Antara Kamu dan Hidup

Oleh: Irma Mirshodatul Jannah
 
Hai! Hari ini sudah berapa orang yang menikmati senyum manismu? Barusan kulihat langit, sepertinya mentari tidak secerah hari biasa. Semoga saja hal ini tidak terjadi juga padamu. Aku yakin, saat ini banyak sekali orang yang merindukan senyummu. Jujur saja, hatiku juga rajin menggerutu, mengutuki masalah-masalah yang entah harus kuapakan. Ketika keadaan tak lagi bersahabat, orang tua yang banyak menuntut, teman hati yang seketika enggan menemani, aku lelah. Namun tak lelah aku berbisik pada diri, “Sadar!”. Dan kita tak jauh beda, kan? Sama-sama punya kesempatan untuk memperbaiki hidup ini.
Sebelumnya, aku ingin mengatakan terlebih dahulu ”Kamu luar biasa”. Bagaimana tidak? Kamu pemilik dari anugerah Tuhan yang sangat luar biasa. Ya, hidup. Dan diantara banyak pilihan, kamu tetap memilihnya. Tidak sedikit orang-orang yang kurang beruntung di luar sana yang menginginkan hidup sepertimu.
Ada dua hal yang tak pernah lepas dari hidup ini, bahkan sebelum langkah menginjak menuju zona baru. Pertama, keputusan; yang sering merepotkanmu dengan perdebatan batin atau fisik untuk mendapatkannya. Terutama saat dihadapkan dengan permasalahan yang terlalu pelik. Ah pusing! Saat dipaksa melewati perseteruan panas yang kadang diri sendiri pun akan merasa tersikasa, maka bertahanlah. Proses yang sepahit atau semanis apapun pasti akan berujung. Kemana langkahmu akan mengarah? Dimana kakimu akan berpijak? Semua itu adalah keputusanmu. Bukan lagi keputusan siapapun dia di luar dirimu, mereka hanya berhak berpendapat dan bedalih. Siapa dan bagaimana kamu akan dikenang oleh generasi esok, semua akan terjawab sesuai tindakan dan keputusanmu saat ini. Hidup kita layaknya sebuah forum musyawarah dan kamu adalah pemimpinnya, di sana hampir semua anggota yang hadir menyampaikan aspirasinya. Pola pikir setiap manusia berbeda-beda, tentu akan dikatakan tindakan terbodoh jika kamu melakukan tiap satu persatunya. Cukup dengarkan mereka, manusia bijak tidak akan menutup mata dan telinga dalam kondisi apapun. Catatannya, perhatikan yang baik lalu ambil hikmah dari yang buruk. Pada akhirnya keyakinanmulah yang harus berdiri di garis terdepan.
Kedua, kemungkinan. Kemungkinan hanya tentang dua hal, baik dan buruk. Itulah yang tak terpisahkan sebagimana jodoh yang tak mungkin terpisah atau tertukar. “Kenapa sih harus ada resiko buruk?” Begini, tahukah kamu? Setiap takdir yang dituliskan Tuhan sangat mustahil ditujukan untuk hal yang sia-sia, pasti ada maksud dan tujuan dibaliknya. Coba fikirkan, andai kamu tidak pernah terjatuh disepanjang sejarah hidupmu, kapan kamu punya kesempatan untuk belajar menghargai keputusanmu sendiri? Cuma kamu penemu jalan keluar dalam jebakan asa yang hampir terputus. Sangat wajar jika dalam keadaan seperti ini kamu akan mengingat masa lalu yang mungkin telah membuatmu terpuruk. Tapi bukan hal wajar jika kamu tidak memanfaatkannya sebagai pelajaran. Hingga menjadikanmu pecundang yang hanya diam di titik yang sama, mengulang kesalahan yang sama, dan berputar pada roda yang sama. Aku katakan “Semua akan baik-baik saja, dan kamu akan baik-baik saja”.
