Penaklukan Andalusia

Berbicara seputar Benua Eropa, setiap orang mempunyai cara pandang yang berbeda-beda mengenai benua biru ini. Bagi para pecinta sepak bola, Eropa dianggap sebagai benua dengan peradaban sepak bola termaju, karena banyak melahirkan pemain-pemain sepak bola hebat. Beberapa orang menganggap Eropa sebagai benua yang memiliki ciri arsitektur dan seni yang menakjubkan. Tak heran, dahulu kala banyak sekali seniman yang memperkaya negara-negara Eropa dengan berbagai keunikan seninya. Ada pula yang menggambarkan Eropa sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen.

Namun, sejarah mencatat negara Islam paling kuat di dunia pernah dibangun di Eropa. Andalusia atau yang sekarang dikenal dengan Negara Spanyol merupakan salah satu negara di Eropa yang kaya akan khazanah Islam. Nama Andalusia diambil dari Bahasa Arab. Orang-orang Arab memanggil semenanjung ini dengan nama Andalus, yang merujuk kepada bagian dari Jazirah Iberia yang pernah menjadi wilayah muslim mayoritas. Berbeda dengan orang-orang Romawi, mereka menamakan semenanjung ini dengan nama Hispania dan kemudian dikenal sebagai Negara Spanyol. Sampai hari ini, nama Andalusia masih kekal sebagai sebuah wilayah di Spanyol yang mencakup kawasan Almeria, Granada, Jaen, Cordoba, Malaga, Sevilla, Huelva dan Cadiz.

Mungkin timbul sebuah pertanyaan; mengapa pasukan muslimin memilih Spanyol? Jawabannya karena Allah SWT memerintahkan umat Islam menyebarkan risalah Islam bukan untuk sebuah bangsa atau kaum tertentu, melainkan untuk semua bangsa dan umat. Oleh karena itu, penyebaran Islam di Spanyol diyakini sebagai kewajiban yang tidak boleh diabaikan. Apalagi kedudukan Spanyol juga menjadi pintu masuk menuju benua Eropa bagi umat Islam.  Jika Islam ingin merambah negara-negara Eropa, maka Spanyol menjadi gerbang utama yang harus dilaluinya. Terlebih lagi, kondisi masyarakat Eropa saat itu sangat memerlukan reformasi.

Pemerintahan Dinasti Umawi atau Bani Umayyah berlangsung selama 90 tahun, yaitu dari tahun 660 M hingga 750 M. Dinasti ini bermula ketika seorang sahabat Nabi SAW bernama Muawiyah bin Abu Sufyan diangkat menjadi khalifah menggantikan Ali bin Abi Thalib. Penaklukan Spanyol dimulai pada tahun 711 M pada masa pemerintahan Bani Umayyah, tepatnya pada masa pemerintahan Al-Walid bin Abdul Malik yang memerintah pada tahun 705 M sampai 715 M. Musa bin Nusair ditunjuk oleh Khalifah Al-Walid untuk menjadi Gubernur Afrika Utara. Pada tahun 708 M, Musa bin Nusair mengutus putranya Abdullah untuk menaklukan Pulau Mallorca dan Menorca. Kedua pulau ini terletak di sebelah tenggara Spanyol. Selain itu, Musa bin Nusair telah menjalin hubungan dengan Julian, perwakilan pemerintah Kerajaan Spanyol di Kota Ceuta, yang terletak di  pantai utara Benua Afrika. Ia juga menjalin hubungan dengan Raja Wittiza dari Spanyol, yang digulingkan setahun sebelum masuknya Islam ke Spanyol.

Setelah Musa bin Nusair yakin akan kemampuan kekuatan tentara Islam, ia meminta izin kepada Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik di Damaskus untuk melakukan ekspedisi ke Afrika Utara sampai memasuki Semenanjung Iberia. Pada tanggal 30 April 711 M, Musa bin Nusair mengerahkan pasukan sebanyak 7.000 orang menuju Spanyol. Misi Musa bin Nusair adalah untuk memperluas kekuasaan dan menyebarkan Islam di Benua Eropa. Musa bin Nusair menunjuk Tariq bin Ziyad sebagai pemimpin Kota Tangier untuk memimpin pasukan. Tariq bin Ziyad menyeberangi selat dengan menunggangi kapal-kapal perang. Pada saat itu, kapal-kapal Kerajaan Islam bagian Afrika Utara diproduksi di Pelabuhan Tunisia yang berada di bawah naungan Bani Umayyah.

Tariq bin Ziyad mengumpulkan pasukannya yang berpangkalan di Bukit Mons Calpe, yang sekarang disebut Jabal Tariq.  Dari sana, Tariq bin Ziyad meluncurkan serangkaian serangan demi serangan.  Dengan izin Allah SWT, wilayah demi wilayah ditaklukkan dan kota demi kota telah dibuka. Selama sekitar tiga setengah tahun, wilayah kepemimpinan baru terbentang luas mencakup Spanyol, Portugis, selatan Prancis, dan selatan Italia.

Pada tahun 714 M, setelah memperluas kekuasaannya dan meraih kesuksesan, Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik di Damaskus, mengirimkan utusan untuk memanggil kedua panglima tersebut kembali ke tanah airnya. Alasannya, sang khalifah tidak ingin umat Islam terlalu bernafsu menaklukkan wilayah dan mengabaikan tanah-tanah yang telah ditaklukan. Karena hakikatnya kekuatan Islam adalah menyelamatkan manusia dari kezaliman dan kesesatan. Kembalinya dua pemimpin militer pemberani ini mengakhiri apa yang disebut oleh para sejarawan sebagai Era Pembukaan Spanyol. Dan harus kita ingat bahwa perjuangan mereka merintis wilayah yang sangat luas ini hanya berlangsung sekitar tiga setengah tahun. Wallāhu a’lam biṣṣawāb..

Referensi :

Mokhtar, Rosli. 2013. Atlas Sejarah Islam, Era Kegemilangan Andalusia: Antara Fakta dan Iktibar. Selangor: Best Seller Publication

Nantikan promo-promo menarik di PPI Shop

Dapatkan Info-info terkini dari PPI Maroko

Tag Post :
Minggu-an Menulis

Bagikan Artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *