Ifrane dan Saljunya yang Istimewa

Tak pernah terbayang sebelumnya bagiku untuk bisa merasakan salju pertama dalam hidup di Benua Afrika. Sedari kecil aku selalu berkhayal dan bermimpi untuk bisa merasakan dan memegang salju. Aku sangat bersyukur lahir dan hidup besar di Indonesia, negeri yang kaya, makmur, serta memiliki berjuta kekayaan alam yang indah lagi memesona. Tetapi, karena Indonesia merupakan negara tropis yang tidak terdapat hujan salju (kecuali di beberpaa wilayah saja, seperti Puncak Jaya Wijaya Papua), maka sejak kecil aku bermimpi dan bercita-cita untuk bisa memegang dan merasakan hujan salju. Akhirnya mimpi itu menjadi nyata! 27 Februari 2024, aku berhasil merealisasikannya; memegang salju untuk pertama kalinya dalam hidup. Pada tulisan kali ini, aku ingin berbagi pengalamanku merasakan salju pertama di Maroko.

Sebelum membahas pengalamanku kemarin, aku ingin menceritakan kisahku sebelum hari salju turun di Ifrane. Jauh sebelum hari itu, tepatnya saat aku tahu bahwa aku lolos beasiswa Kemenag ke Maroko, aku langsung mencari tahu lebih dalam tentang Maroko hingga aku mendapatkan informasi bahwa ternyata di Maroko ini terdapat kota yang turun salju ketika musim dingin tiba. Ya, kota tersebut adalah Kota Ifrane. Kota ini berada dekat dengan Kota Fes, kota yang banyak terdapat mahasiswa Indonesia. Maka sedari awal, karena berbagai pertimbangan lainnya juga, aku sudah mantap untuk menentukan pilihan belajar di Kota Fes. Dan pilihanku menjadi kenyataan. Dalam SK yang diberikan AMCI, namaku tercatat sebagai mahasiswa jurusan Dirasat Islamiyyah di kota ini. Setelah 5 bulan berlalu, aku sangat bersyukur bisa menuntut ilmu di Maroko, khususnya di Kota Fes. Kota ini memiliki kesan yang istimewa bagi diriku pribadi, walaupun sebenarnya aku baru hidup di sini selama kurang lebih 5 bulan. Untuk tulisan tentang Kota Fes mungkin akan kuceritakan khusus di tulisan yang lain, karena kalau kutuliskan di sini pastilah tak akan cukup, hahaha.

Okey, back to the story, ketika bulan-bulan awalku di Fes, aku sangat menanti-nantikan salju turun di Kota Ifrane. Awalnya kukira salju akan turun di penghujung tahun 2023, sebab cuaca di Fes kala itu sudah dingin sekali. Bahkan menurutku, dingin yang ekstrem, apalagi untuk diriku yang masih beradaptasi dengan cuaca di Maroko yang jauh berbeda dengan cuaca di Indonesia. Kulitku mengering. Ke mana-mana sudah wajib bagi kami untuk memakai atribut lengkap dari bawah sampai atas, seperti kaos kaki tebal, jaket, dan penutup kepala jikalau diperlukan. Tetapi ternyata dugaanku di awal salah. Hingga penghujung tahun 2023, salju di Ifrane tidak kunjung turun. Para senior memberi tahu kami bahwa tanda Ifrane turun salju adalah ketika Fes diguyur hujan yang terus menerus/awet, sedangkan ketika itu, di Fes sendiri bahkan tidak kunjung turun hujan, sampai-sampai kami diintruksikan untuk melakukan salat Istisqa’. Oh, ya, disclaimer sedikit guys, hujan memang tidak kunjung turun, tetapi suhu tetap sangat rendah dan ini dingin sekali. Dinginnya sangatlah berbeda dengan dingin di Indonesia yang relatif lembab, karena dingin di sini adalah dingin yang kering dan menusuk tulang, apalagi ketika bangun tidur di subuh hari.

Sempat terbesit kekecewaan dan keputusasaan dalam diriku bahwa sepertinya tahun awalku di Maroko ini, aku tak  bisa merasakan salju, karena tanda-tanda itu tidak kunjung datang. Tetapi harapanku tidaklah pupus, setiap kali hujan turun di Fes, aku selalu mengecek di WebCam al-Akhwayn, salah satu universitas di Kota Ifrane, yang menampilkan keadaan live di Kota Ifrane sehingga aku dapat  memastikan apakah salju turun atau tidak. Harapanku menjadi kuat karena para senior mengatakan bahwa salju di tahun 2021 lalu juga turun di bulan Maret. Waktu demi waktu terus berlalu. Puncaknya adalah hari Senin, tanggal 26 Februari 2024, hujan turun di Fes sejak siang, dan menurut perkiraan cuaca di Ifrane juga akan turun hujan malamnya, dan hujannya adalah hujan salju. Akhirnya sejak malam aku sudah bersiap-siap menyambut salju. Dan esok paginya, alhamdulillah, salju menyelimuti Kota Ifrane, sesuai dengan perkiraan dan harapan.

Kembali aku sangat bersyukur sebab aku hidup dan tinggal di Kota Fes, yang jarak antara Kota Fes dan Kota Ifrane sangatlah dekat, cukup ditempuh dengan perjalanan darat selama kurang lebih satu jam. Berbeda halnya dengan mahasiswa Indonesia lainnya yang tinggal jauh dari Kota Ifrane, mereka harus berkorban lebih dengan naik kereta paling pagi ataupun bus untuk mengejar momen salju di Kota Ifrane. Sejak pagi aku dan teman-temanku yang lain bersiap-siap dengan menggunakan outfit terbaik kami, agar bagus ketika difoto nanti berlatarkan salju-salju yang putih. Aku berangkat menuju Ifrane bersama rombongan dari Kota Fes serta beberapa kota lainnya.

Kami berangkat menuju Ifrane menggunakan taksi grand yang kami ambil dari terminal CTM. Satu taksi berisikan 6 orang, dengan tiap orang dikenai bayaran sebesar 35 MAD. Ketika itu, aku bersama dengan satu kawanku dari Kota Fes, dan 4 orang lainnya adalah kawan-kawan dari Kota Casablanca yang sejak jam 4 pagi harus berangkat dengan menggunakan kereta paling pagi menuju Kota Fes. Perjalanan yang menyenangkan menuju Ifrane dari Fes. Kami melewati bukit-bukit dan pemandangan yang hijau. Jalan-jalan yang ditempuh juga berkelok dan menanjak, sebab Kota Ifrane sendiri berada di dataran tinggi. Hingga ketika kami sudah mulai mendekati Ifrane, tanda-tanda salju itu mulai terlihat, jalanan di samping kanan dan kiri kami mulai berwarna putih. Aku yang baru pertama kali melihatnya spontan langsung senang sekali. Maklumlah, ya, untukku yang hidup di Indonesia sejak kecil dan tak pernah melihatnya, aku sangatlah kesenangan, hehehe. Ketika itu, hujan mulai turun, dan hujan yang turun adalah hujan salju! Kami sempat membuka jendela dan merasakannya. Wah! Ternyata itu benar salju yang turun dari langit.

Sebenarnya sempat terjadi drama di rombongan taksiku. Drama dengan supir taksi yang awalnya sangat ramah, tetapi di akhir perjalanan membuat kami jengkel. Kami mendapatkan info bahwasanya salju di Ifrane sudah mulai menipis.  Kami diarahkan untuk lurus terus menuju tempat bernama Michlifen yang berada setelah Ifrane. Alasannya adalah karena salju di sana masih tebal dan tentunya juga menyuguhkan pemandangan yang tak kalah indah. Akhirnya kami meminta pak sopir untuk mengantar kami ke sana dan kami sepakat dengan menambah biaya taksi sebesar 200 MAD dengan waktu tunggu satu jam dan akan mengantar kami menuju Ifrane setelahnya. Ala kulli hal, ternyata setelah kami sampai di sana, jalan menuju Michlifen ditutup karena sudah sangat licin dan tak memungkinkan untuk dilewati. Akhirnya mau tak mau, kami harus putar balik. Karena kami sudah berada cukup jauh dari Ifrane, maka kami tetap diminta bayar 50 MAD. Nah, yang membuat kami jengkel ketika itu adalah saat kami meminta pak supir untuk berhenti sebentar agar kami dapat melihat pemandangan di sana, pak supir enggan menuruti kemauan kami dan hanya mengantar kami kembali menuju Ifrane. Akhirnya perjalanan yang sia-sialah yang kami dapatkan.

Ketika kami sampai kembali di Ifrane dan turun dari taksi, aku dan kawanku langsung bergegas tak sabar menuju salju dan memegangnya. Dan wow, it was my first time pegang salju dan momen ini bagiku adalah momen yang sangat berkesan dan tak akan terlupakan, it was very memorable. Sebab itulah kali pertama aku merasakannya dalam hidup. Aku masih tak percaya, bahwa diri ini akhirnya bisa mewujudkan harapan yang sejak kecil dulu kuimpikan. Yang dulu aku hanya bisa melihatnya di layar-layar televisi, kini menjadi kenyataan. Dahulu kukira aku akan mewujudkannya di negara-negara Benua Eropa atau Amerika yang memang turun salju, tetapi ternyata Allah punya rencana lain bagi diriku. Kuwujudkan salju pertamaku di Benua Afrika, di Maroko ini. Dingin rasanya salju, tetapi aku sangat senang dan bahagia, hingga lompat-lompat kegirangan, norak sekali, ya? Wkwkwk, ya, tetapi begitulah kenyataannya. Tak lupa pula aku dan kawan-kawanku yang lain mengabadikan momen kali itu dengan berfoto, baik foto sendiri maupun bersama-sama. Kami juga bermain lempar-lemparan salju dan juga tentunya berfoto di belakang boneka-boneka salju. Beberapa temanku juga ada yang naik kuda di tengah hamparan salju yang putih bersih lagi dingin. Dan kami juga tentunya mengabarkan orang-orang rumah; orang tua dan saudara-saudara kami di Indonesia sana bahwa akhirnya kami bisa pegang salju.

Kami berada di Ifrane hingga sore hari. Saat siang hari sempat turun hujan badai salju yang cukup deras dan membuat salju menjadi cukup tebal. Walaupun—kata beberapa senior —salju tahun lalu lebih tebal dari ini,  aku tetap sangat bersyukur, sebab di tahun pertamaku berada di Maroko, aku dapat merasakan salju. Kami kembali menuju Fes selepas Salat Ashar di salah satu masjid dengan arsitektur khas Maroko yang berdiri gagah di tengah kota.

Bagiku, salju di Ifrane adalah salju yang teramat istimewa. Sebab, salju di Ifrane adalah salju yang sangat ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Pemandangan Ifrane bersalju adalah pemandangan yang sangat indah, dengan bangunan-bangunan bercorak Eropa yang bahkan membuat kota Ifrane dijuluki sebagai Swiss-nya Maroko, Switzerland in Morocco, karena memang benar-benar tampak seperti kota-kota di Benua Eropa yang bersalju. Sesuatu yang membuatnya semakin istimewa, tentunya, karena kota ini terletak di Benua Afrika, yang mungkin dahulu aku selalu berpikir bahwa Benua Afrika adalah benua yang gersang dan tandus dengan saharanya yang melanglang buana. Tetapi ternyata salju juga turun di sini, bahkan suhu di sini dingin sekali, membuat hati bahagia dengan rasa yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Aku bersyukur dapat merasakan salju pertamaku di Maroko.

Terima kasih, Ifrane dan saljunya yang istimewa!

Nantikan promo-promo menarik di PPI Shop

Dapatkan Info-info terkini dari PPI Maroko

Tag Post :
Minggu-an Menulis

Bagikan Artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *