Tulisan ini sebagai wujud ekspresi keresahan penulis terhadap fenomena yang terjadi di lingkungan penulis atau juga dalam kehidupan pembaca, atau bahkan dalam lingkup skala yang lebih besar seperti negara. Penulis tidak ragu mengangkat tulisan ini untuk menyadarkan dan menjadi pengingat seseorang atau suatu golongan untuk  memikirkan akibat dan manfaat sebelum bertindak.

Tanggung jawab menjadi hal yang krusial dalam kehidupan. Sikap tersebut selalu muncul ketika terdapat tugas yang dilimpahkan kepada seseorang atau kelompok orang tertentu. Tugas tersebut dapat dinilai tidak terlaksana dengan baik apabila penanggung jawabnya tidak melaksanakan tanggung jawab  tersebut dengan maksimal. Lalu apa itu yang dinamakan tanggung jawab?

Menurut Friedrich August Von Hayek, istilah tanggung jawab umumnya dipakai untuk menutupi tanggung jawab itu sendiri. sedangkan, tanggung jawab dan kebebasan ialah kedua hal yang tidak bisa untuk dipisahkan. Sebab seseorang yang dapat bertanggung jawab atas tindakannya dan bisa mempertanggungjawabkan segala perbuatannya, hanyalah orang yang dapat mengambil keputusan dan sanggup untuk bertindak secara bebas atau tanpa adanya suatu tekanan dari berbagai pihak.

Lalu, menurut Geoge Bernard Shaw, tanggung jawab yaitu setiap orang yang sanggup mempraktekkan semua pengetahuan dan tenaganya dalam sebuah tindakan yang efektif, dan berguna jika seseorang wajib menanggung segala akibat yang dilakukannya. Baik dapat memberikan keuntungan bagi dirinya maupun malah merugikan dirinya.

Pandangan lain, Isma’il Raji Al-Faruqi memandang bahwa tanggung jawab ini sebagai landasan kukuh bagi kemanusiaan baik kala struktur maupun dalam makna dan kandungannya. Oleh karena itu, tanggung jawab ditempatkan sebagai lambang bagi ketinggian derajat seorang anak manusia. Hanya orang yang bertanggungjawablah yang pantas disebut sebagai manusia sejati, dan memang kontruksi itulah yang membedakan dirinya dari eksistensi makhluk lain di luar dirinya. Manusia sebagai makhluk yang bertanggung jawab dan akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah Swt. terhadap;

  1. Segala nikmat Allah Swt. yang telah diterima.
  2. Segala aturan yang telah mereka adakan.
  3. Segala perbuatan yang mereka kerjakan
  4. Segala janji yang mereka ikrarkan.

Melalui pandangan para ahli di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa tanggung jawab merupakan sikap mulia yang hakikatnya dimiliki oleh manusia sebagai makhluk di muka bumi yang terikat atas seminimalnya dengan Tuhan dan mampu menerima konsekuensi dari hal yang telah dikerjakannya hingga tuntas.

Lalu tanggung jawab apa yang penulis garis bawahi pada kesempatan kali ini? Sesuai judul di atas, tanggung jawab mengirimkan putra-putri bangsa menuju perguruan tinggi di dalam negeri dan luar negeri untuk belajar. Sungguh mulia bukan? Patut untuk diapresiasi inisiatif dari lembaga atau Institusi yang telah melaksanakan program tersebut hingga tuntas. Banyak alumni dari lembaga atau institusi tersebut yang akan mengharumkan nama baiknya dan berkarya untuk negeri tercinta.

Namun yang menjadi permasalahannya, beberapa dari lembaga atau institusi seakan enggan untuk menghadapi masalah yang terjadi dalam keberlangsungan hidup putra-putri bangsa yang telah berada di kota atau negara tujuannya. Mereka cenderung acuh tak acuh terhadap permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak bangsa ini. Lalu penulis menambahkan kalimat “Tekong pun Mahir”. Pada realitanya, pemberangkatan atau pengiriman Sumber Daya Manusia (SDM) sekalipun dengan jumlah yang besar dapat dilakukan oleh para Tekong (KBBI: calo pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri).

Seharusnya sebagai sebuah lembaga atau institusi negeri ataupun swasta dapat memberikan regulasi yang jelas dan rinci terhadap program yang telah dijalankannya. Kemudian, mengetahui dengan jelas hal-hal krusial yang menjadi kebutuhan pokok untuk keberlangsungan hidup penerima program tersebut. Dan yang terakhir, melakukan komunikasi secara intens terhadap komunitas atau lembaga negara yang mampu membantu terlaksannya program tersebut. Untuk poin terakhir ini, harus dilaksanakan dengan terbuka dan resmi dari institusi yang bersangkutan.

Lempar batu sembunyi tangan, cukup untuk menggambarkan perilaku yang penulis sebutkan di atas. Tak cukup memberikan kritik terhadap permasalahan yang ada, penulis memberikan masukan yang diharapkan berguna untuk mengentaskan permasalahan tersebut. Inilah keresahan yang penulis tuangkan dalam tulisan ini. Harapannya dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap perubahan mentalitas kita sebagai makhluk Tuhan YME.

Agar sempurna gimick sastra yang penulis bangun, maka kita tutup tulisan ini dengan sebuah karya dari Subagio Sastrowardoyo dalam sajak Lamunan Aborijin.

            LAMUNAN ABORIJIN

Masa lalu adalah panas terik di padang pasir dan berkelana di zaman mimpi tak bertepi

Masa kini adalah berkeliaran di pinggir kota dan melupakan duru dalam bir dan weski.

Masa depan adalah malam yang panjang tanpa setitik cahaya du langit kelam.

Tak ada harapan.

Aku tak berani lagi mempuk dada dan menunjuk diri: inilah aku!

Seperti hantu aku menyelinap di semak belukar dan menari dekat api upacara.

Aku melepas dendam di buluh perindu.

Ular keramat menggeliat di bukit karang.

Kisah pemberontakannya kugurat di kulit kayu.

Aku bakal merdeka di tanah mayang.

(Sastrowardoyo, 1999-56)

Kontributor: Khairul Hamim Juwaini

Editor dan Layouter: Tim Redaksi

Nantikan promo-promo menarik di PPI Shop

Dapatkan Info-info terkini dari PPI Maroko

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *