Kunjungan Imam Besar Masjid Istiqlal dan Lembaga BNPT RI

Event,Kabar Berita,Ke-PPI-an

Kamis, 24 Agustus 2023 bertempat di KBRI Rabat, Mahasiswa Indonesia di Maroko kedatangan tokoh-tokoh penting, yaitu Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, M.A. sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal, dan Komjen Pol. Prof. Dr. Rycko Amelza Dahniel, M. Si. selaku Kepala BNPT RI (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme).

Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, M.A. memberikan sambutannya di hadapan para mahasiswa Indonesia di Maroko. Beliau menyampaikan nasihat sebagai calon intelektual muslim yang memimpin mewarisi bangsa yang diridhoi Allah SWT. Beliau menitipkan pesan lewat 2 kata di dalam Al-Qur'an, yaitu kata أَهْلَ الذِّكْرِ pada surah An-Nahl ayat ke-43. Mahasiswa ditekankan bukan sekedar menjadi  أَهْلَ العِلْمِ  (ahl ilmi), akan tetapi menjadi seorang أَهْلَ الذِّكْرِ  (ahl dzikr), karena أَهْلَ الذِّكْرِ (ahl dzikr) lebih hebat daripada  أَهْلَ العِلْمِ  (ahl ilmi).

Beliau kembali bernasihat agar jangan menyangka para nabi, rasul, dan alim ulama itu mati (keilmuannya), namun pada hakikatnya mereka akan tetap hidup sebagaimana di dalam al-Quran ketika disebutkan para nabi dan rasul maka fi'il (kata kerja) yang digunakan adalah fiil mudhori' yang memiliki arti pekerjaan masa kini dan yang akan datang. Mahasiswa haruslah berguru kepada alim ulama yang masih hidup maupun kepada yang sudah wafat.

Beliau menutup nasihatnya dengan mengutip perkataan Cak Nun, “Pendidikan Timur Tengah kaya dengan materi tetapi Amerika kaya dengan metodologi”. Beliau membacakan ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan hal tersebut, yaitu Al-Kahfi ayat 60 yang berbunyi:

وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَىٰهُ لَآ أَبْرَحُ حَتَّىٰٓ أَبْلُغَ مَجْمَعَ ٱلْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِىَ حُقُبًا

Dalam tafsir Ar-Razi, salah satu penjelasan menyebutkan maksud dari مَجْمَعَ ٱلْبَحْرَيْنِ ialah pertemuan epistemologi keilmuan bukan fisik. Keilmuan Barat yang cenderung rasional sedangkan Timur yang cenderung epistemologi keilmuannya spritual. Maka, beliau berharap mahasiswa Indonesia di Maroko mampu menggabungkan antara kedua epistemologi yang berkembang di Barat dan Timur.

Komjen Pol. Prof. Dr. Rycko Amelza Dahniel, M. Si menyampaikan sambutannya mengenai visi dan misi BNPT dalam memberantas paham terorisme. Beliau menyampaikan bahwa terorisme merupakan bahaya laten bagi seluruh bangsa dan negara di dunia. Tindakan terorisme sangat tidak manusiawi, tidak menghormati nilai-nilai kemanusiaan, merusak kelestarian peradaban umat manusia, dan merusak persatuan dan kesatuan bangsa terutama bagi bangsa Indonesia. Indonesia merupakan negara kebangsaan yang dibangun dengan berbagai macam perbedaan, seperti kebudayaan, agama, bahasa dan sebagainya.

Terorisme lahir dari sikap intoleran. Sikap tidak menerima dan menghargai suatu perbedaan di tengah masyarakat. Sikap intoleran yang tidak ditanggulangi merembas menjadi sebuah sikap radikal, yaitu sikap merasa diri paling benar sehingga memaksakan kehendak terhadap orang lain, seperti melakukan ancaman verbal dan nonverbal.

Kemudian, sikap radikal yang tak terkendali akan memuncak menjadi sikap teror/terorisme, yakni sikap menganggap semua kelompok diluar pemahamannya merupakan thogut (pembangkang/dzolim), maka halal baginya untuk menumpahkan darah orang-orang tersebut dan menebarkan ancaman-ancaman bagi kelompok yang tidak sepaham dengannya.

Seluruh agama mengajarkan kasih sayang, terlebih lagi agama Islam sebagai agama rahmatan lilalamin. Lantas mengapa terorisme banyak mengatasnamakan agama Islam? Tentu saja hal ini merupakan suatu kebohongan besar dan penipuan terhadap masyarakat yang awam dengan Islam. Kelompok-kelompok tersebut menggunakan simbol dan atribut agama Islam sebagai kampanye untuk memuluskan langkahnya untuk merenggut kekuasaan politik. Kelompok-kelompok tersebut seperti, ISIS dengan paham takfiri, dan Al-Qaeda dengan paham salafy jihady.

Beliau menegaskan bahwa BNPT akan melakukan kerjasama dengan berbagai badan penanggulangan terorisme di dunia untuk memperkuat pintu masuk antar negara sehingga mencegah dan mempersempit ruang gerak jaringan travaling terorisme.

Penjelasan mengenai perkembangan isu terorisme masa kini dilanjutkan oleh Bapak Irjen. Pol. Ibnu Suhendra, S.I.K. selaku Deputi bidang penindakan dan pembinaan kemampuan BNPT RI. Beliau menambahkan data kasus-kasus terorisme yang berkembang saat ini, antara lain Staff PBB yang diculik di Yaman, pembakaran Al-Qur'an yang terjadi di Swedia dan Denmark, ISIS juga melakukan penyerangan terhadap logistik markas tentara Suriah pada tanggal 15 agustus 2023.

Potensi serangan terorisme yaitu aparat penegak hukum, rumah ibadah, perkantoran asing dan simbol pemilu. Kelompok terorisme mengubah langkahnya menuju jihadul kalimah (jihad konstitusi), awalnya mereka menggunakan strategi peluru (kekerasan), namun mereka mengubahnya menjadi strategi kotak suara (konstitusi), contohnya tertangkapnya pemimpin PDRI (Partai Da’wah Rakyat Indonesia) oleh Densus 88, Farid Okbah. Partai ini dinyatakan sebagai inkarnasi nyata dan langsung dari Jemaah Islamiyah.

Beliau menitipkan pesan agar mahasiswa menebalkan wawasan kebangsaan, tanamkan rasa nasionalisme, dan membentengi diri dari provokasi dan hasutan pola perekrutan paham terorisme yang berkembang di dunia saat ini. Beliau mengutip perkataan Malala Yousafzai di hadapan Sidang PBB, “Mari kita lakukan perjuangan global, ambil buku dan pena kita. Hal itu adalah senjata kita yang paling kuat. Satu anak, satu guru, satu pena dan satu buku dapat mengubah dunia. Pendidikan adalah satu-satunya solusi untuk menghadapi terorisme dan kemiskinan”.

26 AGUSTUS 2023

Oleh Khairul Hamim

Dep. Humas PPI Maroko Kabinet Cakep 2023/2024

Nantikan promo-promo menarik di PPI Shop

Dapatkan Info-info terkini dari PPI Maroko

Tag Post :
Aktivitas,Berita
Share This :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *