Hi! How was your day?
Meskipun secara bahasa dapat diartikan sebagai bagaimana harimu, namun ekspresi ini menanyakan kabarmu. Sebuah pertanyaan yang mungkin terdengar lumrah bagi orang-orang pada umumnya. Namun terkesan bermakna bagi saya sendiri. Dengan kata lain, saya menyukainya. Hingga tulisan ini saya beri judul demikian. Sejujurnya tulisan ini saya buat di pertengahan malam dengan harap-harap cemas mendapat inspirasi walau secercah. Saya pun mulai menulis ditemani bisingnya lalu lalang kendaraan yang terdengar dari seberang perempatan jalan raya Darb Loubila yang gaduhnya tak kunjung reda. Seakan menolak sunyi, tak mengenal waktu istirahat. Baiklah, saya memilih acuh untuk malam ini.
Di sini, saya hanya ingin menuangkan beberapa gumpalan pikiran saya yang sempat mengusut selama 1 caturwulan terakhir. Dan bagaimana akhirnya saya mendapat pencerahan selama proses perenungan diri. Ya, karena saya seorang introvert yang memulihkan energi dengan cara menghabiskan waktu sendirian. Jika boleh saya tebak, mungkin ada di antara teman-teman yang terkadang sebelum terlelap, secara otomatis merenungi dulu rasa lelah setelah beraktifitas seharian. Atau ada juga sebagian yang memilih cukup dan beristirahat. Dan ada juga yang belum merasa puas lalu overthinking hingga berujung insomnia. Sejauh ini, saya sering termasuk di contoh terakhir. Semoga teman-teman tidak demikian. Saya pun menyadari jika terus menerus dalam keaadan itu akan mempengaruhi kesehatan mental saya.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya saya menemukan sebuah jawaban yang saya cari selama ini. Bahwa seharusnya, tujuan hidup saya bukanlah untuk pembuktian. Namun untuk kebermanfaatan. Menjadi apapun saya kelak, saya harus pastikan bahwa peran saya bermanfaat. Karena nyatanya semakin banyak yang kamu beri, semakin banyak pula yang kamu dapatkan. Akhir-akhir ini juga saya baru teringat perkataan Ustadzah saya di pondok, Ustadzah Ama. Beliau mengutip perkataan Dahlan Iskan bahwa “Setiap orang punya jatah gagal. Habiskan jatah gagalmu saat muda”. Beliau juga pernah berpesan sebelum saya berangkat ke Negeri matahari terbenam. Kurang lebih seperti ini “Jangan pernah merasa tertinggal dari siapapun, bagaimana pun nanti kalian di dunia perkuliahan. Karena hidup bukan tentang siapa yang paling cepat. Tapi tentang siapa yang paling bermanfaat untuk sesama.” Dari situlah hati dan pikiran saya mulai terketuk dan mulai ingin membenahi semua hal dari awal. Meski selangkah demi selangkah. Setidaknya cukup Tuhan yang tahu, jika saya serius ingin merubah hidup saya.
Tak mudah memang. Setiap harinya seolah kita dipaksa menelan kata ‘tidak apa untuk tidak baik-baik saja’. Bahkan tak jarang sebagian dari kita memilih tuk memendam masalahnya seorang diri. Memang ada kalanya dentuman ombak kehidupan tak henti-hentinya menerjangmu. Lalu memaksamu menjadi setegar karang di lautan. Begitulah kerasnya kehidupan. Namun ia juga merupakan anugerah dari Sang Pencipta yang wajib kita syukuri tanpa pamrih. Nikmati saja perjalanan panjang namun penuh arti ini. Jadi, jangan mau menyerah tuk mengarungi arus kehidupan. Karena kelak kita akan sampai. Dan berlabuh di pusat kebahagiaan.
Baiklah, sepertinya cukup. Sebelum saya berkelana ke alam mimpi, saya ingin tutup dengan harapan. Semoga kita tak pernah bosan mengapresiasi diri sendiri yang mau diajak bertahan sejauh ini. Yang sudah jatuh bangun berkali-kali, namun memilih bangkit, berdiri dengan kakinya sendiri. Menjadi kuatlah untuk dirimu sendiri bukan karena orang lain. Karena jika nanti mereka pergi, kamu akan kehilangan keseimbangan.
Sekian, terima kasih kepada semua yang sudah mau membaca sampai kalimat ini. Semoga seluruh hal baik di dunia ini segera menghampiri hari-harimu^^
بالتوفيق والنجاح
Nantikan promo-promo menarik di PPI Shop : https://ppimaroko.or.id/ppi-shop/#pu-pay
Saksikan video-video keseruan even PPI Maroko : https://www.youtube.com/@PPIMarokoOfficial
Tulisan yang sangat bagus. Aku bangga padamu.