 Mungkin antara apa yang sedang kamu dan aku alami saat ini berbeda. Tapi ketahuilah, aku juga pernah berada di posisimu Ketika hati tak berhenti memberontak “Kenapa bisa begini? Ini tidak mungkin! Pasti tidak begini!”. Hanya berani untuk menangis dan terbelit dalam penyesalan. Semua hal itu sangat manusiawi dan lumrah saja. Tapi ingat, jangan sampai kamu terperangkap di dalamnya. Kewajiban pertama yang harus kamu lakukan adalah sadar dan yakinilah bahwa yang kamu hadapi saat ini bukanlah sebuah hukuman atau ancaman. Ia adalah sebuah kesempatan. Peran Tuhan tidak pernah berhenti, termasuk dalam kondisi seperti ini. Sadarlah, saat ini Dia hanya sedang ingin membawamu ke suatu tempat yang lebih baik. Dia sedang mempersiapkanmu, menguatkan mentalmu dan mengasah senjata dalam dirimu. Dia juga sedang mempersiapkan buah terbaik untuk bisa kamu nikmati nanti pada masa yang terbaik pula.
Kemudian kamu perlahan akan mengerti “Badai akan berlalu, aku harus bisa melupakan, aku akan bisa memperbaiki, tapi kok sulit ya?”. Wajar, kamu adalah manusia. Sama sepertiku yang pernah merasa sangat sulit menghadapi keterpurukan. Pilihanku dan kamu adalah sama dan itu hanya dua pilihan. Give up or get up. Terimalah apa yang sudah terjadi, terimalah dengan tangan terbuka dan ikhlas. Sabarlah dalam melaluinya dan maafkan mereka yang telah menyakitimu. Tapi jangan lupakan yang terpenting, yaitu maafkan dirimu sendiri. Dalam kehidupan yang fana ini tidak ada yang perlu disesalkan, yang hilang akan digantikan, yang berkurang akan ditambahkan dan yang terbenam akan diterbitkan kembali. Ingat, ada hal-hal yang tidak bisa kamu ubah atau sekedar kamu sentuh. Apa yang sedang kamu aminkan, Tuhan sedang kerjakan. Entah dalam waktu cepat atau lama, doamu pasti akan dikabulkan tanpa satupun yang terlewat. Tentu dengan cara-cara Tuhan yang kadangkala tidak kita sadari, yang kadangkala malah kita salahkan, bahkan kadang kita lupakan.
Tapi tenang saja. Masih banyak stok keberuntungan yang bisa kamu dapat, tidak melulu tentang resiko buruk saja. Lalu aku harus bagaimana? Berhenti terlena dan tetap tawadhu dalam syukur. Termaktub dalam kitab Al-Hikam karya Ibnu Atha’illah as-Sakandari “Siapa yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan, maka berarti berusaha untuk menghilangkan nikmat itu, dan siapa yang bersyukur atas nikmat itu berarti telah mengikat nikmat itu dengan ikatan yang kuat kukuh”. Sudah sangat jelas bukan? Dan Allah berjanji bahwa manusia yang pandai bersyukur tak akan pernah menemukan kecewa dalam hidupnya, dapat dipastikan bahwa nikmat-Nya akan bertubi-tubi menghampiri. Seperti
penjelasan Allah SWT dalam Al-Quran Surah Ibrahim ayat 7.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”

Well, aku sudah tidak memiliki kata lagi untuk diungkapkan. Hanya rasa kagumku atas kamu hari ini yang luar biasa. Perihal hidup yang kadangkala dituding rumit oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab, mereka hanyalah segelintir dari kelompok manusia yang tentunya bukan kamu. Wahai kamu, pada detik ini aku persilahkan untuk berbenah. Yang baik, aku semogakan akan lebih baik dan yang merasa buruk, anggaplah itu hanyalah sebuah rasa belaka. Karena setiap manusia dilahirkan dalam keadaan paling suci dan paling baik. Mari semogakan hari esok yang lebih baik. Aamin.
Trimakasih, salam bangun tidur!
Tag Post :
Minggu-an Menulis

Bagikan Artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *