Setiap orang masing-masing berperan pada apa yang dia punya. Penambal ban berperan menambal ban orang yang bocor, penjual sayur berperan menyebarkan sayur ke masyarakat, pencari barang bekas berperan mengosongkan gudang barang bekas rumah warga untuk dimanfaatkan kembali, guru berperan mendidik murid didiknya, murid berperan menerima estafet ilmu gurunya, dan seterusnya dan seterusnya.
Sejatinya, masing-masing saling membantu. Setiap yang hidup punya peran, kecuali mereka yang tidak mau berperan, tidak menyadari kelebihan diri, tak mawas diri sehingga tak tahu caranya memberi.
Orang kaya selalu punya tempat tersendiri di banyak kalangan, sebagaimana disampaikan oleh Faqih Abdullah Rais, Pimpinan Madrasah Atiqah Igdi di tengah majelis Muqaddimah al-Ajurumiyyah, “Dua perkara yang mendekatkan banyak orang; ilmu dan harta,” tutur beliau. “Dua orang ini akan selalu bertempat di depan setiap perkumpulan,” lanjutnya.
Salah satu peran orang kaya adalah menyejahterakan penuntut ilmu. Seperti yang terjadi di Madrasah Igdi, salah satu hal yang saya kagetkan dan herankan yang mungkin ini juga mengagetkan orang-orang jauh yang datang ke madrasah. Mereka tidak jarang menyaksikan para muhsinin berdatangan dan memberikan uang saku kepada para santri. Jumlahnya tidak sedikit, 1000 dirham per santri, sedangkan santri berjumlah lebih dari 100 orang bahkan kadang lebih dari 1000 dirham. Bayangkan saja 1000 dirham dikali 100 orang, berapa yang dia keluarkan? 100.000 dirham Maroko alias 147 jutaan dia keluarkan cuma untuk uang jajan santri di satu madrasah.
Ternyata, beberapa muhsinin itu memang sedang safari sedekah, mereka berkeliling ke banyak madrasah untuk ngasih uang jajan ke para santri di madrasah. Ini sudah menjadi kebiasaan/‘urf masyarakat di sini.
Terlebih jika mendekati bulan Ramadan, para muhsinin berbondong-bondong datang ke pesantren dan kuttab untuk memberikan segala yang dibutuhkan selama bulan Ramadan. Sebagai contoh, kurma yang masing-masing santri diberikan dua kardus kurma. Menu makan setiap malam selalu daging, buka puasa selalu paket komplit yang jika dibandingkan dengan menu makan di luar Ramadan itu terasa sangat berbeda.
Tak hanya memberikan kebutuhan logistik, para muhsinin juga berdatangan memberikan uang jajan kepada santri. Tak ayal jika sering didapati kitab santri di kamar mereka bertumpuk-tumpuk sampai atap kamar. Mereka manfaatkan uang jajan dari para muhsinin untuk jajan kitab.
Saya pun merasakan itu. Selama saya berada di madrasah, kitab-kitab yang saya beli tak ada satu pun yang menggunakan uang saya; imma beli kitab dari uang sedekah muhsinin, imma kitab dihadiahkan dari kawan maupun Faqih. Slogan yang sering dikatakan, “Kalau sudah di sini (madrasah) tak perlu khawatir soal makan. Fokus belajar saja, semua aman.”
Intinya, setiap yang Allah limpahkan berupa kelebihan, seharusnya dimanfaatkan untuk melipatgandakan kelebihan yang Allah berikan, dengan menjadikannya bercabang, kemudian berbuah, dan buahnya akan dinikmati oleh banyak orang. Seperti itu kurang lebih perumpamaan yang Allah berikan terhadap orang-orang yang menginfakkan harta mereka di jalan Allah. Atau dengan kata lain, pemberian Allah untuk orang yang memiliki kelebihan dan kelebihan itu diinfakkan di jalan Allah (QS. Al-Baqarah/2: 261).
Semoga kita menjadi orang yang Allah ringankan untuk berinfak di jalan Allah.
Ditulis di Igdi, disempurnakan di Tinkert, 4 Maret 2024 M bertepatan dengan 24 Sya’ban 1445 H.
Nantikan promo-promo menarik di PPI Shop
Dapatkan Info-info terkini dari PPI Maroko