Maroko adalah negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam dengan aliran Maliki sebagai madzhab utamanya.
Selain itu Maroko dikenal sebagai negara yang kaya akan sejarah peradaban Islam, tempat dimana banyak ulama terkenal seperti Abdul Wahid Ibnu Asyir yang menulis kitab matan Ibnu Asyir, serta Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Daud Ash-Shanhaji yang menciptakan kitab Al-Jurumiyah yang telah lama menjadi rujukan dalam studi nahwu tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lainnya.
Maroko juga terkenal sebagai “Negara Seribu Wali”, dimana makam para wali tersebut tersebar di berbagai kota seperti Fez, Meknes, Jabal Alam, dan Marrakesh.
Setiap negara tentunya punya tradisi masing-masing pada saat buka puasa di bulan Ramadan, termasuk Maroko. Negara ini memiliki tradisi khas yang unik saat tiba bulan suci Ramadan, dan hanya bisa kita temukan di negeri ini.
Setiap waktu iftar tiba, meja makan sudah dipenuhi dengan aneka makanan yang siap dihidangkan. Ada beberapa menu takjil khas Maroko yang tersedia, di antaranya adalah Sup Harirah yang terbuat dari campuran tepung, kacang adas, kacang hamus, sariyah (sejenis mi), serta diberi aroma daun ketumbar yang dituangkan ke dalam mangkuk. Telur rebus juga menjadi bagian dari menu takjil khas Maroko, disertai dengan chubakiyah, kue manis yang terbuat dari campuran tepung gandum dan madu. Chubakiyah biasanya disajikan bersama tiga butir kurma.
Untuk minumannya, tersedia air putih, jus jeruk, kopi krim, namun minuman yang lebih disukai adalah syai na’na, yaitu teh mint khas Maroko. Tambahan lainnya, roti croissant juga tersedia sebagai pilihan.
Setelah berbuka puasa bersama keluarga masing-masing, tidak lama kemudian masyarakat Maroko akan bergerak menuju masjid bersama dengan anggota keluarganya, dari yang masih kecil hingga yang sudah dewasa.
Sebelum waktu salat Isya tiba, terlihat kerumunan orang berjalan kaki menuju masjid-masjid meskipun jaraknya agak jauh. Mereka melakukannya karena mereka yakin setiap langkah mereka dihitung sebagai pahala, terutama di bulan Ramadan di mana pahala dilipatgandakan.
Mengenai ibadah seperti salat berjamaah di masjid, itu sudah menjadi bagian dari rutinitas yang melekat dalam jiwa mereka, bahkan bagi para anak muda. Sehingga tidak jarang kita melihat pemandangan yang menggembirakan ini di berbagai masjid.
Di Maroko, kita dapat melihat anak muda dan orang-orang yang sudah lanjut usia beribadah bersama. Semua itu terjadi berkat didikan yang sangat berharga dan tak tergantikan dari orang tua mereka.
Setelah adzan Isya dikumandangkan, saatnya untuk mempersiapkan diri untuk melakukan salat berjamaah. Sebelumnya, mereka tidak lupa untuk melaksanakan salat sunah Qabliyah secara individu. Setelah salat Isya selesai, mereka beristirahat sejenak sebelum melanjutkan ibadah selanjutnya, yaitu salat arawih.
Hampir semua masjid di sini dipimpin oleh ulama yang keilmuannya tidak diragukan lagi, serta hafalan Al-Quran dan suaranya yang sangat merdu. Dari sini, kita dapat melihat dengan jelas keindahan salat tarawih yang belum pernah kita saksikan sebelumnya. Pemandangan yang sungguh mempesona, seperti suasana surga.
Salat tarawih di sini berbeda dengan biasanya, yaitu dilakukan dengan 2 putaran. Tradisi seperti itu sudah berlangsung sejak dulu dan tetap eksis hingga sekarang.
Putaran pertama dilaksanakan seusai salat Ba’diyah Isya’ dengan jumlah 8 rakaat. Walaupun kedengarannya sedikit, tapi terasa seperti 23 rakaat dengan Witirnya. Hal demikian tidak menutup semangat para jamaah untuk bertahan hingga akhir, karena lantunan ayat suci dibawakan langsung oleh imam yang sangat merdu bacaannya dan dapat menyihir siapapun yang mendengarnya. Selain itu karena memang mereka paham betul makna kandungan dari Al-Quran itu sendiri. Dua kombinasi inilah yang membuat para jamaah selalu semangat untuk terus melaksanakan salat Tarawih hingga bulan Ramadan selesai, semakin hari justru semakin ramai masjid dipenuhi jamaah.
Setiap bulan Ramadan, khatam 30 juz dalam salat Tarawih itu sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka. Setiap malam, Imam menyelesaikan minimal setengah juz dan setengahnya dilanjutkan di tahap kedua. Putaran kedua dilaksanakan menjelang salat subuh 1 jam sebelum adzan dikumandangkan.
Jadi, setelah sahur masyarakat Maroko bersiap-siap untuk pergi ke masjid guna melanjutkan sisa tarawih semalam. Hal demikian menciptakan penampakan sebelum subuh di setiap masjid terasa seperti setelah isya’, mulai dari yang lansia hingga pemuda sudah rapi di saf masing-masing, mulai dari depan hingga belakang tanpa terkecuali.
Sumber: liputan langsung
Nantikan promo-promo menarik di PPI Shop
Dapatkan Info-info terkini dari PPI Maroko