Ketika Sukses Orang Lain Jadi Ancaman: Memahami Crab Mentality
Oleh Najhan Syafiqul Umam
Mahasiswa S1 Universite Moulay Ismail Meknes
Apa itu Crab Mentality ?
Pernahkah Warga melihat beberapa ekor kepiting yang dikumpulkan di dalam sebuah ember, kemudian menarik salah satu diantara mereka ketika ia hendak naik untuk keluar? Faktanya, hal tersebut juga terjadi kepada manusia dan fenomena ini disebut Crab Mentality (mental kepiting).
Crab mentality adalah istilah yang menggambarkan pola pikir atau perilaku di mana seseorang cenderung merendahkan atau menghalangi kemajuan orang lain, terutama ketika merasa orang lain sedang mencapai keberhasilan yang lebih besar. Dilansir dari Psychology Today, crab mentality adalah analogi dari perilaku egois yang iri terhadap kesuksesan orang lain. Maka, ketika salah satu di antara kepiting tersebut berusaha keluar, kepiting lainnya berusaha menahan kepiting tersebut.
Perilaku ini mungkin kerap dilihat di dunia nyata ketika beberapa orang dalam suatu kelompok mencoba menjatuhkan orang (yang juga satu kelompok dengan mereka) yang mengalami kemajuan. Beberapa contoh perilakunya adalah mengkritik, meremehkan, hingga memanipulasi orang. Mentalitas kepiting mungkin dapat diartikan sebagai: “Jika saya tidak dapat memilikinya, Anda pun tidak bisa.” Contoh lain dari crab mentality mungkin dapat Warga rasakan saat Warga hendak kuliah dan teman warga sendiri mengajak untuk tidak ikut kelas tertentu agar teman Warga tidak membolos sendirian. Atau mungkin malah Warga sendiri yang mengajak temannya untuk tidak masuk kelas. Jangan, ya, Warga!
Pandangan Islam Tentang Crab Mentality
Banyak dalil yang relevan terkait isu ini, terutama yang berkaitan dengan sifat iri, hasad, dan tindakan merugikan orang lain. Salah satunya dari hadis yang cukup masyhur yaitu Hadis Arbain ke-35 dalam potongan hadisnya:
لاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَتَنَاجَشُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ،
وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخوَانَاً، الْمُسْلِمُ أَخُوْ الْمُسْلِمِ، لاَ يَظلِمُهُ، وَلاَ يَخْذُلُهُ، وَلاَ يَكْذِبُهُ، وَلايَحْقِرُهُ
Salah satu faedah dari hadits tersebut adalah mengajarkan pentingnya persaudaraan dan larangan untuk iri atau saling menjatuhkan. Crab mentality bertentangan dengan nilai ini, karena sifatnya merendahkan dan menjatuhkan sesama.
Penyebab Munculnya Crab Mentality
Ada beberapa hal yang menyebabkan fenomena crab mentality ini terjadi. Salah satunya adalah ketergantungan manusia dalam hidup berkelompok. Umumnya, manusia bergabung satu sama lain untuk memudahkan mereka mencapai tujuan bersama. Sementara itu, hidup berkelompok juga berarti akan ada persaingan. Suka atau tidak, mentalitas kepiting dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti cemburu, malu, dendam, harga diri yang rendah, hingga sifat kompetitif. Terlebih lagi jika Warga sangat peduli dengan posisi sosial di kelompok atau komunitas, terlepas bagaimana niatnya. Akibatnya, sifat kompetitif tersebut pun muncul.
Dampak Crab Mentality
Crab mentality menghasilkan hubungan yang tidak sehat dalam sebuah kelompok karena tidak akan menguntungkan siapa pun. Kritik terhadap kesuksesan dan kebahagiaan orang lain tidak akan benar-benar mengangkat seseorang ke level yang sama meskipun terasa seperti itu. Dampak dari fenomena ini sangatlah negatif terutama bagi komunitas pelajar seperti kita, adapun dampaknya yang lain, seperti kehilangan potensi individu orang yang menjadi korban perilaku ini mungkin kehilangan motivasi untuk berusaha lebih baik, menghambat kemajuan komunitas, lingkungan yang tidak mendukung yang menciptakan suasana negatif yang merugikan semua orang.
Tips Mengatasi Crab Mentality
Mengatasi crab mentality memerlukan kesadaran dan upaya yang dimulai dari diri sendiri, Warga. Langkah pertama adalah refleksi diri untuk mengenali apakah Warga memiliki kecenderungan merendahkan orang lain saat mereka sukses. Alihkan energi negatif ini dengan fokus pada perbaikan diri, menghargai keunikan, dan perjalanan masing-masing individu. Selanjutnya, belajar menghargai keberhasilan orang lain dengan memberi ucapan selamat yang tulus dan menjadikan pencapaian mereka sebagai inspirasi, bukan ancaman. Hindari membandingkan diri warga secara negatif dengan orang lain dan fokus pada perjalanan warga sendiri.
Komunikasi yang sehat juga penting untuk diterapkan, misalnya dengan menghindari gosip, memberikan kritik yang membangun, dan mendengarkan orang lain dengan empati. Di tingkat komunitas, menciptakan lingkungan yang mendukung dapat dilakukan dengan merayakan pencapaian bersama, mendorong kolaborasi, dan menciptakan ruang aman untuk berbagi ide tanpa takut dihakimi. Pemimpin di lingkungan komunitas juga harus memberi contoh dalam mendukung keberhasilan orang lain.
Selain itu, penting untuk mengembangkan pola pikir positif seperti abundance mentality, yaitu keyakinan bahwa kesuksesan orang lain tidak mengurangi peluang kita untuk berhasil. Dengan growth mindset, setiap tantangan dan keberhasilan orang lain bisa dilihat sebagai peluang belajar. Praktikkan rasa syukur atas apa yang dimiliki untuk menjaga fokus pada hal-hal baik dalam diri sendiri.
Jika Warga menjadi korban crab mentality, hadapilah dengan diplomasi dan hindari membalas dengan perilaku serupa. Berikan dukungan kepada orang lain, terutama jika Warga berada dalam posisi lebih unggul, dengan menjadi mentor atau teladan positif. Dorong nilai-nilai positif dalam kerja sama di lingkungan, dan fokus pada tujuan bersama. Ditambah lagi dengan menerapkan mindfulness, warga dapat mengelola emosi negatif, seperti iri hati, dan menjaga fokus pada hal-hal positif. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, insyaallah kita semua dapat menciptakan lingkungan yang harmonis, mendukung, dan bebas dari crab mentality.
ada buku tentang Indonesia di Maroko? simak di TikTok PPI Maroko
Sudah siap menghadapi musim dingin? Starterpack Musim Dingin ala Mahasiswa Indonesia di Maroko