesosok gadis berbaju putih berdiri ditengah ruangan.
     “Ah!” Aku menjerit sekilas dengan memejamkan mata. Setelah menenangkan diri dan mencoba membuka kedua mata, kulihat dengan seksama bahwa dia adalah gadis culun yang sering dibully anak-anak asrama Wanita Athena. Satu-satunya penghuni kamar 314, Rita.
“Sejak kapan kau disini? Apa kau melihat temanku Siska, dia belum pulang sejak tadi malam” ujarku sambil berlalu memasuki dapur dan mengambil air panas dari dispenser yang kutemukan terisi penuh tidak seperti lantai 2.
“Siska tadi kemari tapi keluar lagi” jawabnya lirih. “Keluar lagi? Sendirian malam-malam?” tanyaku heran dengan info darinya sambil menuntaskan seduhan kopiku.
     “Ia tidak sendiri, ada yang menemaninya” jawabnya ragu-ragu.
Kepalaku semakin bertanya-tanya, apa yang dilakukan Siska sejak larut malam. Bersama pacarnya Widi kah?. Memang anak satu itu perlu dinasehati berjama’ah sepertinya. Aku memutuskan untuk tidak bertanya pada Rita lebih lanjut, mengingat sebaiknya aku bicarakan pada Siska secara langsung.
Kuusir pikiran tidak baik dan bergegas keatas. Tak lupa membawa barang-barangku tadi dan secangkir kopi ditanganku dengan hati-hati. Ingin segera menyelesaikan tugas-tugasku dan menikmati hari libur terakhir yang sebagian besar sudah dikorupsi pak Aryo.
 
Kantor Polisi, Minggu 07.13
     “Baiklah, berdasarkan laporanmu kau terakhir bertemu dengannya pukul 23.35 hari Sabtu. Alibimu adalah teman sekamarmu Thalia dan kekaksihmu Yuga. Bisa kau ceritakan siapakah orang yang paling memungkinkan untuk menyakiti Rita di antara penghuni Asrama Wanita Athena?” tanya kedua detektif itu dengan tatapan tajam.
     Bullying, suatu kebiasaan buruk yang sudah menjamur di asrama wanita Athena, memang sulit dirubah dan dimusnahkan. Sedih harus kuakui, meski teman-temanku dan aku tidak ikut membully Rita, tapi kami tak pernah benar-benar membelanya. “Entahlah, aku sendiri tidak bisa mengira siapa pelakunya” jawabku.
     “Kasus pembully-an seperti ini dilakukan serempak oleh penghuni satu asrama. Ini kasus yang serius, dan kalian semua bisa saja dituntut karena hal itu. Tapi korban bahkan tak pernah melapor sedikitpun. Jika terbiasa membully. bukankah membunuhnya akan menjadi lebih mudah?”
     “….”
     “Mari bekerjasama dan bantu kami memecahkan masalah ini. Kudengar kau satu-satunya gadis yang tak pernah ikut membully-nya. Pastilah ada suatu kunci dimana jawaban ini terletak”
     Aku diam. Sebelum akhirnya hendak menjawab, terdengar suara ketukan dipintu. Pintu pun terbuka disusul seorang wanita masuk kedalam. “Maaf pak, tapi anda harus melihat ini”. Kedua detektif itupun beranjak pergi meninggalkanku sendirian di ruangan ini lagi.
 
Pesta Tahun Baru, Sabtu 23.01
     Pergantian tahun baru 2008 hanya tersisa beberapa menit. Aku berjalan menuju kerumunan bersama Thalia dengan membawa terompet kecil dan beberapa snack ditangan. Sebelum akhirnya terhenti, sebab kegaduhan yang terjadi ditengah lapangan.
     Plak. Byurr. “Dasar Wanita penggoda tak tahu malu! Sudah rendahan dan tak punya otak memang pekerjaan macam pelacur cocok untukmu!” teriak Vanessa pada Rita ditengah kerumunan. Disandingi dua dayang setianya yang memegang ember kosong.
     Tak jauh dari situ kulihat Siska, teman kamarku yang lain berdiri sendiri. Kutarik tangan Thalia sambil menerobos kerumunan dan berdiri disamping Siska. “Apa yang terjadi?” tanyaku padanya.
     “haha entahlah. Sepertinya ratu drama lagi-lagi ingin jadi pusat perhatian” jawab Siska yang anehnya terdengar sedikit gemetar ditelingaku. Tatapanku beralih kepada Rita, kemudian Vanessa dan berakhir pada Riko si pusat perdebatan. Dasar pria. Bukan kabar baru lagi bahwa Riko lelaki playboy nomor satu di universitas, sepertinya hampir tidak ada wanita yang tak pernah dihampirinya. Entah Vanessa menjadi bodoh karena dibutakan cinta, atau memang sebegitu bencinya ia pada Rita hingga selalu mengambil kesempatan yang ada untuk menyiksanya.
     Ketika Vanessa menyelesaikan kata terakhir pada ceramah panjangnya. Ia menggenggam tangan Riko dan berbalik pergi, sebelum sempat mendaratkan lirikan sekilas kearah kami. Kulihat sisi kiriku, tanpa kusadari Siska pun sudah menghilang.
     Aku menghampiri Rita walau Thalia sempat mencegahnya. Kubantu ia berdiri dan mengajaknya ke asrama untuk berganti pakaian, sebab baju yang ia kenakan basah kuyup akibat perseteruan tadi. Ketika ia akirnya menyetujui ajakanku, kami pergi bersama meninggalkan pusat acara kembang api universitas.
     “Pakai bajuku saja, karna letak kamarku lebih dekat dari kamarmu yang dilantai 3” ucapku sambil menyerahkan setelan bajuku padanya. “Masuklah kekamar mandi dan ganti bajumu. Aku akan menunggu hingga kau selesai”
     Rita keluar dalam keadaan lebih baik. Ia sudah tampak segar dengan baju bersih milikku yang membalut tubuhnya. “Ayo kita kembali” ajakku padanya. Rita hanya menundukkan kepala tanpa menjawab. “Kau tidak mau? Jika kau ingin disini aku akan ikut menemanimu” kataku.
     “.. tak perlu.. “ jawabnya lirih. “Aku hanya ingin sendiri. Jadi pergilah”
     “Kau yakin. Sepertinya itu bukan keputusan tepat untuk meninggalkanmu sendirian” memperhatikan kondisinya yang tampak belum stabil sepenuhnya sejak kejadian terakhir.
     “Terimakasih. Tapi pergilah, Yuga sudah menunggumu di halaman dari tadi” jawabnya. Kutatap jendela kamarku yang menghadap halaman depan asrama. Benar saja, kekasihku sudah menungguku dibawah. Ia melambaikan tangan kearahku dengan seulas senyuman. Aku hampir lupa, aku memiliki janji menghabiskan malam tahun baru bersamanya. Pasti Thalia yang memberi tahu lokasiku padanya, pikirku.
     “Sepertinya aku harus pergi, maaf aku meninggalkanmu sendirian disini”. Melihat waktu yang tersisa bersama Yuga ditahun ini tidak banyak. Aku bergegas mengambil tasku dan merapikan diriku sebentar didepan kaca. Kemudian mengucapkan selamat tahun baru pada Rita dan mengizinkannya menggunakan kamarku sebelum akhirnya pergi dengan penyesalan karena telah meninggalkannya sendiri waktu itu.
 
Illustration by freepik
 
Kantor Polisi, Minggu 07.56
     “Kau berbohong” tuduh salah satu detektif itu tiba-tiba.
     “bohong?” tanyaku kebingungan.
Detektif disebelah kiriku memutar tablet yang barusan ikut dibawanya kedalam setelah berbicara dengan wanita tadi. Ia menyentuh tombol putar, dan video tidak asing dihadapanku berjalan.
     “Kau tampak tidak kaget. Sudah pasti kau mengetahuinya” detektif itu terus saja berusaha menyudutkanku.
     “Bagaimana ini bisa dikatakan aku berbohong. Jawaban dari pertanyaan kalian tidak mencakup ini” jawabku cepat.
     “Yang kau lakukan adalah menutupi sebuah informasi, yang berperan besar dalam menyelesaikan kasus ini. Jangan berkilah bahwa kau tidak berniat menutupinya dari kami”
     Aku hanya membisu. Menggenggam erat kedua tanganku yang gemetar dibawah meja. Menatap sekali lagi video dimana Siska dan Vanessa tampak berciuman disudut ruang laboratorium universitas hari itu.
 
Kamar 207, Sabtu 15.19
     “Coba jelaskan” suara Thalia tampak tenang, meski dia menyimpan kemarahan begitu besar melihat Siska tetap diam dan tidak berusaha memberi penjelasan. Aku pun sama kagetnya dengan Thalia ketika secara kebetulan melihat tayangan di ruang cctv siang ini.
     Setelah mengumpulkan tugas pada pak Aryo, pak Aryo menitipkan berkas pada Thalia yang ternyata sedang mewawancarai petugas keamanan universitas diruang CCTV. Dan berakhir membuat kami tanpa sengaja melihat Siska dan Vanessa melakukan hal biadab dari layar yang merekam mereka kurang lebih 5 detik.
     Sejak 15 menit pertama Siska dan Vanessa bertengkar dari CCTV itu, aku dan Thalia begitu khawatir. Tapi kami tidak bisa pergi begitu saja meninggalkan suguhan makanan dan bincang-bincang santai bersama pak Budi. Siapa sangka akhir tayangannya mengungkap rahasia Siska yang ia sembunyikan selama ini dari kami.
Setengah jam Thalia menyudutkan Siska, hingga ia akhirnya menyerah dan menjelaskan kepada kami bahwa sebenarnya ia lesbian.
 
Kantor Polisi, Minggu 08.01
     “Sekarang tersangka utama menjadi 3. Antara Vanessa, Siska dan Riko. Sedangkan lokasi kejadian berada dikamar 207 yang merupakan kamarmu dan 2 temanmu yaitu Thalia dan Siska. Tetapi mayat terjatuh dari lantai 2 kamar 207” detektif itu menyimpulkan.
     “Hasil otopsi mengatakan bahwa tusukan di perutnya terjadi 2 kali pada lokasi yang berkebalikan diwaktu yang bersamaan. Satu didepan dan satu dibelakang. Ini mengindikasikan pelaku lebih dari satu orang sebelum akhirnya ia didorong keluar jendela dan terlihat oleh pelapor” tambah detektif disebelah kiriku.
     Tapi motif apa yang timbul jika pelakunya 2 orang? Apa hubungan Rita dengan mereka?
Jika Riko membunuhnya sendiri karena takut Vanessa memutuskan hubungannya, sepertinya tidak. Bahkan vanessa sendiri mengetahui dengan jelas perbuatan nakal Riko tapi ia tetap tidak melepasnya. Apalagi sejak mengetahui fakta bahwa ia lesbian. Aku curiga hubungannya dengan Riko hanya sandiwara. Atau Riko membunuh Rita karena Rita menolak rayuannya, sepertinya juga tidak. Melihat Riko dengan sigap menggoda wanita lain setiap 5 menit.
     Ataukah Vanessa dan Siska pelakunya? Mungkinkah Rita mengetahui bahwa keduanya memiliki hubungan terlarang dan ingin membungkam Rita. Tetapi bukankan aku dan Thalia kini juga mengetahuinya.
     Kali ini pintu terbuka tanpa ketukan dan seorang pria masuk kedalam. “Pak Dodit ada informasi baru”. Pria itu mendekat pada detektif disebelah kananku dan membisikkan sesuatu ditelinganya.
     Setelah pria tadi keluar ruangan, detektif itu menatapku sejenak sebelum akhirnya berujar “Sepertinya kasus ini akan segera selesai. Jadi kau akan diizinkan pulang” Dilanjutkan pernyataanya yang membuatku diam membisu. “Satu gunting ditemukan didalam mobil tersangka Siska, dan satu lagi ditemukan didalam tong sampah dengan terbalut baju tersangka Riko. Sepertinya mereka memiliki hubungan gelap dan bekerja sama membunuh Rita untuk menutupinya dari tersangka Vanessa”
Astaga.
 
Pesta Tahun Baru, Minggu 23.54
     Siska menunggu Mia keluar dari gedung asrama wanita Athena. Setelah Mia dan Yuga tak tampak batang hidungnya, Ia masuk kedalam asrama dan menuju dapur untuk menunggu seseorang. Ketika orang yang ia tunggu akhirnya datang, mereka bergegas menuju kamar 207.
Ketika mereka sibuk sendiri dengan aktifitas haram yang mereka lakukan. Tanpa sadar pintu kamar mandi terbuka. Rita berdiri terpaku tampak kaget dengan apa yang ia lihat. Rita berusaha berjalan perlahan sebelum akhirnya menyenggol vas bunga dekat pintu kamar mandi, mengagetkan keduanya. Riko dengan sigap bangun untuk membungkam mulut Rita.
Riko begitu geram ketika lagi-lagi Rita memergokinya bersama Siska. Sudah sebulan lamanya Riko merudung Rita agar tak mengungkap apapun pada Vanessa, tapi tampaknya gadis ini memang ditakdirkan menjadi bencana besar baginya
Rita berusaha mengelak dan mengambil gunting didekat meja untuk melawan Riko. Pertengkaran sengit terjadi, membuat Siska panik, dan berakhir mengambil gunting dimeja terdekat untuk mengancam Rita agar berhenti. Tanpa sangka gunting itu meleset dan menusuk perut Rita dari belakang. Rita yang kaget terhenti dari aksinya.
     Melihat kesempatan itu Riko mengambil gunting digenggaman Rita dan ikut menusuknya dari depan. Kemudian menarik pisau itu agar merobek perut Rita lebih lebar.
Diluar tampak kembang api tahun baru meledakkan semburan warna-warni dilangit. Mata Rita meneteskan air mata sebelum akhirnya ia terdorong jatuh keluar melalui jendela kamar 207 yang terbuka meninggalkan dunia dengan kedua matanya yang tak sempat terpejam dan gemuruh “Happy New Year” dari manusia-manusia yang tak pernah memedulikannya.
 
 

Nantikan promo-promo menarik di PPI Shop : https://ppimaroko.or.id/ppi-shop/#pu-pay

Saksikan video-video keseruan even PPI Maroko : https://www.youtube.com/@PPIMarokoOfficial

Tag Post :
Minggu-an Menulis

Bagikan Artikel ini

2 Responses

  1. Sosok aku mengingatkanku pada film the penthouse “yang dibuli mati serta yang mencintainya di bui”akan lebih klimak lagi jika tokoh Aku tidak di panjara oleh gengsi dan menyesal karena mununda kebaikan….Rikkkkk rikkk Rik, Rikko setia pacar bersama Siska dibui karena qotlu khoto' wkwkwkk

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *